CJ-11

Happy Reading
.
.
.
.
Awas typo

🐢🐢🐢🐢🐢

Hari terakhir koas yang sungguh melelahkan sejak pagi di poli internist, menjelang sore hari semua baru bisa duduk diam meluruskan kaki yang sejak tadi bergerak ke sana sini. Naik turun lift, keluar masuk ruangan hingga tepat pukul empat semua selesai.

Shift terakhir koas senior yang tak lain adalah angkatan Bryna dan teman-temannya. Dua tahun seperti terasa sangat cepat berjalan, kejadian demi kejadian dari lucu, sedih, mengharukan sampai yang terakhir kemarin sangat menjengkelkan membuat Bryna malu sampai kejadian itu di ketahui konsulennya.

"Raaa... Mana roti garlic pesenan gue? Belum sempet dimakan tadi kan." kata Bryna sambil melepaskan haircap yang melapisi kerudungnya.

"Iya iyaa, ini." Zara menyodorkan kotak makan transparan berisi dua buah roti yang wanginya masih saja semerbak meski sudah dingin.

Bryna segera membuka kotak makan itu dan mencoba roti yang ia pesan pada Zara. "Hari ini jadi acara makan-makannya?" tanya Bryna lalu mengigit rotinya.

"Jadilah, itu makanannya udah datang di ruang meeting. Tadi sih gue lihat dr. Syanaz sama dr. Ario bawain makanannya dari parkiran sih."

Bryna mengangguk-angguk lalu membersihkan sekitar mulutnya. Entah ada rasa yang janggal di hati Bryna ketika Zara menyebut nama dokter PPDS paling cantik di angkatannya. Syanazia Mahya, perempuan berambut coklat menjadi primadona teman-teman PPDSnya.

Beberapa kali Bryna sempat bersinggungan dan ikut visit atau bimbingan dengannya. Ramah dan cerdas, itulah yang Bryna tangkap apalagi ketika sedang presentasi kasus bersama dengan koas membuat Bryna minder seketika.

Di tambah beberapa kali dia selalu menjadi bahan perbincangan yang katanya dekat dengan dr. Ario.

"Heh, kenapa bengong lo?" tanya Baim yang baru saja datang bersama Alana dan duduk bersama Bryna dan Zara.

"Eh. Nggak, nggak apa-apa gue." jawab Bryna gelagapan.

"Wah mabok keju lo ya?" tuding Alana tapi tangannya memotek roti di dalam kotaknya.

"Mabok sih mabok, lo, nyomot juga." Baim menepak pundak Alana yang hanya bisa cengengesan.

Bryna hanya bisa tersenyum melihat kelakuan teman-temannya ini. Banyak tingkah mereka yang ajaib menjadi hiburan tersendiri baginya seperti sekarang ini capeknya jadi hilang.

"Eh, ayooo pada mau makan nggak?" suara Ravello mengingatkan semua anak-anak koas yang ada di ruangan untuk segera meluncur ke ruang meeting untuk acara perpisahan kecil-kecilan yang katanya sudah menjadi tradisi bagi koas yang stase terakhirnya di poli Penyakit Dalam.

Suasana sudah sangat riuh di ruangan, kemudian acara di mulai dengan pembukaan dari perwakilan konsulen yang memberikan wejangan-wejangan bagi koas yang akan segera meninggalkan rumah sakit dan memulai magang setelah wisuda nanti.

Banyak sekali pengalaman yang bisa di petik selama koas, tidak akan ada yang pernah tahu apa yang akan terjadi di UGD hingga Poli. Shift malam yang selalu ada saja koas bau yang katanya menjadi membawa pasien tiba-tiba banyak dalam waktu singkat.

Dari sekian banyak manusia di ruangan ini entah kenapa tiba-tiba mata Bryna kembali melihat dr. Syanaz dan dr. Ario di pinggir sedang menikmati puding mereka, entah apa yang sedang mereka bicarakan dan sepertinya sangat serius.

"Cantik banget ya dr. Syanaz itu." batin Bryna. "Cocoklah sama dr. Ario." batinnya lagi.

Bila PPDS jadian dengan teman sejawatnya itu adalah hal yang amat sangat wajar terjadi di dalam profesi dokter. Sejawat jadi cinta.

Bryna segera membuang pandangannya dan menepis semua pikirannya yang sepertinya tidak mungkin ia capai.

Cemburu kah Bryna?

"Dih, siapa aku? Ngapain kok cemburu." batin Bryna lagi sambil berusaha memakan pudingnya meski tak tahu kenapa terasa hambar.

Acara selesai, sesi foto-foto pun di mulai, ada yang haru ada yang tertawa semua tumpah jadi satu.

"Bryna, ini bawa aja ya. Kasih ke temen-temen kamu." dr. Syanaz memberikan paper bag berisi makanan kotakan yang tadi terhidang di meja panjang.

Bryna mengerjapkan matanya sebentar sebelum tangannya terulur mengambil paper bag dari tangan dokter cantik itu.

"Iya, makasi banyak dok. Nanti saya bagiin ke anak-anak juga." kata Bryna ramah.

Dr. Syanaz mengangguk. "Makasi ya, selama ini kamu suka bantu-bantu saya. Saya juga jadi ikut belajar sama kalian, semoga kamu nanti bisa jadi spesialis juga ya."

Bryna mengamikan dalam hatinya. "Makasi dok, makasi ilmunya juga. Semoga segera kelar ya dok, ppdsnya."

Bryna lalu pamit undur diri dari hadapan dr. Syanaz setelah ia juga berpamitan pada dokter konsulen yang lainnya.

