Day 3
Quest Day 3:
Genre Utama: Teenlit
Sub Genre: Fantasy
Vivian si Elf Terakhir
Menjadi elf terakhir merupakan rasa sakit yang tak bisa diungkapkan Vivian. Tak hanya kehilangan seluruh klannya, ia juga harus menyembunyikan identitas untuk menghindari pembantaian dan hidup dalam bayang-bayang. Setidaknya sampai ia cukup kuat untuk membela diri dari ras manusia pengecut yang hanya berani keroyokan.
Suatu hari, seorang pemuda asing memasuki wilayah persembunyiannya. Menggunakan sihir penyamaran, Vivian berpura-pura menjadi gadis manusia yang tengah mengembara. Ia pun mencoba menggali identitas pemuda itu.
Sang pemuda mengaku bernama Riz. Ia tengah mencari keberadaan elf yang tersisa. Ketika Vivian bertanya alasan mengapa Riz mencari keberadaan elf, Riz justru kembali bertanya kepada Vivian mengenai tanggapannya soal ras elf.
Berhubung Vivian tengah menyamar menjadi manusia, ia pun mengutarakan kebencian pada elf sebagaimana pendapat tak masuk akal manusia yang sering didengarnya. Mengejutkannya, Riz bertindak seolah membela para elf. Riz juga menyampaikan cita-citanya untuk hidup damai dengan elf dan misinya saat ini adalah mencari elf tersisa untuk ditawari suaka perlindungan yang telah dibuatnya bersama kelompok rahasia Guardians.
"Apakah kamu tidak takut aku akan memberi tahu manusia lain mengenai apa yang baru saja kamu utarakan?" Vivian merasa tindakan Riz agak ceroboh jika ia memang mengatakan yang sebenarnya sehingga pertanyaan itu spontan terlontar.
Dengan senyum lembut Riz membalas, "Meski kata-katamu seolah menunjukkan ketidaksukaan, aku tidak melihat kebencian di sana. Mungkin kamu akan berubah pikiran setelah melihat tempat kami. Apakah kamu tertarik ikut?"
"Memangnya bisa disebut suaka jika ras yang ingin ditolong saja masih dalam pencarian?" Vivian awalnya hanya ingin bercanda tetapi respon Riz di luar dugaannya.
"Memangnya siapa bilang belum ada elf yang tinggal di sana?"
Vivian belum sepenuhnya percaya karena bisa saja Riz hanyalah manusia pemburu elf biasa yang tengah memakai taktik psikologi terbalik. Hanya saja kemungkinan bahwa dia bukan satu-satunya elf yang tersisa membuat harapannya membuncah. Ia pun setuju mengikuti Riz.
Selama perjalanan Riz memperlakukan Vivian dengan sangat baik. Kata-katanya mengenai ras elf juga konsisten. Akan tetapi Vivian merasakan kejanggalan pada diri Riz, seakan pemuda itu masih menyimpan rahasia lainnya.
Suatu ketika sekelompok bandit menghadang mereka. Meski akhirnya berhasil mengalahkan para bandit itu, Riz dan Vivian terluka. Luka Riz sebenarnya lebih serius, tetapi dengan tenang ia mendahulukan untuk merawat luka Vivian. Saat itulah Vivian menyaksikan sesuatu yang lebih mengejutkan.
"Riz, kamu?"
Tanpa menghentikan sihir penyembuhan yang tengah dilakukan, Riz tersenyum hangat, "Maaf karena tidak mengatakannya lebih awal."
"Tidak apa-apa, sebenarnya aku juga ...." Vivian tidak menyelesaikan kalimatnya, sebagai gantinya ia menghilangkan sihir penyamarannya.
"Senang tahu bahwa aku ternyata bukan satu-satunya elf terakhir yang tersisa," lanjut Vivian kemudian.
Keduanya saling pandang sebelum melempar senyum lebar. Rasanya ada banyak kata-kata yang ingin dilontarkan, tetapi keduanya sadar masih akan cukup waktu di masa mendatang untuk bertukar cerita. Saat ini mengetahui mereka tidaklah sendirian sudah lebih dari cukup.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top