Meet Him
Tandai typo dan tanda baca ... jangan lupa vote ya gengs ku sayong.
Happy reading
.
.
.
Andara menggembungkan pipinya, kala mendengar nyinyiran gratis dari sang Mr. Forced. Dia benar-benar ingin pulang dengan berlari maraton. Mematahkan high heels pemberian Rendy, rasanya sangat menyenangkan. Apalagi kalau sampai untuk menggetok kepala Rendy, wow amazing sekali ide Andara.
Menatap tanpa minat ke arah sebuah figura kecil, tentunya Andara sangat hafal betul. Foto milik mantan kekasih terindahnya. Ah, harusnya Andara ingat, dia hanya sebuah pelarian, bukan prioritas yang pantas.
Mengalihkan pemandangan ke luar jendela, dia benar-benar sakit hati. Dadanya terasa sesak, apakah ini yang harus dia jalani. Perkataan papanya beberapa bulan lalu masih benar-benar terngiang di telinganya.
"Lebih baik kamu putus nak, buat apa berjuang sendiri, jika nantinya kamu akan tersakiti Dek! Papa sayang sama anak papa. Papa nggak mau kamu terluka."
Rasanya dia ingin pulang dan mengadu semuanya kepada sang papa. Menginginkan seseorang membalas rasa sakit hatinya saat ini. Minimal dengan pukulan Nugie, abangnya itu sudah cukup.
Ah, rasanya Andara sangat rindu sekali dengan Nugie itu. Nugie sangat sayang padanya, bahkan dia rela memukuli siapa saja yang berani menyakiti adik kesayangannya.
Abang, aku kangen. Batin Andara.
"Ra." Andara hanya diam, mood dia benar-benar hancur sekarang. Harus apalagi Andara sekarang? Memukul atau merobek gaun sialan ini. Tapi dia tidak membawa baju ganti, kan bodoh sekali. Bagimana dia akan pulang nanti? Dengan daun pisang? Layaknya pepes.
"Jangan bikin aku malu di sana dan jangan bersikap seperti anak kecil." Andara hanya diam, tidak menjawab sama sekali perkataan Rendy. Kalau malu, kenapa harus ajak Andara coba. "Jalan kamu juga jangan kayak robot. Kalau nggak karena mama, aku nggak akan ngajak kamu!"
Kan Bangke.
"Trus ngapain ngajak? Kan bisa bilang aja kalau aku sibuk, beres?" acuhnya.
"Aku nggak bisa bantah mama kali ini, dia udah persiapin semuanya, dari baju sama sepatu kamu, itu semua Mama yang beli dan mahal!"
Anjing bulldog.
Bangke banget ini manusia satu. Beneran harus di tendang ke planet Mars nih orang. Yang kayak begini pengusaha? mulutnya belum pernah makan bangku sekolahan kayaknya. Besok kirim aja satu truk bangku sekolah, suruh dia makan. Beres.
***
Andara meremas jari jemarinya yang lentik itu. Dia gugup sekali, tidak ada yang dia kenal di ruangan ini. Dan dengan tidak tahu dirinya, si Mr. Forced meninggalkan dia sendiri. Karena si Mr. Forced itu sedang berbasa-basi busuk untuk kepentingan bisnis dia.
Seorang lelaki menghampirinya, memandang Andara, seakan menelanjanginya. Andara jelas saja risih, dia mengalihkan pandangannya ke arah lain, ingin agar Rendy kembali dan membelanya.
"Wow indah," ucapannya dengan nada mesum.
Siwalan!
Kalau membunuh itu halal, Andara akan dengan senang hati memutilasi laki-laki di depannya saat ini. Dia benar-benar jijik jika di pandang seperti itu. Siapa saja tolong Andara.
"Dari pada sendiri, mending sama saya, saya bisa puasin kamu." Satu tamparan meluncur manis dari Andara teruntuk lelaki mesum di depannya. Dia benar-benar muak, ingin segera pulang dari sini.
"Kurang ajar," umpatnya penuh amarah. Satu pukulan melayang dari arah samping Andara, seorang lelaki tinggi, berbadan tegaplah pelakunya. Dia yang memukul lelaki mesum itu tanpa ampunan. Mam to the pus, mampus!.
