Plan C: Crushing Competitor
Natural make-up itu makeup-nya tebel. Keliatan effortless bukan berarti ngga ada effort. Kadang orang aja yang ngga tahu seberapa tebel effort kita. - Salsa
***
Saat Ranti berkata, "gue atur", masalah apapun pasti akan beres. Contohnya soal Kak Ari ini, sejak Ranti berkata demikian Kak Ari jadi lebih sering terlihat di ruang makan karyawan saat jam makan siang.
Saat Salsa tanyakan, Ranti menjelaskan bahwa sejak minggu lalu, Ranti selalu membawakan Kak Ari bekal dengan Alasan ada porsi lebih saat membuatkan Alva bekal.
Kak Ari senang-senang saja dibekali Ranti, hitung-hitung dia tak perlu pusing memikirkan mau makan apa saat jam istirahat. Tapi dia jadi harus terus menghangatkan makanannya di microwave ruang makan karena Ranti terus-terusan mengingatkan agar bekalnya jangan dimakan dingin-dingin. Karena itulah dia kini selalu makan di ruang makan.
Hari ini seperti biasa, Salsa mencari Kak Ari di ruang makan. Dua teman magangnya yang bernama Prilly dan Naia pun masih mengekor.
Begitu sosok Kak Ari terlihat, Salsa langsung menghampiri. Tapi Salsa cukup terkejut melihat bahwa di samping Kak Ari sudah duduk manis seorang Mba-mba kantoran.
Mba ini tampil provokatif dengan baju sabrinanya yang ketat dan diturun-turunkan sehingga belahan dadanya mencuat. Salsa risih melihatnya.
Bukan merasa kalah saing, menurut Salsa tubuhnya tidak kalah seksi kok. Tapi Salsa pernah pakai baju seperti itu dan Salsa tahu untuk dapat memperlihatkan belahan dada seperti Mba ini, bajunya harus sering ditarik turun.
Salsa pribadi merasa pakaian tersebut kurang pantas untuk ke kantor. Kurang profesional. Kalau memang perempuan boleh berpakaian semaunya, harusnya laki-laki juga bisa dong ke kantor menggunakan celana pendek dan sendal jepit?
Tapi kemungkinan besar Salsa hanya sedang risih karena membayangkan pemandangan seperti itu dinikmati Kak Ari sejak tadi.
"Hai Kak," sapa Salsa ramah diikuti Prilly dan Naia. Kak Ari hanya mengangkat dagu untuk membalas salamnya. Salsa mengangguk ramah pada si Mba kantoran dan Salsa bisa melihat pandangan meremehkan Mba yang sepertinya lebih tua 2-3 tahun daripada dia.
"Siapa nih, Mas?" Tanya Mba tersebut pada Kak Ari.
"Anak magang kreatif," jawab Kak Ari. Mba itu ber-oooh ria.
"Masih magang toh?" Tanya Mba itu, lebih seperti menyindir nadanya.
"Everyone, Meet Clarissa. Dia junior planner gue. Didikan gue langsung. Lo kalo mau nanya-nanya soal media planning bisa ngobrol sama dia juga, Sa," kata Kak Ari memperkenalkan Mba itu. Mba itu pun nampak bangga saat dikenalkan sebagai "junior planner gue" oleh Kak Ari. Salsa menahan diri untuk tidak memanyunkan bibirnya meskipun hatinya sudah sangat ingin cemberut.
Seumur-umur baru kali ini Salsa merasa jealous tapi tidak berhak. Makan hati banget ternyata.
"Gue mah masih beginner banget, ngga ada apa-apanya dibandingin master kayak elo, Mas," kata Clarissa pada Kak Ari yang langsung memunculkan lesung pipit laki-laki kesayangan Salsa itu karena tersenyum malu.
Hmm ... mulut manisnya berpotensi beracun. Insting Salsa mengatakan ada yang tidak beres pada Clarissa ini. Dia pasti punya niat macam-macam kepada Kak Ari.
Sama dong seperti Salsa ...
***
"Ya gengges banget pokoknya! Trying too hard to be sexy gitu loh!" Curhat Salsa kepada Alva dan Ranti.
