192 (DEATH)
Hai
Lanjut
.
.
.
Kematian...
Hal itu adalah yang paling ditakutkan oleh semua orang yang masih hidup di dunia ini, kecuali beberapa orang yang memang menganggap bahwa kematian adalah satu-satunya jalan yang terbaik untuk mengatasi masalah yang mereka hadapi selama hidup di dunia.
Tapi..
Kenyataan bahwa Tuhan sudah menggariskan setiap kematian seseorang dari sejak dia dalam kandungan dan di lahirkan di dunia ini dari kita masih ada dalam kandungan membuat kita mau tidak mau harus berpasrah dan menerima kapan saja kemarin aku itu akan datang menjemput kita dimana pun dan dalam keadaan apapun itu.
Seperti hal nya putri.. yang saat ini harus berjuang melawan kematian yang siap membayangi dirinya tepat di hadapannya selama bertahun-tahun hanya untuk satu alasan... Keluarga nya.. suami dan juga putra tunggalnya yang begitu mencintai dirinya dan juga sangat dia cintai melebihi apapun di dunia ini termasuk dirinya sendiri. Putri bahkan rela melakukan apapun hanya untuk membahagiakan kedua orang yang begitu berharga di hidupnya itu juga untuk bisa mengukirkan senyuman di wajah keduanya.
Seperti hari itu...
--flashback on--
"Nyonya... Apa yang nyonya lakukan disini sekarang?"
"Aku sedang memasak dan menyiapkan makan malam untuk Chanyeol sama Arsya ahjumma"
"Tapi nyonya.. kondisi anda masih sangat lemah, anda nanti kecapekan atau malah tambah sakit jika terlalu lelah. Sudah nyonya, biar saya saja yang lanjutkan memasaknya"
"Gak usah ahjumma... Aku bisa kok, aku kuat. Lagipula sudah lama sekali sejak terakhir kali aku masuk dapur untuk memasak dan menyiapkan makanan sendiri dengan tanganku"
"Iya tapi nyonya.."
"Udah ahjumma.. lebih baik ahjumma sekarang kerjakan yang lain saja. Biar ini aku yang selesaikan"
"Benar tak apa nyonya?"
"Iya.. aku tak apa"
"Ya sudah kalau begitu, saya ke belakang dulu. Jika nyonya butuh sesuatu nyonya bisa panggil saya kapanpun. "
"Iya aku tahu ahjumma.. "
Ahjumma pun akhirnya pergi ke belakang untuk melanjutkan pekerjaannya yang masih belum selesai sementara putri kembali tekun dengan bahan masakan dan alat alat dapur untuk mengolah makanan. Tangannya masih sangat terampil dalam memegang pisau dan segala peralatan lainnya sekalipun dia sudah lama tak pernah melakukan hal itu lagi sekarang
Hingga dia tak menyadari kehadiran seseorang yang sudah beberapa waktu mengawasi pergerakan putri selama memasak.
"Mom.. what are you doing?"
"Kamu udah pulang sayang?"
"Baru aja mami.. but, what are you doing here?"
"Mami lagi masakin makanan kesukaan kamu sama papah sayang"
"Mom.. you cant do this.. it must get you so tired. Just stop it mom.."
"Its okay sayang, sebentar lagi selesai.."
"Memangnya papah kemana sih mi?"
"Papah masih kerja sayang.. ada fanmeeting sekarang. Ingat?"
"Bahkan papah amsih sangat populer di usianya yang sekarang. Dia masih bisa menarik perhatian banyak perempuan muda di luar sana hanya dengan mengeluarkan senyum cerahnya."
"Hmm.. itu benar"
"Mami gak cemburu apa?"
"Sejujurnya, mami amat sangat cemburu sayang"
"Jadi?"
"Tapi kan ini semua memang resiko dari pekerjaan yang papah kamu lakukan selama puluhan tahun. Dan mami tahu itu dari awal sebelum mami menerima papah kamu sebagai suami mami.. jadi mami harus mengerti kondisi dan situasi nya. Lagipula, papah kamu selalu bisa menjaga kesetiaan dan hatinya"
"Benarkah? Hmm.."
"Iya sayang, udah sana mandi dulu"
"Mami.. just stop it, aku gak mau mami capek atau sakit lagi cuma karena harus berjam jam berdiri di dapur dan masak begini."
"Nope.. its okay sayang, mami tahu apa yang mami lakukan. Ini cuma masak dan ini udah hampir matang.. mami janji kalau semuanya udah siap begitu kamu selesai mandi, mami pasti sudah duduk manis di depan televisi untuk nonton drama Korea bareng sama kamu nanti."
"Promise?"
"Yes.. i promise..."
"Okay.. i'll keep your words mom.. love you so much"
Cupp
Sebuah kecupan kecil mendarat di pipi kanan putri dari Arsya yang langsung melepaskan pelukannya dari tubuh sang ibu dan berlari kecil menuju ke kamarnya di lantai dua.
.
.
"Sudah di taruh di meja makan semua ahjumma?"
"Sudah nyonya.."
