Plan G: Graduation, Guarded Over
Gimana caranya jadi penjaga Tuan putri yang gengsian dan punya trust issue? - Ari
***
Salsa adalah manusia yang senang memperlihatkan pada orang-orang bahwa keajaiban memang bisa terjadi di dunia. Siapa sangka anak yang malas-malasan kuliah dan sering membolos itu bisa lulus tepat waktu dengan nilai yang sangat baik. IPK-nya 3.76! Cum laude! Alva yang lebih rajin saja hanya bisa mencapai IPK 3.31.
Kalau Ranti adalah hasil jenius dari kecintaannya pada ilmu pengetahuan, Salsa itu jenius bakat bawaan dari lahir. Memang daya tangkap Salsa selalu setingkat lebih cepat daripada orang-orang di sekitarnya.
Itulah kenapa dia beruntung sekali ada Ranti di dekatnya yang mau membantu mengarahkan bakat itu karena jujur saja, Salsa biasanya tidak pernah panjang memikirkan masa depan. Ranti lah yang membantu membimbingnya agar dapat berpikiran lebih dewasa dan penuh pertimbangan.
Hari wisuda adalah hari dimana Salsa merasa bebas. Dia siap terbang, tanpa harus melakukan hal yang tidak dia inginkan seperti belajar (Kepada Ranti, mohon jangan tersinggung). Di hari itu Salsa nampak sangat ceria. Dengan kebaya pink dan makeup natural berbuansa soft pink, dia tampil menawan karena senyumnya tidak berhenti mengembang.
Postingannya ke instagram tentang gladi resik wisuda pun seolah menjadi pengumuman selesainya masa hiatus Salsa di dunia maya. Hal ini tentu saja disambut gembira oleh ratusan ribu followers-nya
Saat wisuda, teman-teman sejurusan datang. Beberapa cowo yang gencar melancarkan modus untuk mendapatkan Salsa hadir. Bahkan, penggemar postingan Salsa pun turut ada mendukung idola dan role model mereka di hari kelulusannya.
"Kak Salsa ... aku dateng dari Bandung ... selamat ya Kak atas kelulusannya," lima adik-adik kecil yang nampak masih SMP itu memberi bunga mawar kepada Salsa. Melihatnya, Salsa sungguh terkejut. Dia tidak menyangka ada yang mau melakukan hal seperti ini untuknya. Padahal dia hanyalah beauty blogger, bukan artis sinetron atau selebriti ternama.
"Yaampun makasih banget sayang-sayangkuuuu ..." ucap Salsa ramah sambil memeluk kelima anak perempuan itu satu per satu. Bisa dilihat wajah riang kelima anak itu.
"Karena Kak Salsa, cita-cita kami empat tahun lagi adalah masuk UI, Kak! Biar bisa foto-foto seru di perpustakaan sama banyak lokasi-lokasi kayak di instagramnya Kak Salsa," ucap salah seorang dari mereka. Kedengaran konyol mungkin bagi beberapa orang, tapi Salsa sampai mau menangis mendengarnya. Mendengar apa yang dia lakukan menginspirasi seseorang secara positif seperti ini, Salsa merasa terharu.
"Iya, semangat belajarnya biar lulus ke sini yaa!! Kakak doain biar tercapai cita-citanya! Eh, ayok foto-foto dulu," Salsa menengok ke kiri dan kanan, dilihatnya Kak Ari yang berdiri tidak jauh dari dirinya, "Kak Ari, tolong fotoin dong!" Sahut Salsa.
Meskipun Kak Ari hanya diam, dia menghampiri Salsa dan mengambil ponsel Salsa untuk membantu mereka berfoto bersama.
"Di depan gedung rektorat! Nanti kalo kalian wisuda di sini gantian kalian ajak aku foto-foto di sini yaaa ..." ujar Salsa riang. Mendapat dukungan sebegitu besarnya dari sang idola, beberapa anak menangis haru. Salsa sempat panik tapi akhirnya mereka saling berceloteh dan tertawa. Kak ari dengan sabar menunggu sambil menyaksikan kejadian itu dengan seulas senyum.
Setelah selesai, kelima anak itu pun pamit karena orang tua mereka sudah memanggil. Salsa mengantar mereka sambil menyalami para orang tua anak-anak SMP SMP tersebut.
Interaksi Salsa dan anak-anak tadi tidak lepas sedikitpun dari perhatian Kak Ari. Lagi-lagi rasa kagum tumbuh di hati Kak Ari.
"Kak, liat dong hasil fotonya," tahu-tahu Salsa sudah di hadapan Kak Ari saat dirinya sedang melamun. Kak Ari memberikan Salsa ponselnya. Salsa mengecek sebentar foto-foto yang diambil Kak Ari tadi.
"Waah ... bagus-bagus fotonya! Makasih ya Kak," ucap Salsa dengan senyuman lebar. Wajah Kak Ari terasa hangat. Dia mengalihkan pandangannya sambil menjawab seadanya.
