Mr. Forced
Happy reading
.
.
.
Motor matic yang di tumpangi oleh gadis itu membelah jalan yang lenggang. Menuju sebuah gedung yang bertuliskan sekolah kuliner Andromeda. Sebuah sekolah kuliner yang sangat bergengsi dan terkenal di kota ini.
Andara. Gadis itu bernama Andara Maheswari. Murid tahun kedua di sekolah kuliner ini. Sedang menghafal sebuah resep di kepalanya. Resep yang telah ia coba beberapa kali di rumah. Hari ini akan dipertaruhkan.
"Daraaaaa!" Suara melengking dari perempuan di depannya itu, membuat Andara menutup telinganya. Dia Mia, sahabat Andara dari SMA, penggemar berat selebriti chef, yang bernama Aiden.
Andara menghela napas berat, jika Mia sudah mulai berteriak histeris, tandanya dia akan bercerita tentang acara memasak yang di tontonnya. Bahkan terlalu memuja si chef Aiden itu, dia sampai rela mengoleksi beberapa foto, bahkan aksesoris berbau chef Aiden. Unik dan langkah. Itulah Mia.
"Dara, lihat deh ini," menunjukkan majalah kuliner, dimana seorang chef kebanggaannya itu berdiri di sana. Menjadi cover majalah itu dengan tangan bersidekap di dada saja, sudah mempunyai daya tarik tersendiri.
Andara akui, jika dirinya juga sangat terpesona pada Aiden. Tapi dia masih dalam batas wajar, bukan segila Mia, yang mengoleksi segala macamnya.
"Chef Aiden itu, mau pakai apapun, mau gaya gimana pun udah ganteng semua. Dia gak ada saingannya deh Ra. Ahh, gans banget sih." Mmencium majalah itu berkali-kali.
Andara sampai kaget, ini Mia beneran gila. Dia melakukan kegilaannya itu di depan orang banyak. Malu sekali si Andara. Berjalan mundur perlahan-lahan, Andara berlari meninggalkan Mia dengan aksi gilanya. Dia malu sekali.
"Andaraaaaaaaaaaaa!" Dan bergetarlah bangunan ini karena suara teriakan dari Mia.
Andara menutup telinganya dan berlari menuju kelas. Tidak ingin mendengar lebih lama teriakan cempreng ala Mia. Bisa runtuh ini gedungnya. Kan gawat sekali.
***
Sebuah kertas berisi resep telah di pegang oleh Andara. Dessert berbahan dasar manis. Yang ampuh memanjakan lidah siapa saja.
Andara memahami dengan betul resep itu. Nanti di rumah, dia akan mencobanya bersama sang mama.
Lengan Andara disenggol oleh Mia, dia maju untuk berbisik di telinga Andara. "Kok otak gue gak sampai ke resep ini?"
Rasanya Andara ingin tertawa terbahak-bahak saja. Aduh pipi Andara rasanya sakit untuk menahan tawa. Dia baru ingat, jika Mia lemah pada dessert atau apapun masakan berbau western.
Andara menarik napasnya agar tenang. Dia tidak mau kena semprot chef Ana yang sedang berkeliling manja. Mengitari para murid didiknya. Chef Ana kalau marah tuh nakutin. Mending jadi kalem aja Ra.
"Besok kita praktekkan resep itu!"
Nah kan, beginilah jika sekolah memasak, 30% teori dan 70% praktek. Mabok praktek dah. Bedanya itu sama anak kuliahan biasa. Mabok teori bikin otak panas, sedangkan mabok praktek, bikin perut kenyang.
Andara memasukkan semua buku catatan miliknya ke dalam tas, dia sudah mendapatkan pesan dari seseorang yang mengatakan, jika akan mengajak Andara untuk pergi ke acara rekan bisnisnya, siapa lagi jika bukan Rendy.
Andara menjalin hubungan dengan Rendy selama dua tahun, karena perjodohan konyol orang tua Rendy. Untung saja masih dalam status pacaran, bukan pernikahan yang selalu Andara hindari. Jarak umur keduanya yang terpaut sembilan tahun, membuat Andara meragu. Ini tidak bisa dianggap remeh.
Menyatukan dua kepala jadi satu di kehidupan rumah tangga itu berat. Seberat memangku bumi. Apalagi umur Andara masih dua puluh tahun, dia masih muda sekali. Masih ingin menikmati kehidupan ala anak muda.
Menghela napas sejenak, saat dia teringat dengan gaun berwarna hitam dengan punggung yang terbuka dan lengan spaghetti, yang dia dapat, tadi pagi dari Rendy.
"Lo mau pergi Ra?" Andara hanya mengangguk, lalu mengetikkan balasan sesuatu untuk Rendy, "sama si Mr. Forced itu?" kembali Andara mengangguk, dia rasanya ingin tertawa, saat Mia menyebut Rendy seperti itu.
"Putus aja, cari pendamping yang baik kek chef Aiden udah." Andara hanya tersenyum.
***
Berkali-kali Andara mematut dirinya di depan cermin. Ini benar-benar gila. Gaun ini rasanya sesak dan tidak bisa membuat Andara nyaman. Rasanya dia ingin merobek gaun ini. Rendy memang gila.
Rambutnya dia gerai dan di catok ulang. Dia tidak mau terkena nyinyiran gratis dari Rendy. Cukup baginya untuk menahan segala amarah karena gaun setan ini.
"Dek, ada Rendy di depan." Suara Diana sang Mama membuyarkan lamunannya yang ingin membakar gaun ini di depan Rendy.
"Iya, Ma, Dara pergi ya, bye Ma!"
Setelah melakukan ritual menciumi pipi dengan Diana, dia berpamitan pada Fandi sang papa, untuk berangkat. Di sana, Rendy duduk tanpa banyak bicara dengan papanya. Dan ini sudah berulang kalinya, Rendy seperti itu.
Berkali-kali Fandi selalu tidak setuju dengan hubungan Rendy dengan Andara. Menurutnya Rendy tidak pernah ada rasa dengan Andara, jadi untuk apa dia bertahan dengan Rendy, jika nanti ujung-ujungnya akan terluka.
"Kenapa rambutnya harus di gerai sih? Kan aku udah bilang, digelung itu rambut kamu!" Andara memutar bola matanya malas, mulai deh.
Kenapa bukan Rendy aja yang rambutnya di sanggul. Kan yang suka tatanan rambut seperti itu dia sendiri, bukan Andara. Kalau begitu, besok-besok Andara pakai kebaya terus rambut di sanggul dan sesuaikan.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top