Baby

Jangan lupa vote ya gengs...
Tandai typo dan tanda baca!

Happy reading
.
.
.
.

Aiden memandang hapenya yang tengah berbunyi, menandakan sebuah pesan masuk dari Ana.

Aiden menghentikan kegiatannya dari mengecek beberapa dokumen tentang laporan keuangan restoran ini.

Chef Ana
Ada 10 peserta yang lolos, kita akan seleksi kembali, sampai menjadi 1 untuk menjadi perwakilan

Aiden Luwiston
Oke, kirim aja dulu nama pesertanya

Chef Ana
Daranita
Fanda
Udin
Barawa
Awali
Tata
Rewa
Rizal
Tuta
Andara

Mata Aiden berbinar saat nama Andara tertulis di sana. Aiden selalu berdoa, semoga keberuntungan menyertai Andara. Jadi dia bisa magang secara real di restoran, dan bisa bertemu dengannya.

Aiden kembali menekuni pekerjaannya ini, karena sebelum jam makan siang, dia harus segera pergi syuting.

Semuanya sudah beres, waktunya dia berangkat. Mempercayakan restorannya pada Manager. Dia harus pergi sekarang juga.

Menjalankan mobil suv miliknya, dia mulai mengarahkannya kearah rumah Andara. Entah kenapa, dia ingin sekali melihat Andara di sana, walau sekedar lewat saja.

Di sana Andara baru saja keluar dari mobil sedan warna hitam, di ikuti oleh Rendy.

Aiden berhenti di seberang jalan, dia ingin memantau lebih jelas apa yang mereka bicarakan.

"Harusnya kamu bersikap dewasa Dara, harusnya kamu tahu diri, jangaj kegatelan!" Andara menganga seperkian detik saat kejulidan menyertainya.

Tangan Andara melayang di udara, niat hati dia ingin mencekik leher panjang milik Rendy. Kalau tidak ingat membunuh itu haram, dia pasti benar-benar akan melayangkan nyawa Rendy saat ini dengan senang hati.

"Fix, mata lo siwer Pak Tua! Gue di kasih ya bukan meminta, lo ngerti gak artinya di kasih? perlu kamus EYD nggak?" Aiden rasanya ingin tertawa mendengar Andara menyebut Rendy Pak Tua.

"Aku belum tua Dara!" Desisnya tidak terima.

"Umur 30 tahun belum tua? astaga Bapak, kita beda 10 tahun kalau Bapak lupa. Udah ah gue mau masuk, lo pergi!"

"Dara!"

Andara mengacungkan jari tengahnya dan segera berlari masuk ke dalam rumah. Dia butuh penyegaran untuk hatinya yang panas karena kejulidan Rendy.

Aiden menutup kaca mobilnya dan tertawa terbahak-bahak, dia bahkan benar-benar terhibur atas apa yang di lakukan Andara pada Rendy saat ini.

Tiba di lokasi syuting pun, Aiden masih bisa memamerkan senyumnya ini. Dia bahkan tidak jarang menyapa kembali para kru yang menyapanya.

Aiden yang irit senyum pun, hari ini berubah menjadi murah senyum. Hatinya terlalu gembira saat melihat sendiri apa yang dilakukan Andara tadi. Andara ... ah kenapa rasanya jadi kangen sama dia.

***

Andara berdiri kokoh di depan Papanya, dia harus meminta bantuannya. Kepada siapa lagi dia harus meminta selain Papanya. Andara beringsut duduk di sampingnya, lalu merebahkan kepalanya di bahu pria paruh baya itu.

"Dara mau curhat sama Papa" Papanya mengangguk, dia menutup koran yang dia baca dan menangkup wajah anak bungsunya itu.

"Papa siap dengerin curhatan kamu 24 jam" Andara terkekeh, lalu menceritakan segalanya. Hubungan antara dia dan Rendy yang sudah mulai membuatnya jengah.

Apalagi tadi Rina ingin mengajaknya pergi memilih cincin pertunangan. Ini sudah membuat Andara mulai gila. Dia tidak ingin bertunangan ataupun menikah dengan Rendy. Ini sudah cukup.

Andara menolak keras apa yang diminta Rina. Apalagi Rendy dengan sengaja datang, saat Andara beralasan ujian susulan. Dan saat Rendy tiba, Andara sedang ngobrol bersama teman laki-lakinya yang dengan sengaja memberikan sebuah coklat padanya.

Andara hanya menerima bukan meminta. Tapi itu tidak berpengaruh pada Rendy. Yang Rendy lihat adalah Andara menerima coklat itu dari laki-laki lain. Adakah yanh punya golok buat tebas leher Rendy sekarang. Dia benar-benar sudah di batas ambang kesabaran menghadapi Rendy.

"Dara ingin benar-benar putus dari Rendy, Pa. Dara minta tolong sama Papa, tolong bantu Dara!" Tangannya menggoyangkan lengan Papanya sekilas.

"Oke. Kita bicarakan ini sama Mama kamu ya!" Andara bersorak gembira.

Dia menguatkan kembali hatinya, jika nanti Mamanya akan kecewa padanya, karena sudah menolak anak dari teman baik Mamanya. Andara duduk di depan Mamanya, menggenggam tangan wanita paruh baya itu. Tangan ini yang sudah mengajarinya banyak hal, dan tangan ini pula yang sudah mengantarkan dia hingga menjadi seperti ini.

"Dara minta maaf Ma, Dara mau putus sama Rendy"

Setelah kalimat itu dia ucapkan, tidak ada reaksi apapun dari Mamanya, hingga Andara menatap Mamanya yang tersenyum padanya. Andara masih bingung menerima dengan jawaban Mamanya. Satu anggukan dari Mamanya telah menjawab kebingungannya.

"Putus aja. Mama udah tahu kebusukan Rendy"

Ah benar, Rendy memang busuk. Dia jalan dengan sekretarisnya sendiri di depan mata Andara. Ah bukan, lebih tepatnya adalah Andara tidak sengaja tahu, Rendy bermesraan dengan sekretarisnya. Andara hanya ingin putus dari Rendy, itu saja.

Tapi ternyata, Mamanya juga mengetahui kebusukan Rendy. Dan Andara bisa bernapas lega, karena dia tidak bersalah dalam hal ini. Dan jalan selanjutnya adalah, memutuskan Rendy.

***

Rendy sedang berkutat dengan laporan bulanan yang mampu membuatnya di dera pusing kepala. Ada ketidak cocokan angka yang membuatnya ingin murka detik ini juga. Tapi suara pintu ruangannya yang terbuka, membuatnya urung melakukan hal itu.

Di sana berdiri seorang wanita dewasa yang cantik dan sangat anggun. Dia adalah mantan pacar Rendy. Perempuan yang sangat dia cintai, yang meninggalkan dirinya begitu saja saat karir wanita itu menanjak pesat. Bisnis butik yang dia kelola sudah mencapai internasional.

Rendy benar-benar terpaku, saat wanita itu berjalan mendekatinya, dengan senyuman yang mampu membuat raga Rendy menghilang dari bumi.

"How about you baby?"

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top