"Sa! Mau juga dong foto bareng! Gue juga follower elo loooh!" Seorang laki-laki yang nampaknya masih SMA menghampiri dengan cukup seenaknya. Kak Ari mengernyit, apalagi saat melihat Salsa seperti mau menyetujui ajakan bocah ingusan sok asyik itu.
"Eh, gue dulu dong, Sa. Gue juga belom foto bareng wisudawati populer yang satu ini," ujar Kak Ari pada Salsa ramah. Terlalu ramah.
Salsa memasang wajah curiga sementara Kak Ari memberikan ponselnya pada laki-laki selengean tadi, "Tolong ya, Cah! Foto yang bagus!"
Diperintah Kak Ari yang jauh lebih tua dan badan yang lebih besar membuat nyali laki-laki muda tadi ciut. Dengan kecewa dia memotret Salsa dan Kak Ari.
Jantung Salsa seperti mau berhenti ketika Kak Ari melekatkan dirinya dan merangkul pinggang Salsa! Dengan otomatis Salsa menyenderkan kepalanya ke bahu besar Kak Ari. Wajahnya tersenyum tanpa harus dipaksa.
Rejeki wisudawati, Alhamdulillaaaahh ...
Laki-laki itu memberi Kak Ari ponselnya dan langsung beranjak. Salsa langsung mencuri ponsel itu dari tangan pemiliknya. Bagus! Si laki-laki muda tapi genitnya ngalahin om-om tadi memotret Salsa dan Kak Ari beberapa kali! Langsung saja Salsa mengirim semua foto dalam ponsel Kak Ari itu kepadanya.
"Nambah koleksi foto wisuda Kak," ujar Salsa beralasan.
"Ya ambil satu aja, kenapa harus semua?" Tanya Kak Ari risih. Niatnya tadi sebenarnya hanya untuk mengusir anak cowo yang tidak sopan itu.
"Biar ada pilihan kalo mau di-post lah!" Jawab Salsa.
"Ngga usah di post!!" Balas Kak Ari panik.
"Dih, wisudaan gue ya suka-suka gue mau ngepost foto apaan."
"Woi! Berduaan aja nih," Ranti memotong adu mulut Salsa dan Kak Ari. Alva menahan senyumnya. Lalu Ranti dan Alva pun memonopoli Salsa sebelum akhirnya meminta jasa Kak Ari sebagai tukang foto kembali.
Tiga sarjana, memiliki tujuan yang berbeda-beda. Salsa dengan rencana kerjanya di bidang periklanan, Ranti yang ingin lanjut S2 Sosiologi, serta Alva yang sudah diterima kerja di salah satu channel TV ternama dan bercita-cita menjadi seorang program director.
Ketiganya punya banyak rencana, realita yang berbeda serta tantangan masing-masing. Tapi itu jatahnya untuk dipikirkan besok. Hari ini, tiga serangkai ini memilih untuk bersenang-senang. Mengumpulkan kenangan tentang satu pencapaian.
"Bokap nyokap mana, Sa?" Tanya Kak Ari. Senyum Salsa sedikit memudar, tapi tidak bisa hilang sama sekali.
"Ngga bisa dateng," kata Salsa.
"Kena-"
"Kakak! Ayo siapin mobil. Keluar bakal macet nih!" Kata Mama Kak Ari dan Ranti, "Salsa, Alva, tante titip Ranti ya."
"Iya tante," sahut Salsa dan Alva kompak.
Kak Ari cukup kecewa karena percakapannya dipotong. Tapi Mama dan Papa benar. Balairung UI sudah penuh sesak. Acara wisuda begini keluar kampus dan Depok pasti akan lama sekali. Bisa berjam-jam malah. Akhirnya Kak Ari pun mengikuti Papa dan Mama menuju mobil mereka.
"Kamu tuh udah tau belom sih, soal orang tuanya Salsa?" Tanya Mama tiba-tiba setelah Mama, Papa dan Kak Ari berada di dalam mobil. Kak Ari bingung.
"Tau apa, Ma?" Tanya Kak Ari penasaran. Penasaran sekali sampai jantungnya berdegup kencang.
"Mama sama Papanya Salsa tuh bermasalah, Kak. Mereka ngga akur gitu. Dulu tiap ambil raport mereka berdua suka dateng tapi berantem terus. Denger-denger sekarang malah udah ngga pernah ketemuan, sibuk sendiri-sendiri ..." tanpa terasa Mama bercerita pada Kak Ari seperti bercerita pada sesama orang tua murid. Tapi Kak Ari memperhatikannya dengan seksama.
"Mama sama Papa suka prihatin, Ri, sama Salsa. Makanya suka nyuruh Ranti ngajak makan dan main bareng di rumah. Untung dia ceria ya anaknya. Ngga kepengaruh masalah orang tuanya," lanjut Papa.
Ngga mungkin ngga kepengaruh sih, Kak Ari membatin memikirkan si tuan putri yang kesepian itu. Rasa tidak nyaman itu kembali muncul di dadanya.
"Kakak sekantor sama dia kan? Bantu jagain ya ... dia kayaknya kalo bergaul suka ngga lihat-lihat orang. Kakak bantu lihatin, ya?" Kata Mama. Kak Ari tersenyum dan mengiyakan.
