Day 6

Quest Day 6:

Genre Utama: Teenlit

Sub Genre: Teenlit

Peran Utama

Di ruang teater sekolah, suasana tegang menyelimuti para pemeran drama. Amel, gadis SMA yang selalu bermimpi memerankan tokoh utama, harus menelan kekecewaan saat mengetahui bahwa peran tersebut diberikan kepada Laras, murid pindahan yang baru saja bergabung dengan klub drama.

Amel merasa dirinya lebih pantas untuk peran tersebut. Dia sudah berlatih lebih keras dari siapa pun yang ada di klub tersebut. Ia juga sudah sering dipuji para kakak tingkatnya dan mereka sering memprediksi bahwa dia akan menjadi pemeran utama saat pertunjukan angkatannya tiba. Raras merasakan rasa kecewa serta malu yang luar biasa.

"Kenapa Laras yang dipilih, Bu?" tanya Amel kepada Bu Rina, sutradara drama, dengan nada kecewa. "Bukannya kemampuan akting Amel lebih baik?"

Bu Rina menatap Amel dengan penuh pengertian. "Amel, kamu memang berbakat dan telah bekerja keras. Tapi, Laras memiliki aura yang lebih cocok dengan karakter utama ini. Begitu pun karakter kamu."

Amel tak terima ia dikatakan lebih cocok memerankan karakter antagonis yang pasti dibenci penonton. Dia yakin bahwa peran protagonis drama ini akan lebih baik jika diperankan olehnya, bukannya Laras si pemula itu. Dia pun mulai menunjukkan sikap yang tidak baik dan sering berdebat dengan Laras selama latihan.

Suasana di klub drama semakin keruh. Para pemeran lain merasa tidak nyaman dengan pertengkaran Amel dan Laras. Mereka khawatir hal ini akan mengganggu persiapan drama mereka.

Bu Rina akhirnya memutuskan untuk mengadakan audisi ulang dengan anggota klub lain sebagai juri. Para juri tidak diberi tahu keseluruhan detail ceritanya. Para pemeran inti drama diminta membawakan beberapa peran dari penggalan adegan dalam naskah. Para juri nantinya diminta memilih anggota mana yang paling baik mendemonstrasikan adegan. Tipe pengambilan suara tersebut memungkinkan seseorang bisa mendominasi lebih dari 2 peran sekaligus.

Hasilnya Laras menang satu suara untuk peran utama, sementara itu Amel menang secara mutlak dalam perannya sebagai antagonis. Sisa karakter lain meski memperoleh perbedaan suara yang lebih bervariasi tetapi bisa dibilang sudah sesuai dengan peran awal mereka. Mau tak mau Amel harus menerima hasilnya sebab secara fakta telah membenarkan penilian Bu Rina dalam membagi peran.

Saat tengah mendinginkan kepalanya di tempat belakang base camp klub, seorang kakak tingkat yang menjadi pemeran utama tahun sebelumnya sekaligus panutan Amel dalam akting menghampirinya.

"Kenapa, masih nggak puas sama hasilnya?"

Amel menunduk malu sambil menggeleng-geleng. Ia berusaha menahan air matanya agar tak jatuh. Bagaimana pun kekalahan bukan sesuatu yang menyenangkan.

"Mel, apa sih yang kamu suka dari akting?"

"Bisa bebas berekspresi dan berkreasi."

"Terus menurutmu memerankan suatu karakter itu apa, sih? Apa mereka punya kasta yang bikin peran satu lebih baik dari peran lainnya?"

Muka Amel kini merah padam. Rasanya ia tengah ditelanjangi sekaligus dicambuk.

Amel sebenarnya sudah paham apa yang dimaksud kakak tingkatnya itu, hanya saja sisa denialnya membuat ia tetap melontarkan argumen pembelaan, "Tapi Kak, di industri akting itu kan hal yang realistis. Menilai peran dari porsinya dalam keseluruhan cerita."

Sang kating tersenyum. Bukannya balas beragumentasi, ia menyerahkan sebuah kaset bertuliskan rekaman pementasan. Setelah meminta Amel untuk menonton rekaman tersebut, sang kating pamit.

Drama sekolah pun berakhir sukses. Amel tampil dengan luar biasa dan memukau para penonton. Seseorang dari agensi bakat menawarinya untuk bergabung jika berminat meniti karier akting secara profesional. Amel menjadi satu-satunya yang mendapatkan penawaran dan itu membuatnya sangat bangga. Bu Rita serta semua anggota klub drama termasuk Laras memberinya selamat. Amel dengan tulus berterima kasih atas respon mereka.

Amel juga harus segera berterima kasih pada katingnya. Berkat menonton rekaman waktu itu Amel punya cita-cita baru mengenai akting. Bukan soal besar kecilnya peran, melainkan bagaimana aktingnya sendiri membawa karakter yang diperankannya ke tingkat yang berbeda. Itu sebabnya Amel bisa memerankan peran kali ini dengan lebih maksimal.

"Oh iya, guys, luangin waktu akhir pekan ini buat acara penutupan, ya! Kita bakar-bakaran di pantai. Transportasi dan konsumsi disponsori Bu Rita dan para kating."

Mendengar teriakan heboh dari salah satu anggota klub dramanya, Amel hanya bisa menggeleng-geleng. Seulas senyum juga berhasil lolos. Ia cukup antusias membayangkan bisa berkumpul kembali dengan para kating yang sudah tidak aktif di klub. Terutama sang kating yang telah membuatnya berhutang terima kasih.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top