Ia tak mau berlama-lama, satu rumah sakit ini tahu Bryna anak siapa karena Aliya juga salah satu dosen di kampus Bryna yang masih terkoneksi dengan rumah sakit pemerintah ini.

Bryna sungkan jika harus berlama-lama di antara sejawat yang tak lain teman Mommynya juga. Ia paling anti jika harus mendengar para sejawat itu membicarakan tentang dirinya.

"Eh, Baim, ini lo bawa ya," Bryna memberikan makanan yang ada di paper bag itu, ia hanya mengambil satu, sisanya ia berikan pada teman-teman yang tinggal di kosan.

"Wih, dapet dari siapa lo?"

"dr. Syanaz tadi dia pesen suruh kasihin ke anak-anak. Gue udah ambil kok, sisanya lo bagiin ya, gue balik duluan, okeh."

"Aahh baik bener dah, siip, gue kasih ke anak-anak nanti."

Bryna lalu mengangguk dan berpisah dengan teman-temannya, ia menuju ke parkiran.

"Eh, Bryna..!" panggil seseorang, Bryna menghentikan langkah kakinya, ia tahu siapa, ia segera berbalik.

"Dokter, iya?" Bryna tersenyum begitu membalik badannya.

"Nggak, ini saya mau kasih titipan dari ibu saya." ujarnya memberikan lunch bag pada Bryna.

"Lho apa ini dok? Kok repot-repot? Makasi ya dok. Sampaikan salam dan terima kasih saya."

Dr. Ario mengangguk. "Ini kering kentang dari ketering ibu saya di Pekanbaru. Kemarin waktu ketemu kamu kebetulan sedang pulang ke Jakarta dan bawa beberapa kardus juga pesanan teman-teman saya dan ibu sisihkan beberapa buat kamu."

"Masya Allah, baik sekali ibu. Hmm, tapi ini lunch bagnya gimana dok?"

"Simpan saja, ibu juga sudah berangkat lagi ke Pekanbaru, anggap aja itu kenang-kenangan dari Ibu."

Bryna mengangguk senang tak menyangka jika Ibu dari dr. Ario ini sangat baik hati bahkan memberikan makanan beserta tasnya sekalian.

"Kalau begitu saya permisi dulu dok, terima kasih untuk ilmunya selama beberapa bulan ini."

"Sama-sama. Kita semua belajar bersama di sini, semoga kita bisa bertemu lagi ya."

"Baik dok, permisi dulu, sudah sore. Mari..."

"Ya, silakan."

Bryna melanjutkan kembali langkahnya menuju parkiran. Sungguh hari ini rasanya semua lelahnya hilang karena perlakuan orang-orang sekitarnya yang begitu perhatian.

Bryna meletakkan semua barangnya ke dalam mobil, lalu Bryna duduk sebentar sambil menunggu mobilnya panas.

"Alhamdulillah... Semua udah beres tinggal nunggu ujian UKMPPD. Eh." mata Bryna terbelalak sendiri mendengar kata-kata yang keluar dari mulutnya barusan.

Ia menepuk dahinya, belum, dirinya belum bisa bernapas lega sekarang. Ujian masih di depan matanya sebelum nanti di sumpah. Kini saatnya ia membagi waktu untuk belajar dan persiapan ke Belanda menjemput Mamasnya yang juga akan sumpah dan pulang ke Jakarta, meneruskan semua sisanya, serta penyetaraan di sini.

Mobil mungil itu melaju pelan di tengah kemacetan kota Jakarta yang tak berkesudahan. Suara penyiar radio masih terdengar di dalam kabin mobil memutar lagu-lagu baru juga lawas, mundur ke beberapa tahun yang lalu. Hingga lirik salah satu lagu yang cukup populer pada masanya membuat Bryna terdistraksi.

Ada rasa
Yang tak biasa
Yang mulai kurasa
Yang entah mengapa


Rasa yang tak bisa Bryna deskripsikan itu kembali lagi setelah tadi ia melihat kedekatan dr. Syanaz dengan dr. Ario yang tiba-tiba membuat Bryna diterpa perasaan yang bahkan ia tidak tahu apa ini?

Sepanjang perjalanan hingga sampai di rumah, lirik lagu tadi terus terngiang di kepala Bryna bahkan hingga ia selesai rapih-rapih dan makan malam dengan apa yang ia bawa juga pemberian dari Ibunya dr. Ario tadi yang sebagian ia bawa masuk ke kamarnya.

Bryna merebahkan dirinya di tempat tidur bersama dengan buku tebal yang berserakan, tak lupa juga cemilan yang menemaninya.

Bukunya memang terbuka, tapi Bryna tidak bisa menyerapnya sama sekali. Yang ada tangan kanannya terus memasukkan makanan ke dalam mulutnya.

"Sebenernya aku ini kenapa sih?" gumam Bryna sambil memakan kering kentang dari dalam stoplesnya.

"Dia itu bukan siapa-siapa kamu Bryn, ngapain kamu pikirin. Mending kalau dia mikirin juga, kan engga?" gumamnya sendiri lagi lalu mengelap tangannya dengan tissue.

Ia bereskan semua yang ada di tempat tidurnya, ia akan tidur saja setelah ini. Melupakan sejenak apa yang sedang ada dalam pikirannya kali ini, berharap esok hari ia akan lupa bahkan takkan mengingatnya lagi.

🐢🐢🐢🐢🐢

Haiiii aku kembaliii cerita yang updatenya lama kek kura-kura ini siap menghibur kaliannn.. Yuhuu jangan lupa vote dan komennya ya sayangggg

#dahgituaja

#awastypo

Dudui

Danke,

Ifa 💕

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top