***
"Gue jadi tidur di kamar lo kan tapi Kak?"
"Liat dulu guna lo ... ada apa ngga?"
"Ya Allah itu mulut ..."
"Napa pada suka bilang gitu sih ke gue?!"
Ranti cekikikan melihat interaksi Alva dan Kak Ari malam itu. Entah dalam rangka apa, Kak Ari mengadakan rapat mini beranggotakan tiga orang; dirinya sendiri, Ranti dan Alva. Kak Ari bahkan menambahkan pesannya pada Ranti supaya Salsa jangan salpai tahu. Kurang bikin penasaran apa coba?
"Jadi apa yang mau lo tahu soal Salsa, Kak?" Tanya Ranti langsung.
"Kok lo tahu ini soal dia?" Kak Ari mengernyit.
"Karena kalo ngga pesen lo jadi 'jangan lupa ajak Salsa' gitu, Kak." Kak Ari melempar senyum pada adiknya yang satu. Nalarnya memang cepat.
"Gue mau tahu soal orang tuanya. Lo berdua tahu?" Tanya Kak Ari. Ranti dal Alva saling pandang dengan wajah khawatir.
"Kalo dari Salsa sendiri sih ngga banyak. Paling dia curhat sedih pas ulang tahunnya ngga diucapin sama Mama dan Papanya. Terus suka ngeluh rumah sepi. Emang udah dua tahunan ini Mama-Papanya ngga pernah pulang lagi ke rumah. Mana Mba-mba selain Bi Miyem dirumahnya makin lama makin berkurang terus sekarang jadi ngga keliatan. Mungkin lagi susah nyari ART jaman sekarang. Jadilah rumah segede itu isinya cuma Salsa sama Bi Miyem. Tapi feeling gue sih dia bilang sepi itu lebih ke kangen orang tuanya," Ranti mulai mengalirkan cerita yang ia tahu tentang Salsa dan keluarganya.
"Bi Miyem pernah cerita ke gue soal orang tuanya Salsa. Mereka suka berantem gitu, Kak. Jadi perusahaan mereka suka saling pinjem duit, terus suka saling nagih. Kalo udah ngomongin utang perusahaan mereka bisa ngotot banget berantemnya. Bi Miyem suka kasihan kalo pas Salsa ngedenger mereka ribut," tambah Alva.
Kak Ari mendesah mendengar cerita tentang keluarga Salsa dari dua sahabatnya itu. Pantas Salsa jadi anti bekerja di bidang finansial.
"Ngga nyangka ya, tampilan luarnya happy banget padahal ..." kata Kak Ari.
"Kalo boleh jujur gue malah paling khawatir kalo Salsa jadi terlalu happy sih," respon Ranti. Kak Ari mengernyit, meminta penjelasan tambahan, "biasanya itu karena dia kesepian banget, Kak."
"Hobi jalan sama gonta-ganti cowonya itu karena dia ngga kuat sendirian. Dia kepengen ditemenin dan diperhatiin gitu. Makanya Ranti sama gue udah mulai khawatir kalo dia udah mulai jalan sama cowo," Alva melanjutkan penjelasannya.
"Lo pada ngga pernah nyoba ngasih tau dia apa kalo sikapnya itu mengkhawatirkan?" Ucapan Kak Ari ini langsung mengundang desahan dan tawa kecil Ranti dan Alva.
"Sampe berbusa kali, Kak, kita ngasih taunya," balas Alva, "Salsa tuh rumit, Kak. Kalo kita terlalu mojokin dan protektif, dia malah bakal ngedorong balik jauh-jauh. Selain pride-nya tinggi, dia takut buat terlalu percaya. Ngga tau deh udah berapa kali dia nge-push gue sama Ranti ngejauh. Kitanya aja yang balik lagi balik lagi. Makanya cuma kita yang bertahan jadi temen deket Salsa."
"Kalo boleh jujur, sekarang malah dia udah mendingan. Udah bisa nahan diri, nyaring pergaulan dan cowo. Tapi kadang ya kumat lagi, apalagi bokap nyokapnya udah beneran ngga pernah pulang kayak sekarang ..." tambah Ranti.
Bener-bener tuan putri nyusahin deh nih anak satu, Kak Ari membatin gelisah. Hati nuraninya tidak tega membiarkan Salsa yang penuh semangat dan punya banyak mimpi itu terjerumus karena salah langkah.
"Bantuin dia, Kak ..." kata Ranti menggantung. Ranti juga tidak begitu jelas meminta bantuan apa dari Kak Ari. Tapi karena Ranti tahu Salsa naksir Kak Ari, bisa berada dekat kakaknya itu mungkin bisa membuat Salsa merasa terhibur.
Lagipula tumben juga Kak Ari peduli pada Salsa. Jangan-jangan pengejaran Salsa betul-betul membuahkan hasil. Tidak ada salahnya Ranti memberi sedikit dorongan lagi kan?
"Gue coba," jawab Kak Ari yakin.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top