Day 2
Quest Day 2:
Genre Utama: Teenlit
Sub Genre: HTM
Insiden di Hutan Terlarang
Di Desa Rimba Raya yang dikelilingi hutan lebat, terdapat sebuah legenda tentang kutukan kuno yang menimpa para penduduknya. Konon, mereka yang berani memasuki Hutan Terlarang akan berubah menjadi hewan liar.
Dea, gadis remaja yang penuh rasa ingin tahu, tak pernah percaya dengan legenda itu. Ia selalu terpesona dengan cerita-cerita tentang hutan dan ingin menjelajahinya. Suatu hari, saat mengikuti perkemahan pecinta alam, Dea nekat menyelinap ke Hutan Terlarang bersama sahabatnya, Bima.
Hutan itu jauh lebih indah dan misterius daripada yang mereka bayangkan. Pohon-pohon raksasa menjulang tinggi, tanaman langka bermekaran, dan suara burung-burung yang merdu mengisi udara. Namun, di balik keindahannya, ada aura kesunyian yang mencekam.
Tiba-tiba, Dea tersandung akar pohon dan terjatuh. Kakinya terluka dan darah mengalir membasahi tanah. Bima panik dan ingin membawanya keluar hutan, tapi Dea bersikeras untuk melanjutkan perjalanan.
Mereka menemukan sebuah gua tersembunyi di balik air terjun yang jernih. Saat mereka masuk ke dalam gua, mereka menemukan sebuah laboratorium tua yang penuh dengan peralatan ilmiah yang berdebu. Di atas meja, terdapat sebuah tabung reaksi berisi cairan berwarna merah.
Dea penasaran sehingga mengangkat tabung itu untuk mengamati lebih dekat. Seketika, struktur tabung itu berubah. Sepasang sulur muncul dari kedua sisi tabung dan menyengat tangan Dea, mentransfusikan cairan tadi ke pembuluh darahnya. Dea dan Bima dengan panik mencoba melepaskan benda itu dan sekuat tenaga menghempaskannya ke lantai batu.
Bima segera menyobek sebagian kausnya sebagai ganti perban untuk menghentikan pendarahan Dea. Keduanya mencoba kembali ke desa tetapi rute di sekitar mereka seperti berubah dibandingkan yang mereka ingat. Mereka justru menemukan gubuk terawat yang sebelumnya tak ada dalam perjalanan awal mereka.
Meski diliputi rasa waspada karena insiden di gua, mereka tetap mendekati gubuk itu. Kedua sudah kelelahan dan berharap gubuk itu bisa jadi tempat singgah sementara. Tak disangka, seorang nenek tua menyambut mereka terlebih dahulu sebelum mereka sempat memeriksa gubuk itu lebih saksama.
"Masuklah jika kalian ingin bisa kembali," Kata-kata sang nenek yang sepertinya tahu bahwa mereka telah tersesat serta terdengar ingin membantu membuat Dea dan Bima menurunkan kewaspadaan.
Nenek itu menjelaskan bahwa Bima bisa kembali jika meninggalkan Dea. Cairan aneh yang mereka temui di gua merupakan eksperimen DNA yang membuat hutan mengakui Dea menjadi bagian dari dirinya sehingga harus mengabdikan diri di Hutan Terlarang. Itu adalah sisa eksperimen yang pernah digunakan untuk menghukum para pelaku pengrusakan hutan.
Dea dan Bima tercengang mendengar penjelasan tersebut. Mereka menjelaskan meski sudah nekat memasuki Hutan Terlarang, tak ada sedikit pun niat untuk merusak hutan. Bima memohon pada nenek itu untuk membantu mencari cara agar Dea bisa kembali pulang bersamanya.
Nenek itu pun menjelaskan bahwa ada salah satu tanaman langka yang bisa jadi penawar. Hanya saja habitatnya cukup berbahaya karena hanya tumbuh di sekitaran tebing ujung hutan. Bima juga harus ke sana seorang diri karena jika Dea ikut, mereka hanya akan berputar-putar sebab Hutan Terlarang tak akan membiarkan Dea mendekati ujung hutan.
Mendengar risiko tersebut, Dea berusaha mendesak Bima untuk kembali saja ke desa seorang diri demi keselamatannya. Bagaimana pun Dea merasa insiden ini adalah kesalahannya. Namun Bima dengan tegas menolak gagasan Dea sekaligus meyakinkan gadis itu bahwa ia akan baik-baik saja. Bima bertekat akan mendapatkan tanaman langka itu. Mereka pun berpisah selama tiga hari tiga malam.
Dea mulai menyalahkan dirinya karena kurang gigih meyakinkan Bima. Namun ketakutannya akhirnya lenyap setelah melihat pemuda itu kembali dengan senyum meski tubuhnya terlihat penuh luka-luka.
Nenek pemilik gubuk segera mengambil alih untuk meracik ramuan dari tanaman langka yang berhasil didapatkan Bima. Sementara sang nenek bekerja, Dea membantu Bima mengobati luka-lukanya. Beberapa hari ini ia belajar pengobatan herbal dari sang nenek jadi setidaknya Dea merasa dirinya juga harus berguna.
Esok harinya setelah mengonsumsi ramuan buatan sang nenek pemilik gubuk, Dea dan Bima pamit. Berkali-kali mereka mengucapkan terima kasih pada sang nenek atas bantuannya selama ini.
Setelah berjalan tak seberapa jauh, mereka mulai mengenali jalan pulang tetapi merasa agak aneh karena saat itu mereka yakin tak melihat gubuk sang nenek ketika awal datang. Mereka pun menengok ke arah gubuk sebelumnya tetapi hanya ada semak belukar dan pepohonan sejauh mata memandang.
Dea dan Bima saling bertukar tatap tetap tak mengucapkan apa pun. Mereka hanya menyunggingkan senyum pengertian kemudian bergandengan tangan untuk pulang.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top