"Some men don't mind with that," kata Alva mengangkat bahu. Ranti dan Salsa kompak menatap Alva dengan pandangan jijik.
"Some men, not me ..." koreksi Alva pendapati pandangan penuh penghakiman itu.
Salsa menyudahi tatapan tajamnya, tapi tidak dengan Ranti. Alva menyadarinya.
"I prefer my woman to look effortlessly beautiful," lanjut Alva sambil melempar senyum manis pada Ranti.
"Yeeehh ... kadal! Kok malah ngegombal! Ini cerita gue digantungin?!" Tanya Salsa sewot.
Saat itu mereka sedang bertemu di mall dekat kantor Salsa dan Kak Ari. Ranti baru selesai mengajar dan dijemput Alva karena Salsa mengadakan 'urgent meeting'. Ternyata topiknya Kak Ari, bukan skripsi. Menyesal deh Ranti panik dan buru-buru mendatangi kafe di mall tersebut.
"Salsa baweeelll ... sini sini peluk duluuu ..." kata Ranti sambil memeluk Salsa, "Lo kenapa kayak insecure gini sih? Ngga kayak elo banget deh. Emang lo pikir nih cewe lebih seksi dari lo?" Ranti bisa merasakan gelengan kepala di bahunya.
"Lo pikir kakak gue sedangkal itu bisa gampang di-seduce pake belahan dada?" Kali ini Salsa tidak bereaksi.
"You really think my brother would fall for that?!" Ranti melepaskan pelukannya dan menatap Salsa tidak percaya.
"He won't. I told you before, he never be a big fan of aggressive women," kata Alva mencoba meyakinkan dan menenangkan Salsa.
"Bukan masalah belahannya ..." kata Salsa ragu.
"Eh tunggu, tapi gede ngga?" Tanya Alva yang langsung dihadiahi cubitan oleh Ranti.
"Gede apanya?" Suara itu memecah perhatian mereka. Ketiganya menengok kompak dan ternyata Kak Ari sudah berdiri di dekat meja mereka.
"Loh, gerombolan si berat ngapain ngumpul di sini??" Kak Ari tidak menunggu jawaban untuk pertanyaan pertamanya karena lebih tertarik dengan pertanyaan berikutnya.
... Dan ada Clarissa. Di sebelah Kak Ari. Serasa ada yang melempar petasan ke jantung Salsa.
"Siapa, Mas?" Tanya Clarissa dengan nada dimanis-manisin.
Siapa yang ngajak lo ngomong sih?! Sok manis dasar! , Salsa bersungut dalam hati.
"Adek gue sama temen-temennya," jawab Kak Ari.
"Loh, ada si anak magang?" Clarissa terkejut melihat Salsa. Wajahnya berubah waspada.
"Dia temennya adek gue."
"Ngapain lo, Kak? Nge-date?" Tanya Ranti. Salsa berkeringat dingin menunggy jawaban Kak Ari sementara Clarissa tersenyum samar.
"Kagak. Gue sama temen-temen kantor gue mau nobar," jawab Kak Ari sambil menunjuk ke luar kafe. Di sana nampak beberapa orang yang sedang melihat ke dalam sambil menunggu Kak Ari.
"Terus ... Mba-nya ngapain ikutan ke sini?" Tanya Ranti bingung. Kak Ari menatap Clarissa selama dua detik dengan wajah yang bingung juga.
"Lah, iya juga ya. Lo ngapain ikut gue, Clar?" Tanya Kak Ari tanpa dosa. Salsa mati-matian menahan tawanya sementara Clarissa sudah salah tingkah.
"Eh, itu ... aku mau beli kopi, Mas."
"Loh, nanti ketahan dong di bioskop. Balik-balik udah dingin kopi lo."
"Iya juga ya ..."
"Gimana dah?? Lo kalo nge-plan ngopi aja blank gini gimana nge-plan media placement sebulan ke depan?" Kata Kak Ari heran. Nadanya tenang tapi begitu menusuk. Tiga serangkai menahan tawa dan kompak menunduk sejenak sambil melipat mulut mereka ke dalam.
"Lo ngga nyuruh adek gue magang di tempat gue kan, Cah?" Tanya Kak Ari pada Salsa. Tawa Salsa lenyap.