"Ehmm.. ya sudah, ahjumma boleh istirahat sekarang. Makanan nya udah aku taruh di meja biasanya ya"
"Iya nyonya.."
Ahjumma segera bergegas pergi ke kamarnya lagi sementara putri mengambil satu toples berukuran sedang yang berisi keripik kentang kesukaan nya untuk dibawa ke sofa ruang tengah dan menyalakan televisi sambil menunggu Arsya.
Grepp
"Hai mom.."
Semerbak wangi sabun dan shampoo langsung tercium begitu Arsya memeluk ibunya.
"Mami belum mandi, jangan peluk"
"I don't care, mami selalu wangi kok"
"Hahahah.. sini duduk"
"Udah mulai belum mi dramanya?"
"Belum.. baru mau mulai sayang"
"Kemarin udah sampai mana mi?"
"Itu.. om goblin nya mau dicabut pedangnya sama ji Eun tak"
"Ha? Yah.. mati dong mam nanti om goblin nya? Terus Eun tak sama siapa? Malaikat pencabut nyawa? Atau sama dokhwa?"
"Kayaknya bukan sama mereka berdua sih, tapi gak tahu juga.. kan mami juga belum nonton.."
"Ouh.. iya juga ya"
Arsya langsung mengambil kripik kentang di pangkuan ibunya.
"Kok di ambil sih?"
"Mami gak boleh terlalu banyak makan makanan yang begini. Ingat?"
"Itu organik sayang"
"Tapi tetap punya bahan pengawet mami.. aku gak mau ah.."
"Please.. mumpung papah kamu belum pulang, boleh ya.."
"Memang kenapa kalau papah udah pulang?"
"Kamu tahu kan gimana bawelnya papah kamu kalau tahu mami makan yang kayak begini. Mami kan juga pengen tahu sya.."
Arsya terkekeh mendengar aegyo yang dikeluarkan maminya itu. Bisa bisanya maminya mengeluarkan jurus aegyo di saat seperti ini.
"Oke.. oke.. tapi sedikit aja, aku juga gak mau kalau papi ngamuk karena ijinin mami buat makan ini"
"Yupp.."
Mereka akhirnya mulai menikmati drama goblin hingga menangis sesenggukan saat adegan dimana pedang berhasil di cabut dari tubuh om goblin yang tampan dan ji Eun tak yang mulai menangis tersedu-sedu saat om goblin menghilang dari hadapannya seperti asap.
"Oh.. shit! Kenapa harus begini sih akhir episode ini?"
"Gak boleh ngomong kasar!"
"Maaf mam.. aku cuma kebawa emosi"
Ucap arsya sambil mengusap kasar air mata yang mulai menetes di pipinya. Dan juga mengambil tisu untuk mengusap air mata ibunya yang juga meleleh hingga matanya terlihat begitu sembab.
"Drama ini udah dari jaman tahun kapan ya.. kenapa masih buat aku nangis begini"
Gumam putri tak jelas dan langsung membuka pintu rumah yang kebetulan diketuk tepat saat drama selesai di tayangkan.
Cklek
"Hai sayang.. aku pul-"
Chanyeol mengernyit melihat istrinya yang sudah dalam keadaan kacau, rambut yang amburadul.. wajah yang penuh air mata dan mata yang bengkak speerto bola golf hingga hidung yang memerah.
"Kamu sakit?"
Putri mengangguk kecil
"Mananya yang sakit hmm? Kenapa? Ada apa? Ayo kita ke rumah sakit sekarang"
"Bukan itu chaann.."
"Terus? Ada yang nyakitin kamu?"
"Iya.. jahat banget"
"Siapa??!! Kurangajar banget tuh orang. Coba bilang, siapa dia?"
"Tuh.. sutradara nya goblin jahat, masa goblinnya jadi mati ninggalin Ki Eun tak sih? Kan harusnya gak boleh gitu, harusnya mereka hidup bahagia selamanya.. bukan malah begini.."
Chanyeol berusaha mencerna ucapan istrinya yang terdengar lucu dan melihat ke arah Arsya yang memberi kode tentang drama Korea yang baru saja mereka tonton
"Astaga.. ini gara gara drama?"
Putri mengangguk kecil
"Jadi istriku yang cantik ini berurai air mata cuma karena drama nya gong Yoo?"
"Ih.. kok gitu sih, ini emang sedih banget tahu Chan"
"Iya iya sayang... Sini peluk dulu biar gak nangis dan sedih lagi.."
Chanyeol mulai menarik istrinya masuk ke dalam pelukan hangatnya dan menepuk nepuk punggung kecil istrinya.
Cupp
"Udah ya.. jangan nangis lagi, lihat nih aku bawa apa buat kamu sama Arsya.."
"Papah bawa apa?"
"Nih.. buka deh"
Ternyata Chanyeol membawa sweater rajutan yang diberikan penggemar saat fanmeeting tadi. Sweater cantik yang dibuat couple untuk dirinya, putri dan Arsya..
