Chasing Rainbows - 8

Hari ini aku pergi ke perpus bersama sahabatku tercinta. Dan yah, sepertinya perpustakaan ini semakin lama semakin sepi. Aku masih ingat benar betapa ramai dan penuhnya perpustakaan ini beberapa bulan yang lalu. Dan kini, tempat ini mendadak sepi. Mungkin hanya ada beberapa puluh anak di sini. Dan dengan perpustakaan yang luas ini, beberapa puluh anak menjadi sangat sedikit di ruangan ini.

Baiklah, kami memilih tempat duduk di bagian pojok dekat tangga berada. Aku duduk menghadap rak buku yang berisi ratusan buku tebal berbagai bahasa. Oke, sekarang aku siap untuk mengerjakan tugasku.

Kini aku dan temanku sudah berdiskusi mengenai tugas kami. Sekedar iseng saja, aku mengamati arah kanan dan belakangku. Dan di sana, arah jam 5 aku melihatnya. Cowok yang sudah lama menjadi mimpi terindahku. Sebenarnya aku agak tidak yakin bahwa dia adalah dia karena tempat yang dia duduki terlihat agak gelap dan jauh dari tempatku. Tapi bagaimana pun juga, aku tahu bahwa dia adalah dia.

Di sana, dia duduk dengan teman-temannya—yang kebetulan berjenis kelamin perempuan semua. Aku sangat senang dan bahagia bisa melihatnya lagi. Senyuman di bibirku mengembang begitu saja tatkala aku melihatnya.

Sebenarnya aku agak menyesal untuk duduk di sini. Andai aku menyadari keberadaannya sejak pertama kali kakiku menginjakan ruangan ini, mungkin kami—aku dan temanku—bisa mencari tempat duduk yang berada di sebelahnya, atau belakangnya. Itu akan sangat luar biasa membahagiakan atau memalukan--yah, aku tidak akan pernah tahu hal bodoh apa yang bisa aku lakukan bisa berada di dekatnya. Terakhir kali bertemu dengannya, kelakuanku sangat tolol. Sebenarnya aku tidak ingin hal itu terjadi lagi. Karena apa? Tentu, itu sangat memalukan.

Berulang kali aku menoleh ke arahnya dan berharap dia tidak akan pernah tahu. Aku suka memandangnya diam-diam. Aku suka merasakan kebahagiaan kecil yang tercipta karena keberadaannya. Aku suka lengkungan di bibirku yang tercipta karenanya. Tapi dia terlalu sulit di jangkau.

Setelah beberapa saat, temanku memberi kode bahwa dia telah meninggalkan ruangan ini. Yah, sekarang dia sedang berjalan menenteng leptopnya menuju arah tangga. Aku mengamatinya. Dan dia masih sama. Orang yang aku sukai sejak awal ospek.

Aku baru ingat bahwa ini hari jum'an dan seorang pria mempunyai kewajiban tersendiri di hari ini. Oke, sekarang dia sudah menghilang dari ruangan ini. Objek indah untuk mata dan hatiku sudah pergi. Mungkin ini saatnya aku kembali ke tugasku. Baiklah.

Setelah beberapa lama, aku melihatnya kembali. Yah, dia kembali lagi ke tempat di mana dia tadi duduk—masih bersama teman-temannya yang berjenis kelamin perempuan. Aku dan temanku memperhatikannya yang sedang berjalan ke arah teman-temannya. Aku tersenyum kecil memandangnya. Sampai ketika dia akan duduk, dia melihat ke arahku. Entahlah, dia melihat diriku atau siapa. Yang pasti aku masih melihatnya sampai dia menengok kanan kiri dan belakang. Kemudian dia duduk dan membuka leptopnya.

Aku menoleh ke arah temanku yang ternyata sudah sibuk dengan laptopnya.

Eh, tunggu deh, dia tadi nggak bingung karena kulihatin kan? Iya kan?

Dia juga nggak sadar kan aku ngelihatin dia? Iya kan?

Oh no, semoga tidak!

 =======+++++=======

Nggak nyangka ada yang mau baca cerita super gaje yang entahlah ini wkwkwkwkwwk...

Ini sekedar cerita yang kebanyakan orang mengalaminya. Cidaha. Cinta dalam hati. eeciieehhh.. wkwkwkwkwkk





Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top