Sebuah jas hitam, telah tersampir manis di bahu Andara. Pelakunya adalah lelaki tampan super hero di depannya, yang dengan bogeman mentahnya mampu membuat lelaki mesum itu roboh.
"Kamu nggak papa?" suara bariton yang mampu membuat jantung Andara berdegup lebih keras, seakan mengajaknya lari maraton.
Duh Tung, biasa aja dong lo. Gue tahu dia ganteng pake banget, tapi ingat dong udah punya si Mr. Forced. Batin Andara.
"Ada apa ini?" suara lelaki paruh baya di samping lelaki super hero itu.
"Dia," menunjuk lelaki mesum itu, "hampir melecehkan perempuan ini Om." Lelaki super hero itu menunjuk Andara yang ketakutan.
"Bawa dia ke kantor polisi, kita akan urus semuanya, kamu jangan takut ya, Nak!" Andara hanya mengangguk takut.
Lelaki mesum itu telah di bawa ke luar gedung sesuai perintah lelaki paruh baya itu. Rendy mendekat dan berdiri di samping Andara. Memandangnya malas, beginilah jika Andara ikut. Akan ada kerusuhan yang membuatnya malu.
"Kamu siapa namanya Nak?" bertanya pada Andara yang hanya menunduk takut, "saya Luhut, dan yang di samping kamu itu, Aiden."
"A a andara," memandang sekilas Aiden, lalu menunduk lagi.
"Kerja di mana?" Andara hanya menggeleng saat Luhut bertanya, "kuliah?" Andara mengangguk.
"Iya Pak."
"Maafkan kerusuhan ini Pak, dia memang pembuat rusuh." Rendy memandang Andara tajam, sedangkan Andara tidak perlu susah payah memandang Rendy, dia berusaha mengingat siapa lelaki super hero yang bernama Aiden. Sepertinya dia pernah lihat.
"Bukan, dia tidak salah, dia hanya korban. Den, antarkan saja Andara pulang ya?" Aiden mengangguk antusias.
Kapan lagi coba, mendapat kesempatan dekat dengan perempuan polos dan tak banyak omong, tidak cari muka seperti Andara. Mudah-mudahan saja berjodoh.
Rendy menarik paksa Andara, saat Aiden sudah mengajaknya jalan bersama, di dekat mobil itu, Rendy memandang Andara penuh amarah.
"Harusnya kamu tuh bisa jaga diri, bikin malu aja. Pasti kamu kan yang godain dia?" Rendy membentak Andara yang hanya diam.
Di seberang sana, Aiden sedang menyaksikan perdebatan itu. Kalau saja dia tidak ingat tempat, mungkin dia akan memberi bogeman mentah untuk Rendy dan menarik Andara ke mobilnya. Beres!
Andara melepaskan high heelsnya satu persatu, lalu memandang Rendy dengan tajam. Emosinya sudah di ubun-ubun, waktunya menghisap kehidupan Rendy sekarang.
"Aku yang hampir di lecehkan, dan salah siapa? Aku?" satu pukulan high heels mampir di bahu Rendy, "Kamu bilang aku yang salah? kamu waras apa gila, hah?"
Dan tiga pukulan mendarat di bahu Rendy bertubi-tubi. Terakhir kalinya Andara melempar kedua high heels itu dan mengenai kepala Rendy.
"Makan itu japitan mahal, KITA PUTUS!"
Rendy membelalakkan matanya, kaget dia menerima kata putus dari Andara. Bahkan dia juga menerima lemparan high heels yang mahal, tapi bagi Andara itu jepitan. Aiden yang menyaksikannya tertawa terbahak-bahak, baru kali ini dia mendengar dan mendapatkan tontonan gratis seperti itu
Andara berjalan ke arah Aiden yang telah siap membukakannya pintu dengan senyuman yang sangat membuat jantung Andara berlari maraton.
"Kita perkenalan ulang ya, saya Aiden. Aiden Luwiston"
Mata Andara membola, dia jelas-jelas mengenal siapa itu Aiden Luwiston. Seorang selebriti Chef yang posternya terpampang jelas di kamar Mia.
"C c chef A A A Aiden?"
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top