"Curigaan amat sih lo, Kak," balas Salsa.
"Emang kenapa kalo gue magang di tempat lo?" Tanya Ranti penasaran.
"Kelarin dulu tuh kuliah, baru kerja. Udah ah, gue cabut dulu ya," kata Kak Ari mewanti-wanti lalu langsung pamit. Ketiganya pun melambaikan tangan.
Wajah Salsa berubah kecut.
"Biasa aja Mba-nya itu. Lo tenang aja sih, Sa ..." kata Alva menangkap keresahan Salsa. Bener juga Ranti, tumben nih anak satu insecure banget soal cowo.
"What do you see in Ranti ... I want to be seen like that, too ..." Kata Salsa. Alva dan Ranti menyimak, "I want to be seen as a woman, tapi lo denger sendiri kan dia suka manggil gue apa? Buat dia gue cuma bocah. Kagak ada cakepnya. Beda sama si Clarissa itu yang pastinya keliatan lebih dewasa daripada gue! Kesel ih gue lama-lama!!"
"Sabar, Sa ... gue aja nungguin Ranti lima tahun. Pake dicurhatin soal Reza pula dulu. Galau banget emang rasanya," kata Alva.
"Va, kalo temen lagi curhat tuh jangan curhat balik. Ngaco lo ah," ujar Salsa jutek sementara Ranti tertawa terbahak-bahak.
"Lo kebanyakan mikir, Sa. Just keep doing what you always do. Biasanya kalo lagi deket sama cowo lo ngapain? Ya gitu juga aja ke Kak Ari," kata Ranti.
"But will it works?"
"It works before. I don't see why it can't works this time," jawab Ranti membuat perasaan Salsa menjadi lebih positif.
Benar juga, Salsa takut apa sih? Bukannya dia tidak pernah gagal memikat lawan jenis? Kali ini juga dia pasti bisa walaupun lawan jenisnya sejenis gamer lumutan yang hatinya setumpul batu kali seperti Kak Ari.
***
Oktober tiba, aura Halloween sudah merebak ke seluruh penjuru kantor. Di akhir Oktober, perusahaan Salsa dan Kak Ari mengadakan pesta kostum. Biasanya mereka yang memakai kostum terbaik akan mendapatkan hadiah. Selain itu juga ada door prize. Hal ini tentu saja membuat seluruh karyawan sangat niat untuk berkostum saat hari H nanti. Bukan apa-apa, hadiah kostum terbaik tahun lalu itu laptop yang bisa dilipat-lipat itu. Tahun ini bisa jadi lebih mewah lagi.
"Lo nanti mau jadi apa, Sa?" Tanya Prilly saat mereka makan siang bersama. Saat itu ada empat orang di meja tempat Salsa makan. Salah satunya tentu saja Kak Ari yang Salsa niatkan untuk dipepet terus. Naia sedang mencoba makan di luar kantor dengan anak kreatif yang lain. Bisa ditebak siapa orang keempat di meja itu? Yap. Clarissa.
Selama Salsa mencoba mendekati Kak Ari, selama itu pula Clarissa gigih melakukan hal yang sama. Hal yang paling menyebalkan adalah Clarissa sering sekali mengajak Kak Ari mengobrol tentang kerjaan. Banyak istilah dalam membuat strategi media yang masih sangat asing bagi Salsa sehingga Salsa kesulitan untuk ikut serta dalam percakapan tersebut. Mau tidak mau dia lebih sering mengobrol dengan teman magangnya.
"Penyihir kayaknya. Gue punya jubah sama topinya soalnya," jawab Salsa sambil mengaduk makanannya.
"Mau jadi nenek sihir lo, Cah??" Tanya Kak Ari mau tahu. Kenapa sekalinya ngajak ngobrol harus pake ngatain sih, Kak?
"Ngga lah. Muka cantik flawless gini mah ribet makeover-nya kalo harus jadi jelek," ucap Salsa tengil. Kak Ari tertawa meremehkan.
"Lo sendiri jadi apa, Kak?" Tanya Salsa penasaran.
"Jadi anak kuliahan kali. Biar bisa pake kaos sama celana jeans," jawab Kak Ari ringan.
