Plan A: Affirmation Before The Action
Karena perjuangan tidak akan berarti tanpa doa dan restu orang terdekat. - Salsa
***
"Kak Ari?"
"Iya."
"Kak Ari kakak gue?"
"Iya."
"Kak Ari kakak gue yang bedanya lima tahun sama kita?"
"Iya."
"Kak Ar-"
"Why don't we start with how?" Alva yang sudah gemas mendengar percakapan alot antara Ranti dan Salsa akhirnya memotong. Ranti mengangguk.
"How could you?!" Ranti lebih kepada penasaran ketimbang marah saat ia meminta penjelasan Salsa, sahabat baiknya soal permintaan restu untuk mendekati kakak satu-satunya itu.
"Well, I don't know how the heart choose , I just know I must chase," jawab Salsa ringan membuat Ranti memegang kepalanya sambil menggeleng.
Salsabila Zoya Narkeasha adalah perempuan paling labil dan mudah didekati laki-laki yang pernah Ranti kenal. Dengan penampilannya yang di atas rata-rata dan kepribadiannya yang easygoing, Salsa tidak pernah bersusah payah mengejar lawan jenis. Baik laki-laki yang menarik baginya maupun tidak pasti jatuh hati padanya. Sialnya, Salsa itu seperti tidak bisa menyaring mana laki-laki yang bagus untuk diseriusi mana yang tidak. Paling hobi dengan yang namanya ‘jalanin dulu aja’.
Hal ini tentu saja membuat sahabat terdekatnya, Ferranti Aurora Cinderakasih atau biasa dipanggil Ranti, pusing tujuh keliling. Ranti yang penuh perhitungan dan serius paling bingung kalau Salsa tiba-tiba jalan bersama laki-laki yang baru sekali bertemu atau malah pacaran dengan seseorang yang dekatnya belum sampai seminggu. Semua itu tidak masuk akal bagi Ranti.
Jadi jangan ditanya bagaimana peningnya kepala Ranti saat sahabatnya itu tiba-tiba berkata bahwa dirinya memiliki perasaan terhadap Kakaknya. Apalagi setelah penyakit gonta-ganti cowo-nya Salsa kumat. Apalagi, semester ini seharusnya mereka menyibukkan diri dengan mengerjakan skripsi! Jalan berpikir Salsa betul-betul misterius di mata Ranti.
"This is so absurd ..." kata Alva sambil tersenyum geli membayangkan ada hubungan cinta antara Salsa dan Kak Ari.
Alvarendra Dariel Darmawan adalah sahabat yang sejak satu setengah tahun lalu naik pangkat menjadi pacar Ranti. Salsa, Ranti dan Alva adalah sahabat sejak SMA. Kebiasaan berkumpul di kamar Salsa dengan pintu terbuka dan diawasi diam-diam oleh Bi Miyem – kepala pengurus rumah Salsa – sudah menjadi kebiasaan sehari-hari sejak mereka aktif di OSIS sampai kini bersiap meluluskan diri dari kuliah.
"This is my brother we're talking about," Ranti berkata serius membuat suasana menjadi sedikit berat. Alva langsung berhenti cengengesan dan kembali menyimak.
Ari Arshaka Cinderakasih, biasa dipanggil Kak Ari oleh tiga serangkai ini. Dia adalah kakak kandung Ranti sekaligus objek percakapan mereka saat ini. Tidak tahu datang dari mana, tiba-tiba saja Salsa mengaku pada Ranti dan Alva kalau dia sangat menyukai Kak Ari dan ingin berusaha mengejarnya. Ranti bahkan baru tahu Salsa dan Kak Ari seakrab itu sampai-sampai Salsa bisa jatuh hati.
Kak Ari adalah satu-satunya laki-laki yang tidak pernah menampakkan tanda-tanda tertarik pada Salsa seperti laki-laki lain pada umumnya. Bahkan dulu Alva masih suka curi-curi gombalan pada Salsa sebelum hatinya tercuri sepenuhnya pada Ranti. Tapi Kak Ari, entah karena dia jauh lebih dewasa atau memang karakternya yang kepalang cuek dan ketus, tak pernah memberi perlakuan yang berbeda antara Salsa dengan Alva. Bagi Kak Ari, Salsa hanyalah sahabat Ranti. Tidak lebih.
