CJ- 20

Happy Reading
.
.
.
Awas Typo

~Kusebut namamu, dalam hening doaku...~

(Yura Yunita-Duhai Sayang)


Segala bentuk ketakutan, panik hingga tak bisa lagi dijelaskan kini sedang Bryna rasakan, tak terkecuali dr. Ario juga. Sudah seminggu ini Bryna mengambil cuti dari internshipnya sementara dr. Ario masih bekerja.

Hanya berjarak satu bulan dari kedatangan terakhir dr. Ario bersama kedua orang tuanya hingga hari yang ditunggu pun tiba. Segala kesibukan, ruwet dan repotnya mengurus pernikahan membuat waktu terasa berjalan semakin cepat.

Dan hari ini pun datang. Betapa kagetnya para sejawat di rumah sakit tempat keduanya bekerja saat mereka membagikan undangan pernikahan meski hanya untuk perwakilan saja. Banyak yang patah hati ternyata selama ini dr. Ario dan Bryna bahkan sudah bertunangan lalu akan menikah sebentar lagi.

Meski kabar burung telah berembus sejak Syanaz menanyakan perihal ini pada Bryna, banyak yang tak percaya hingga benar-benar terjadi saat undangan itu datang. Hari patah hati pun di canangkan sebagai tanda keterkejutan beberapa koas yang memang mengincar dr. Ario sebagai dokter PPDS tampan dan akan dicoret dari dalam daftar dokter tampan lajang.

Rangkaian acara dari pengajian hingga siraman adat Jawa pun di helat beberapa hari yang lalu. Tak bisa mengelak, Bryna hanya manut ketika para orang tua mau acara tersebut dilaksanakan dengan segala filosofi di dalamnya serta untuk mengundang sebagian besar tamu yang tidak turut hadir dalam akad dan resepsi serta saling dipingit, Bryna dan dr. Ario pun tak membantahnya.

Sejak shubuh tadi Bryna sudah bangun, bahkan tidurnya hanya terasa beberapa jam saja karena rasa deg-degan terus saja tak mau pergi. Dengan mata setengah mengantuk ia pasrah wajahnya dipoles make up dan kedua tangannya di henna.

"Mbak," panggil seseorang, mata Bryna terbuka begitu ia mendengar ada yang memanggilnya.

"Iya, Chika." Bryna tersenyum melihat pantulan adik sepupunya itu di kaca dan memintanya mendekat, untungnya make up Bryna sudah selesai jadi ia bisa meminta kru make up keluar dari ruangannya.

Tanpa berkata apapun, Bryna tahu maksud kedatangan adiknya ini. Yang lalu saat perjalanan ke pernikahan Bryan, Chika pun membahas hal yang sama soal apakah ada lelaki yang akan menerimanya, apalagi statusnya bukan anak kandung ayah bundanya.

"Chika seneng tapi sedih juga, mbak. Apa bisa Chika nanti ada di posisi ini?" katanya duduk di kursi berhadapan dengan Bryna.

Bryna berusaha tersenyum sebelum menanggapi.  "Bisa, seperti yang mbak bilang dulu. Akan datang nanti dia yang menerima apa adanya kamu." Bryna menarik kecil hidung Chika lalu mengusap kepalanya.

"Jangan sedih ya, mbak nggak akan ke mana-mana." lalu dipeluknya Chika erat-erat.

Dia sudah besar.

"Sekarang siap-siap yuk, nanti gandeng mbak keluar ya."

🐤🐥🐤🐥🐤🐥

Gaun putih panjang serta kerudung dan mahkota kecil menghiasi Bryna pagi ini. Ia masih menunggu di dalam ruangan terpisah sementara di luar sudah terdengar suara lantunan ayat suci Al-Qur'an lalu di susul suara MC mempersilakan mempelai pria duduk bersama penghulu, saksi dan wali.

Bryna gelisah sejak tadi duduk pun tidak bisa diam, sudah ada Hannah dan Zara juga di dalam sana. Hannah yang tengah hamil muda pun ikut mulas melihat Bryna yang gelisah.