"Muka lo ketuaan 10 tahun tapi, Kak," balas Salsa. Entah kenapa kalau mengobrol bersama mereka malah selalu berakhir dengan saling cela. Kadang Salsa sebenarnya juga ingin saling sayang dan perhatian. Yah, nasib ...
"Mata lo tuh minus 10. Masih keren gini juga. Iya kan?" Tanya Kak Ari pada Clarissa yang dijawab dengan anggukan penuh dukungan.
Prilly tertawa terbahak-bahak mendengar interaksi Salsa dan Kak Ari sementara Clarissa diam saja. Salsa diam-diam memandangnya dan Clarissa pun menantang balik pandangan Salsa. Tatapan Clarissa tajam dan seperti mengancam. Menyebalkan.
Oh, it's on ...
***
Malam yang ditunggu seantero kantor sebagai sarana melepas penat pun datang. Aula besar kantor sudah disulap dengan properti spooky.
Dry ice bertebarang dimana-mana, mengepulkan asap. Aneka hidangan disajikan dalam tema horor. Ada beberapa kepala labu dan boneka-boneka mumi dan zombiebdi beberapa sudut ruangan. Bahkan pencahayaan aula pun sudah di buat bernuansa keunguan. Salut kepada team General Affairs yang bukan saja menyalakan semangat Halloween di kantor, tapi juga membuat dekorasi acara yang sejak pukul tiga sore sudah membuat karyawan tidak konsentrasi bekerja.
Satu lagi yang menarik perhatian dan membuat banyak orang tidak konsentrasi bekerja adalah Salsa. Sejak pukul setengah lima, Salsa seperti kebanyakan orang dikantornya sudah berganti baju dan memakai make-up yang sesuai dengan karakternya.
Salsa yang sehari-hari sudah menyedot banyak kekaguman hanya dengan kemeja, celana jeans, lipbalm pink dan eyeliner, kini terlihat luar biasa dengan kostum penyihir-nya.
Padahal menurut Salsa kostum ini sangat sederhana. Ia hanya memakai atasan kaus sabrina polos berwarna hitam, rok mengembang di atas lutut, legging berwarna ungu, jubah penyihir berwarna hitam dan topi penyihir berwarna senada jubah.
Salsa memang cukup memberi aksen pada make-up. Alisnya tergambar rapi, matanya diberi riasan smokey eyes yang bernuansa ungu. Salsa sudah memiliki bulu mata yang tebal sehingga dia cukup melentikkannya dan memakai maskara untuk membuat matanya nampak besar. Dia memakai contact lens berwarna light grey untuk memberi kesan seram dan misterius. Wajahnya yang sudah bercahaya makin terlihat tak tercela setelah memakai B.B. Cream dan bedak. Sapuan highlighter di beberapa titik membuat wajahnya tampak dewey. Bibirnya tersapu lipstik likuid merek Gerard dengan shades Gravity sehingga memberikan warna ungu gelap di bibir mungil tapi berisi tersebut.
Layaknya penyihir, dia menyihir siapapun yang dia tatap. Baik laki-laki maupun perempuan, tidak ada yang tidak tersipu saat mata mereka bertemu dengannya.
Tidak sampai dia bertemu Kak Ari.
"Heh Dakocan, sok kecakepan banget deh lo," sapa Kak Ari tidak sopan. Salsa yang tadinya sibuk senyum-senyum tebar pesona langsung cemberut dibuatnya.
"Apaan sih, emang gue cakep juga," balas Salsa tanpa malu. Salsa tidak tahu saja kalau sejak tadi teman-teman kantor Kak Ari bolak-balik menghampirinya dengan nada heboh minta dikenalkan pada Salsa sampai membuat Kak Ari risih dan sebal. Makanya Kak Ari langsung melampiaskannya dengan mengatai Salsa.
Salsa sendiri terpesona oleh Kak Ari yang ternyata memakai 'kostum' Clark Kent. Meskipun atributnya sederhana seperti kemeja biru kotak-kotak, kacamata bulat dan rambut klimis, tapi tampilan nerd seperti itu malah membuat Kak Ari terlihat menggemaskan. Salsa menunduk lalu mendekat pada Kak Ari. Dia berusaha mengungkapkan pertanyaan meskipun agak ragu akan senang dengan jawabannya.