Dulu kenyataan itu terasa biasa saja bagi Salsa, malah menyenangkan. Salsa merasa bisa bebas bersikap pada Kak Ari tanpa harus khawatir Kak Ari akan baper atau Salsa dituduh memberi harapan. Biasanya kan kalau Salsa mengajak ngobrol laki-laki, maka laki-laki tersebut akan langsung tersipu dan sudah berkhayal macam-macam tentang mereka berdua. Salsa bisa terbebas dari ekspresi aneh laki-laki penuh khayalan kalau sedang mengobrol dengan Kak Ari.
Salsa dan Kak Ari memang tidak begitu dekat, tapi bukan berarti tidak akrab. Salsa beberapa kali mengobrol dengan Kak Ari dan Salsa harus akui bahwa meskipun laki-laki itu terlampau jutek, cuek dan pendiam, tapi dia sangat menyenangkan diajak bicara. Banyak pendapat Kak Ari yang sering menjadi bahan pertimbangan Salsa, banyak pula diantaranya yang menarik hati Salsa.
Puncaknya adalah beberapa bulan belakangan, Salsa merasa dirinya dan Kak Ari lebih sering bertemu dan mengobrol. Tiap Salsa ke rumah Ranti, pasti ada sesi dimana Kak Ari datang dan mengejeknya karena Salsa sedang masuk fase pacaran-ngga-jelas-juntrungannya lagi. Salsa tiba-tiba teringat percakapan mereka saat terakhir Salsa bermain ke rumah Ranti.
“Putus lagi lo?” tanya Kak Ari yang tiba-tiba muncul saat Salsa sedang mengambil minuman.
“Bukan urusan lo,” jawab Salsa ketus karena sudah jengah dikatai terus oleh manusia ajaib yang satu ini.
“Terus urusan siapa?” tanya Kak Ari, membuat Salsa makin kesal.
“Ya urusan gue lah!” Salsa menghadap Kak Ari sambil menghardiknya. Tahu-tahu Kak Ari mendekat sehingga wajah mereka hanya berjarak kurang lebih sejengkal. Hal ini sungguh membuat Salsa salah tingkah.
“Then get yourself together. Jangan kayak ngga bisa ngurusin gini …” Kak Ari mengacak rambut Salsa sambil menoyor singkat kepalanya seperti biasa. Sejak saat itu, perasaan Salsa tiap melihat Kak Ari sudah tidak bisa biasa lagi …
Salsa membuyarkan lamunannya dan kembali fokus pada Ranti dan Alva yang kini tengah menatapnya, meminta penjelasan.
"I'm serious about him, Ran," kata Salsa dengan tegas dan tanpa senyuman.
"Serius gimana, Sa??" Ranti mengingat ulah Salsa akhir-akhir ini yang kembali pada hobi gonta-ganti pacar sesering mahasiswa gonta-ganti pulpen.
"Gue ngga pernah ngerasa kayak gini ke cowo, Ran. Gue tahu ini mungkin cuma crush, tapi ngga pernah sekalipun gue nge-crush sama cowo sampe gue mau kejar kayak gini. Gue udah cukup sering ngalamin naksir dan penasaran, tapi gue selalu bisa bikin cowo-cowo yang ngedeketin gue. Dengan Kak Ari gue ngerasa ngga bisa, tapi gue mau deket sama dia."
"Damn, it's weird ..." ucapan Alva merusak kesyahduan penjelasan Salsa. Salsa pun mendelik kesal, takut Ranti masih menganggapnya main-main.