"Kenapa lo, Han?" tanya Zara yang menangkap wajah gelisah Hannah.

"Nggak tahu gue, yang nikah Bryna, yang mules gue. Bawaan hormon kali ya." Hannah mengusap-usap perutnya.

"Udah, Han. Tenang aja, gue ini lho yang nikah." kata Bryna berusaha setenang mungkin.

"Iyaa, adik ipar." jawab Hannah terkekeh kemudian Bryna hanya mencubit halus lengan sahabat sekaligus kakak iparnya itu.

Terdiam tiba-tiba saat suara Adrian sudah terdengar akan membimbing dr. Ario membacakan ijab qabul untuk putrinya, Dr. Ario pun sudah menghapalkan nama Bryna yang lumayan panjang dan akan berusaha satu tarikan napas tanpa mengulang.

"Bismillahirahmanirahim, ananda Ario Bagaskara Syarif bin Syarif Fadillah, saya nikahkan engkau dengan putri saya Bryna Saskia Millenia Natawiryawan dengan maskawin seperangkat alat sholat, 10gram logam mulia, dibayar tunai."

Bryna memejamkan matanya setelah Daddy selesai membimbing, kini giliran dr. Ario mengucapkan janji sucinya yang diaminkan para Malaikat serta menggetarkan ArsyNya.

"Saya terima nikah dan kawinnya, Bryna Saskia Millenia Natawiryawan binti Adrian Natawiryawan, dengan maskawin, 10gram logam mulia dan seperangkat alat sholat dibayar tunai." ucapnya mantap dengan segala keteguhan hati tanpa membaca teks.

"Sah! Barakallah..." semua tamu yang hadir saat akadpun menengadahkan tangan untuk berdoa, mengaminkan semua doa-doa baik pernikahan yang baru saja sah di mata negara dan agama.

Sementara di dalam sana ada yang sedang merasakan euforia yang tak pernah dirasakan sebelumnya. Sekuat mungkin Bryna menahan air matanya agar tak menangis di hari bahagianya ini.

"Akhirnya!! Sah jadi nyonya Ario." Hannah dan Zara memeluk Bryna penuh hangat dan haru, Bryna menjadi penutup bagi mereka bertiga. Kini ketiganya sah menjadi istri dan ibu sebentar lagi.

Chika yang masih diantara mereka pun berjalan paling depan dan membawa kotak cincin yang akan dipakai Bryna dan dr. Ario setelah ini. Kanan kirinya digandeng Zara dan Hannah, tangan Bryna dingin, tanda ia benar-benar gugup saat ini.

Para tamu pun berdiri saat Bryna masuk ke hall akad, berusaha untuk mengangkat dagu dan tersenyum, Bryna melemparkan senyumnya ke arah kamera saat bidiknya fokus pada wajah cantiknya, ia lalu menyambut tangan dr. Ario begitu ia berdiri di depan laki-laki yang hari ini resmi jadi imamnya, suaminya kelak jadi ayah bagi anak-anak mereka.

Diciumnya lama punggung tangan dr. Ario sementara tangan lainnya mengusap kepala Bryna sambil membacakan doa-doa lalu mengecup hangat kening Bryna, yang kini jadi Istrinya.

"Mas," senyum manis Bryna menatap suaminya kini tak lagi ia ragu.

"Iya dek." saling senyum dan menatap membuat yang melihat iri dibuatnya.

"Silakan, Mas Ario dipasangkan cincinnya ke Mbak Bryna. Setelah itu bergantian." ucap MC nya mengakhiri sesi tatap menatap itu.

Cincin terpasang, berkas sudah di tanda tangani, foto wajib memegang buku nikah setelah akad pun sudah tersimpan kini saat paling haru akan terjadi.

Berjejer di kursi lain, Mom, Daddy, Ayah juga Ibu yang dari wajah mereka terpancar kebahagiaan juga haru melihat anak-anak mereka saling menyempurnakan agama mereka lewat pernikahan ini.

Ibadah terlama yang akan dijalani dengan segala kebahagiaan serta ujian di dalamnya.

