19
haiii
ayo kita lanjutkan
.
.
.
"sayang? kamu udah bangun?"
dokter yoon segera memeriksa kondisi putri dan memutuskan untuk melepaskan alat inkubasi yang menempel di mulut putri lalu menggantinya dengan oksigen biasa untuk membantu pernafasan putri.
"jangan banyak bicara dulu karena tenggorokan mu masih luka dan jangan banyak pikiran"
setelah berkata seperti itu, fariz masuk dan melihat kondisi adiknya yang baru saja sadar. dia juga melihat ke arah chanyeol yang terlihat baru saja menangis lagi
"apa aku bisa meninggalkan kalian berdua disini? tanpa keributan?"
putri mengangguk kecil begitu juga dengan chanyeol sebagai jawaban dari pertanyaan yang dilontarka fariz sambil menatap keduanya dengan tatapan yang sulit diartikan.
.
.
--Skiipp--
"sayang... aku..-"
ucapan chanyeol terhenti ketika tangan putri menarik salah satu tangan chanyeol dan menyentuh telapak tangan chanyeol saat itu, putri mulai menggerakkan jari kecilnya di telapak tangan chanyeol seperti sedang menulis sesuatu.
'aku maafin kamu sayang'
'aku juga minta maaf'
mata chanyeol beralih dan menatap kembali ke arah putri, dia hampir tak percaya dengan apa yang di rasakan oleh chanyeol di tangannya. benarkah putri menulis kalimat itu? hurufnya, apakah ada yang salah?
"kamu... maafin aku?"
putri mengangguk kecil dan tersenyum tipis menatap chanyeol
'iya...'
'jangan nangis lagi'
'kamu... jelek kalau lagi nangis'
chanyeol segera menghambur memeluk istrinya itu dan mengecup kedua mata putri
"iya, aku emang jelek. jelek banget karena udah kasar dan nyakitin kamu. jelek banget karena udah bikin kamu nangis dan sakit hati. aku emang jelek banget. aku minta maaf..."
putri hanya diam dan mengusap punggung chanyeol
"aku bakal ganti tangis kamu kemarin sama kebahagiaan, aku janji.. aku minta maaf, maafin aku.. maaf puu maaf..."
'kalau gitu, jangan nangis lagi ya'
"iya aku... aku gak akan nangis lagi... tapi-"
'aku baik baik aja sayang, aku gak apa apa'
"aku cinta kamu..."
'aku juga...'
.
.
.
untuk sementara waktu putri memang tidak bisa bersuara sedikitpun, dan harus menuliskan apa yang mau diucapkan nya di ponsel untuk di tunjukkan pada lawan bicaranya. chanyeol mendapat omelan dari mamah dan papah park juga yoora yang mengetahui kondisi putri saat itu. termasuk dari para member yang langsung menjenguk putri di rumah sakit.
dan chanyeol sendiri, dia menepati ucapannya. dia benar benar merawat putri dengan kedua tangannya, tak peduli bagaimanapun lelahnya chanyeol dan seberapa banyak aktifitas yang dijalani olehnya. dia selalu merawat putri dari mulai memandikan putri, menyuapi dan bahkan menyisir rambut istrinya. dia bahkan belajar bagaimana mengikat rambut putri yang panjang.
"sayang..."
'kamu udah pulang?'
"iya... kamu kenapa belum tidur? masih sakit badannya?"
'aku nunggu kamu'
chanyeol mengecup kening putri dan mengusap puncak kepala putri
"udah malam sayang.. tidur aja ya... aku gak mau kamu tambah sakit karena kelamaan nunggu aku pulang"
'aku lapar...'
"kamu belum makan? makanan rumah sakit gak enak ya"
'iya.. aku gak suka karena makan bubur. aku benci bubur'
"kan tenggorokan kamu masih luka, makanya gak boleh makan nasi dulu. harus yang lembut"
'tapi aku gak suka'
"ya udah kamu mau makan apa?"
'nasi...'
"roti dulu aja ya, besok aku masakin nasi yang lembut dirumah. gimana?"
putri mengangguk cepat dan menyunggingkan senyumnya ke arah chanyeol yang mengeluarkan sepotong roti keju dari dalam tas nya.
"aku suapin ya... aku cuci tangan dulu sebentar"
chanyeol dengan telaten menyuapi putri yang terkadang dengan jahil menggigit jari chanyeol yang menempel di bibirnya saat menyuapi dirinya.mereka tidur dengan pelukan hangat selesai putri memakan habis roti yang dibawa oleh chanyeol
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top