Bukannya apa-apa, bagi Alva Kak Ari sendiri adalah sosok kakak sekaligus panutannya. Dibanding Salsa, mungkin Alva masih lebih sering mengobrol dengan Kak Ari karena mereka sama-sama laki-laki. Pokoknya kalau Ranti sedang sibuk curhat dengan Salsa di rumahnya, Alva pasti terdampar entah di dapur atau di ruang keluarga dan mengobrol dengan Kak Ari.
Di mata Alva, Kak Ari itu sangat dewasa, berprinsip dan penuh tanggung jawab dengan hidupnya. Meskipun cuek, dia juga sebenarnya sangat perhatian dengan Ranti karena sering menanyakan kabar tentang adiknya itu kepada Alva. Bayangkan orang seperti itu berpasangan dengan perempuan se-naif dan se-impulsif Salsa.
Alva juga tidak habis pikir, kesambet apa Salsa sampai tertarik dengan Kak Ari yang bukan merupakan tipe Salsa sama sekali. Salsa biasanya suka pada laki-laki perhatian dan bermulut manis. Tidak peduli laki-laki itu di belakang seperti apa, kalau mulutnya manis Salsa pasti langsung beranggapan laki-laki itu orang baik. Seharusnya dari definisi orang baik ala Salsa, Kak Ari itu manusia paling jahat dan tidak berperasaan. Eh, sekarang malah ditaksir.
"Kalo gue mau main-main, gue ngga bakal ngomong dulu ke elo, Ran,” kata Salsa buru-buru setelah ucapan Alva. Ranti menaikkan alisnya ragu.
“Gue ngehargain lo sebagai sahabat gue dan gue sadar sepenuhnya kalau dia itu kakak lo. Gue ngga mau hubungan kita rusak, tapi gue juga ngga bisa nahan diri untuk diem aja atau ngejauhin Kak Ari. I really want to do something about him. But above all, gue mau make sure lo oke dulu karena kalo elo ngga nyaman, gue ngga bakal maju,” kata Salsa. Dia memperlihatkan pada Ranti bahwa persahabatan mereka lebih penting dari perasaannya terhadap Kak Ari sebenarnya menajdi tanda bagi Ranti bahwa Salsa telah berpikir matang-matang tentang hal ini.
“Kalo lo dan Kak Ari ngga jadi … kita gimana?” tanya Ranti ragu-ragu. Kekhawatiran utamanya memang terletak pada potensi munculnya komplikasi hubungan mereka bertiga nantinya. Jadi dari awal Ranti ingin menegaskan itu pada Salsa.
“Ya ngga gimana-gimana. You still can’t get rid of me,” jawab Salsa mantap.
Ranti mendesah dan menatap Alva. Alva mengusap kepala Ranti dengan lembut, “Mereka udah dewasa, Ran. Kalau Salsa bisa terima kita akhirnya jadian, aku rasa Salsa juga harus dikasih kesempatan untuk ngejar kakak kamu …”
Pendapat Alva membuat Ranti berpikir sejenak. Meskipun awalnya bingung, tapi melihat keseriusan Salsa, Ranti memutuskan untuk mengakui perasaan Salsa pada Kak Ari sebagai hal yang serius.
“Oke, gue terima penjelasan lo. Gue percaya lo serius suka sama Kak Ari dan kalau lo emang pengen ngejar dia, gue dukung. Tapi kalo endingnya kawin cepet lo juga harus siap ya! Udah ketuaan nih dia, kasian,” balas Ranti yang sungguh out of the box.
“Kamu mikirnya kejauhan banget sih sayaaaang!!” Alva mengacak gemas rambut lebat Ranti dan membuat Ranti sangat risih sementara Salsa tertawa terbahak-bahak mendengar ‘petuah’ sahabatnya itu. Tapi dalam hati Salsa lega. Dukungan sahabatnya sudah ia dapatkan, sekarang tinggal menjalankan pendekatan.
Dengan ini, perjalanan Salsa si pengejar cinta amatir pun dimulai.
“By the way Sa, jangan lupa besok bimbingan. Revisi udah kelar belom?” kata Ranti tiba-tiba dan membuat Salsa memelotot panik. Dia lupa sama sekali dengan skripsinya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top