"Emang gue beneran kayak dakocan ya, Kak?" tanya Salsa perlahan. Tidak peduli bagaimana mata-mata lain memujanya, kalau mata pujaannya melihatnya begitu nyesek juga ternyata rasanya. Kak Ari menatap Salsa sekilas sambil mengerutkan dahi lalu mengalihkan pandangannya sambil tersenyum.
"Elo cantik banget kok ..." kata Kak Ari.
"Tapi ...?" tanya Salsa menangkap nada gantung Kak Ari. Jantung Salsa nyaris berhenti karena tiba-tiba Kak Ari mendekati telinganya. Mungkin karena suasana sudah agak ramai dengan dentuman musik yang cukup keras. Acara sudah mau dimulai rupanya.
"I like your usual effortless beauty more," kata Kak Ari pelan di telinga Salsa sebelum akhirnya berlalu.
Dada Salsa nyut-nyutan. Tidak pernah rasanya dia merasa panas dingin seperti ini saat dipuji laki-laki. Apalagi kata-kata yang dipakai mirip dengan ucapan Alva pada Ranti waktu itu. Mereka memang berguru dari orang yang sama mungkin ya?
Tunggu ... kalau Alva mengucapkan pujian itu kepada perempuan yang dia cinta, jangan-jangan Kak Ari .........
Oke, pikiran Salsa kejauhan.
Duh, Kak Ari bener-bener deh bisaan banget ngaduk hati gueee ...
Senyum Salsa hilang saat melihat Kak Ari sudah ditempeli oleh Clarissa. Saat itu Clarissa berkostum gadis berkerudung merah dan imajinasi Salsa rusak melihat karakter dongeng itu tampil centil dan provokatif di depan matanya. Jubah merah Clarissa menutupi kepala sampai punggungnya, tapi bagian depannya terbuka lebar. Itu belahan dada lagi-lagi kemana-mana, membuat Salsa istighfar berkali-kali. Tapi Salsa menahan diri untuk tidak nyinyir. Dia tahu dia sedang cemburu dan memperlihatkannya hanya akan membuat Clarissa puas.
Tapi mana mungkin Salsa membiarkannya begitu saja kan?
***
Kak Ari sedang berkumpul dengan gerombolan anak media ketika Salsa menghampirinya.
"Hai semua," sapa Salsa ringan dan sopan dengan senyum yang mengembang. Dari tiga laki-laki dan dua perempuan yang ada di sekeliling Kak Ari, hanya satu orang yang tidak membalas sapaannya. Bisa ditebak siapa kan?
"Ngapain lo ke sini?" tanya Clarissa kasar.
"Eh, tapi kita ngga ngusir loh. Kalo mau gabung di sini juga boleh," kata Gusti, salah satu teman planner Kak Ari. Semuanya menyoraki Gusti yang kentara sekali sedang modus.
"Lo ngapain ke sini?" Kak Ari mengulang pertanyaan Clarissa sehingga membuat perempuan culas itu tersenyum bangga.
"Ngga boleh?" tanya Salsa dengan wajah polos. Kak Ari tidak menjawab. Malah teman-temannya yang lain yang membantu jawab, "Boleh kok ... apa sih yang ngga buat Salsa ..."
Salsa tersenyum dan berterima kasih. Setelah berbasa-basi sejenak, Salsa langsung melancarkan serangannya untuk mebuat jantung Clarissa berhenti mendadak.
"Kak, lo balik jam berapa?" tanya Salsa secara kasual.
"Abis ini gue mau jalan dulu sama temen-temen gue," jawab Kak Ari seadanya. Dia lalu mengambil air putih yang kebetulan berada di meja dekat tempatnya berdiri.
"Hoo ... gue boleh ikut ngga?" tanya Salsa.
"Ngapain??" Kak Ari malah balas bertanya.
"Biar gue bisa nebeng pulang," jawab Salsa.
"Kenapa nebeng sama gue?" tanya Kak Ari lagi sambil meminum airnya.