"Jaga adikmu." kata Aliya sambil memeluk dr. Ario dengan penuh hangat, menerimanya kini sebagai bagian dari keluarga besarnya dengan penuh suka cita.

"Insha Allah, Mom."

Kini giliran Adrian yang menepuk pundak anak menantunya itu, hanya lewat tatapan, ia tak bisa lagi berkata terlalu banyak melihat anak perempuan satu-satunya kini memiliki suami. "Jaga dia, sayangi. Hadapi segalanya dengan sabar..." katanya lalu tersenyum.

Sementara Bryna yang tak mampu lagi membendung tangisnya kini pecah dipangkuan Mommynya. Segala bentuk permohonan maaf Bryna ucapkan, lewat peluknya, Aliya tahu anaknya begitu mencintai kedua orang tuanya ini meski kini Bryna bukan tanggung jawabnya lagi.

"Selamat datang di keluarga kecil kami ya, dek." ujar Arum saat Bryna memeluknya, ibu barunya yang menerima Bryna dengan segala kekurangannya.

Betapa beruntungnya Bryna mendapatkan ibu dan ayah mertua yang sangat mencintai dirinya, memperhatikan dirinya layaknya anak sendiri sejak awal mereka akhirnya memutuskan untuk bersama.

🐥🐤🐥🐤🐥🐤

Tidak banyak tamu undangan yang hadir saat akad, terbatas hanya keluarga dan teman dekat. Lain dengan saat resepsi ini, memang, dari orang tua juga tidak banyak mengundang kolega mereka yang sebagian besar datang saat acara siraman namun kolega dan teman sejawat dari kedua mempelai ini datang cukup banyak.

Setelah tamu di rasa sedikit agak lenggang, mereka duduk di kursi pelaminan yang hanya ada mereka berdua di sana. Istirahat sejenak sebelum nanti ada yang naik ke panggung pelaminan ini lagi.

"Capek, ya." ujar dr. Ario lalu menatap Bryna yang ada di sampingnya.

"Iya begitulah, Mas. It's okay, aku happy hari ini. Terima kasih ya." kata Bryna pelan sambil tangannya melepas sepatu high heels 5 senti dari kedua kakinya itu.

Dr. Ario tersenyum lalu mengusap punggung tangan Bryna yang dipenuhi henna warna putih.

"Kamu cantik dan akan selalu cantik apapun situasinya." ujarnya tulus, Bryna lagi-lagi tersipu dibuatnya.

"Mas, aku malu tahu." kata Bryna pelan, lalu tawa renyah terdengar dari lelaki di hadapannya ini.

"Hahahaha, nggak apa-apa sekarang malu-malu. Gemes lihat pipi kamu pasti merah terus tiap aku bilang gitu."

"Gombalnyaa ya ampun, PPDSku ini." Bryna menggelengkan kepalanya.

"Kayak judul ftv ya. Gombalnya dokterku." canda dr. Ario.

"Hahaha apa sih, Mas, ada-ada aja kamu tuh."

"Tapi aku serius, nggak gombal. Kamu memang cantik, meski dengan atau tanpa make up sekali pun. Cantik itu tidak melulu soal wajah yang dipoles make up tetapi cantik dari hati yang paling utama and i know it." ujar dr. Ario pelan sambil terus menatap mata istrinya itu hingga Bryna benar-benar tersipu malu kali ini.

Dan aksi saling tatap menatap itu pun terhenti akibat koor suara CIEEEE terdengar dari depan panggung yang tidak lain dan tidak bukan itu teman-teman PPDS dr. Ario yang baru datang dan di suguhi pemandangan yang membuat jomblo meronta-ronta.

🐤🐥🐤🐥🐤

Tebar bunga ke atassss yeayy...🌼🌼🌼🌹🌹🌻🌻 Akhirnya pecah telor haahhh aku enghaapp🤣🤣🤣 dah ya monggo baca dan ramaikan gaesss

#dahgituaja

#awastypo

Dudui

Danke,

Ifa 💕

Bonus

Cr // Vebby Palwinta (Instagram)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top