"Dia bilang dia ngefans sama keluarga kita"
"Wuihh.. kereeeennn"
Putri sendiri sudah mulai tersenyum dan terlihat menyukai hadiah itu.
"Mi.. pah.. Arsya ke atas dulu ya.. cobain ini, nanti pas makan malam kita pakai.. oke?"
"Hmm.. oke.."
Arsya segera berlari lagi ke atas dan memakai sweater itu kembaran dengan putri dan Chanyeol lalu memulai makan malam mereka malam itu dengan penuh canda tawa.
"Astaga.. kenapa aku harus melihat adegan lovey dovey kalian setiap waktu sih? Kasihani aku dong pah.. aku belum punya pacar"
Ucap Arsya yang mulai risih saat melihat kemesraan kedua orang tuanya yang bertindak seperti ABG yang baru saja merasakan jatuh cinta.
"Hahahahhahaha..."
--flashback off--
.
.
--skiipp--
Putri sekarang sudah mulai dipindahkan ke ruang pemulihan dan sedang menunggu sampai dia setengah sadar sebelum akhirnya di pindahkan ke ruang perawatan nya.
"Sya.. bangun nak, mami udah hampir selesai.."
"Hmm.. apa pah?"
"Bangun yuk, operasi nya mami udah hampir selesai"
"Oh.. iya pah, maaf Arsya ketiduran"
"Gak apa.. cuci muka dulu sana.. mami masih di ruang pemulihan kok"
"Iya pah.."
Arsya beranjak dan di antar oleh minseok untuk mencuci wajahnya sementara yang lain menunggu putri keluar dari ruang operasi.
Sampai akhirnya...
Cklek
Ssrrttt
Pintu ruang operasi terbuka dan perawat membawa bangkar dimana putri terbaru h dengan selang infus dan selang transfusi darah juga selang oksigen yang menempel di tubuhnya, selain itu ada sebuah selang lagi yang terjulur di dadanya yang mengeluarkan darah pekat dari sana.
Mereka mengikuti bangkar putri menuju ke ruang perawatan intensif yang sudah di siapkan.
"Nyonya putri sudah berhasil di hentikan pendarahannya... Tapi kamu akan terus memantau dan memeriksa kondisi nya setiap jam untuk mengetahui perkembangan nya."
"Baik terima kasih banyak dokter"
"Yang sabar ya.."
"Kira kira.. berapa lama lagi dia bangun?"
"Aku rasa sebentar lagi mungkin"
"Oh.. iya.."
.
.
"Sya.. kamu belum makan kan? Ayo temani samchon beli makan dulu.."
Ajak Sehun, Suho, baekhyun dan member lainnya yang melihat bagaimana Chanyeol memandang ke arah putri.
"Tapi samchon.. aku-"
Sehun menahan ucapan Arsya dan memberi kode tentang orang tuanya yang sepertinya butuh waktu untuk bersama. Lagipula mereka akan menjemput Jongin di bandara malam itu yang baru saja sampai dari Jepang.
"Oke.. pah, Arsya mau cari makan malam dulu sama samchon.. papah mau titip apa?"
"Enggak sya, papah gak mau.."
Arsya hanya mengangguk dan keluar dari ruangan putri sambil mengikuti langkah member lainnya. Meninggalkan Chanyeol dan putri di ruangan itu
.
--skiipp--
Brukk..
Pelukan hangat..
Chanyeol perlahan merebahkan tubuhnya di samping tubuh putri tanpa menyentuh selang yang menempel banyak di tubuh istrinya, dia memeluk tubuh putri dari samping dan membelai wajah istrinya lembut, mencium pipi dan bibir putri dari samping.
"Kita.. akan pergi bersama kan sayang?"
"..."
"Sampai detik ini, kamu masih bertahan di samping ku.. karena kamu mau aku ikut menemani kamu juga kan sayang..?"
"..."
Setetes demi setetes air mata Chanyeol meluruh di pipi pria itu. Dia memutar ulang semua memori nya dengan gadis mungil yang menjadi cinta sejatinya itu. Semua kebahagiaan yang diberikan oleh tangan kecil itu, senyum manisnya, dan pelukan hangat putri yang selalu menyambutnya dan mengusir segala rasa lelah di hati dan pikiran juga fisiknya..
"Aku tahu aku egois pada anak kita jika mengharapkan ini sayang.. tapi aku juga tak bisa membohongi hatiku, kalau kamu adalah nafas untukku.."
"..."
"Bagaimana mungkin aku bisa hidup dan tetap bernafas di dunia ini.. saat nafas dan duniaku nanti sudah pergi dari sisiku? Aku gak bisa sayang.. aku sangat mencintai kamu dan membutuhkan kamu di sisiku.."
Chanyeol mulai menelusupkan wajahnya di pundak istrinya itu sambil terus memeluk putri erat, menangis terisak disana tanpa suara.. hanya dia, putri dan Tuhan yang mendengar tangisannya.
Kita akan pergi bersama sayang.. aku juga tak akan sanggup jika harus tanpa kamu di sisi aku.. -putri
.
.
.
LANJUT?
VOMMENT JUSEYO
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top