"Gimana sih lo, Kak? Gue kan mau nginep di rumah lo," jawab Salsa santai. Seketika Kak Ari tersedak sementara teman-temannya yang lain langsung heboh menyoraki dan buru-buru meminta penjelasan. Salsa melihat wajah pucat Clarissa dan saat perempuan itu menatapnya, Salsa membalasnya dengan senyuman penuh kemenangan.
***
"Boleh ngga lain kali ngga ngomong aneh-aneh di depan temen-temen gue?!" kata Kak Ari kesal. Saat ini Salsa dan Kak Ari sudah berada di dalam mobil untuk pulang. Kak Ari batal jalan bareng teman-temannya yang masih terlalu semangat menginterogasi tentangnya dan idola kantor yang baru ini. Salsa sih tidak peduli, dia justru ingin dianggap dekat oleh Kak Ari sebisa mungkin. Syukur kalau sampai isu mereka pacaran tersebar di kantor.
"Aneh-aneh gimana sih? Gue kan emang mau nginep di rumah lo," jawab Salsa tak acuh.
"Tuh, yang kayak gitu tuh yang bikin orang salah paham. Lo tuh mau nginep ke tempat Ranti!"
"Ya tempat Ranti kan rumah lo juga!"
"Beda!"
"Beda gimana sih ...?"
"Gini ya, anggep lo lagi nge-kost. Ruang tamu, dapur sama ruang keluarga emang tempatnya anak kost ngumpul, tapi tempat tinggal lo sendiri tuh ya di kamar masing-masing kan?! Sampe sini udah ngerti kan maksud gue??!"
"Hmm ... Kak."
"Ape?!"
"Bokap Nyokap lagi buka penyewaan kamar kost ngga? Gue mau dong kalo ada kamar kosong."
"Ini anak kalo lagi dikasi tau bisa diberesin dulu ngga sih otaknya?!" Kak Ari menyentil dahi Salsa dengan kencang sakit kesalnya.
"Aw! Sakit gila!" kata Salsa sambil menekan dahinya dengan kedua telapak tangannya.
"Bodo amat! Itu balesan karena udah nyia-nyiain lima menit waktu gue!" jawab Kak Ari masih kesal. Salsa memilih diam dan memanyunkan bibir.
"Lo kenapa sih kasar banget sama gue. Giliran sama cewe lain aja baik bener ..." kata Salsa merajuk.
"Hah? Kapan lo liat gue baik ke cewe lain?" Tanya Kak Ari bingung. Rasa-rasanya perlakuan dia baik ke laki-laki maupun perempuan biasa saja.
"Tuh, sama Clarissa ngga pernah noyor, ngga pernah ngatain ..."
"Ya Clarissa ngga pernah ngeselin sama ngatain gue kayak elu, Bocaaahh!"
"Lo juga ngga pernah ngatain orang lain bocah. Alva aja ngga lo katain bocah. Gue doang perasaan deh ..."
"Lo lagi kenapa sih, Sa? Mau dapet ya? Sensi amat ..."
"Ngga apa-apa," Salsa menjawab cepat. Sudahlah, tidak usah dilanjutkan percakapannya dengan Kak Ari biar tidak makin emosional. Mungkin benar kata Kak Ari, dia sedang PMS.
"I'm not hating you if you need to know. It just, this is the way we usually talk," Kak Ari tiba-tiba berkata setelah suasana hening di mobil terasa cukup lama. Salsa menengok ke arah Kak Ari.
"Sorry kalo lo ngga suka," kata Kak Ari sambil tetap memperhatikan jalanan.
"I just never met a man who see me as a child before," ungkap Salsa malu-malu. Kak Ari langsung menengok dan ia melihat wajah Salsa merona.
"Hmm ..." gumam Kak Ari. Salsa membalikkan badannya ke arah jendela sambil menahan kesal.
Hamm hemm aja lo, Kak! Usaha ngehibur gue kek, apa kek gitu. Males banget kayaknya nyenengin hati gue! Untung gue sayang ...
Salsa tidak tahu sama sekali bahwa dalam hati Kak Ari terus mengingatkan dirinya agar berhenti memanggil Salsa dengan sebutan, "Bocah".
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top