188 (TILL THE END OF MY LIFE)
Hai
Lanjut
.
.
.
Pesawat akhirnya mendarat di bandara Incheon, Seoul Korea Selatan melalui jalur khusus yang telah disiapkan sebelumnya, dimana ada sebuah helikopter medis dan helikopter pribadi dari perusahaan milik putri yang menunggu disana dengan Fariz dan Arsya yang juga sudah standby sejak beberapa saat yang lalu.
"Itu dia pesawatnya."
Arsya dengan wajah yang sudah kusam kucal dan kebingungan setengah mati akhirnya mencoba mendekat setelah tangga pesawat di pasang dan ranjang yang membawa ibunya sudah terlihat turun dari pesawat dengan Chanyeol yang tepat ada di belakangnya.
"Papah..."
"Sya.."
Arsya memanggil Chanyeol tapi dia menyentuh putri terlebih dahulu. Tangannya memegang erat tangan putri dan mencium tangan ibunya lembut.. dia juga bahkan menitikkan air matanya karena melihat kondisi ibunya yang semakin kurus dan sangat pucat.
"Mami.. ini Arsya mi.. Arsya disini"
Putri segera di bawa masuk ke helikopter medis yang memiliki fasilitas medis di dalamnya untuk di pasangi selang oksigen dan alat alat lain yang dibutuhkan untuk mengetahui kondisi vital putri.
Chanyeol tak pernah ingin jauh dari istrinya aldab dia memaksa untuk ikut naik ke helikopter medis bersama dengan putri yang diikuti Arsya dan Fariz yang mengikuti dengan helikopter pribadinya sendiri.
.
.
Tak butuh waktu lama untuk sampai ke rumah sakit pusat Seoul dengan menggunakan helikopter, dan putri segera di bawa masuk ke ruang tindakan gawat darurat. Sementara pihak keluarga diminta menunggu di ruang tunggu
"Yeol, gimana kondisinya putri?"
Tanya Suho dan jongdae bersamaan, mereka terlihat begitu khawatir dan nafasnya tersengal saat menanyakan kondisi putri yang terbaru.
"Sabar Yeol, semoga semuanya baik baik aja dan putri bisa selamat"
Ucap minseok juga dengan nada khawatir nya.
"Iya makasih Hyung, aku harap juga begitu"
Chanyeol sendiri sudah pskasrah dengan apa yang akan terjadi di dalam sana, meskipun di dalam hatinya selalu meminta putri untuk bertahan sedikit lebih lama lagi sedikit saja lebih lama dan bisa memberikan waktu untuknya melakukan apapun yang belum sempat cahbyeol lakukan untuk bisa membahagiakan putri selama ini.
Dering ponsel Suho yang menunjukkan nama Sehun disana membuat wajah Suho sedikit bingung, dia menatap ke arah minseok dan jongdae secara bergantian.
"Jangan dulu.. dia masih persiapan berangkat drama terbarunya bulan depan.."
Jawab minseok singkat yang di angguki jongdae, hingga akhirnya Suho memutuskan menjauh dari sana dan mengangkat telepon Sehun
"Kenapa Hyung?"
"Kami belum memberi tahu Sehun dan juga Jongin tentang kepulangan putri hari ini dan kondisi nya yang terbaru. Karena Jongin ada di Jepang untuk syuting drama terbarunya disana begitu juga Sehun yang ada proyek drama terbaru di Korea. Hanya kita bertiga aja, Baekhyun dan kyungsoo yang tahu mengenai ini"
Chanyeol hanya mengangguk mengerti dan Kemabli menatap pintu putih di hadapannya di mana putri ada di balik pintu itu dan berjuang untuk hidupnya sekarang
.
.
--meanwhile--
--ruang gawat darurat--
Fariz sudah mengganti pakaiannya dengan jubah steril dan memakai masker yang menutupi separuh wajahnya. Dia berada tepat di samping adik kembarnya saat dokter Choi sedang memberikan tindakan untuk menyelamatkan putri dari semi komanya.
'tit tit tit tit'
"Dokter, detak jantung pasien melemah"
Angka di layar monitor terlihat terus menurun seiring dengan suara mesin yang terdengar lebih cepat karena kondisi pasien yang semakin menurun.
"Uhuk..uhuk.."
Putri tiba tiba saja mengeluarkan darah dari mulutnya hingga membasahi cungkup oksigen yang menempel di wajahnya.
"Ganti cungkup nya, kita hentikan pendarahan ini terlebih dahulu"
Fariz tak melakukan apapun seorang karena dia sendiri terlihat sangat syok dengan kondisi adiknya. Air mata terus turun dari kedua pelupuk matanya dan tubuhnya bergetar melihat darah yang terus keluar dari bibir adiknya.
"Suntikan ya"
"Baik dokter"
Dokter Choi menyuntikkan sebuah obat yang berfungsi untuk menghentikan pendarahan yang terus keluar dari mulut putri dan meminta di siapkan ruang operasi untuk putri saat itu juga
"Sunbae.."
Fariz terlihat cukup bingung dengan keputusan dokter Choi, dia menatap adiknya dan menatap dokter Choi secara bergantian
"Ada pendarahan di dalam tubuhnya faa, kita harus segera menemukan letak pendarahan yang terjadi, di orang tubuh yang mana dan segera menghentikan pendarahan itu. Kalau kita terlambat sebentar saja, kita bisa kehilangan dia saat ini juga. Dan operasi ini akan memakan waktu yang cukup lama, tapi aku juga tidak bisa melakukan kesalahan... Atau dia akan meninggal di meja operasi."
Degg
Wajah Fariz memucat, dia tahu benar resiko yang akan di hadapi putri.
"Kamu dokter, jadi aku rasa kamu mengerti resiko apa yang akan terjadi selama operasi dan setelah operasi di lakukan"
Fariz mengangguk lemas
"Lakukan apapun yang terbaik untuk adikku,aku mempercayakannya pada Sunbae"
Dokter Choi mengangguk mantap
"Siapkan ruang operasi nya!!!"
Dokter Choi lalu keluar untuk menemui chanyeol dan pihak keluarga putri yang berada di ruang tunggu untuk mempersiapkan diri menghadapi operasi putri.
.
Cklek
Grekk
"Dokter, bagaimana kondisi istri saya? Apa dia baik baik saja? Dia masih bisa selamat kan?"
Chanyeol terlihat tidak sabar dan langsung memberondong dokter Choi dengan banyak pertanyaan.
"Chanyeol... Aku akan menjelaskan semuanya dengan detail pada kamu dan Arsya,ini adalah kondisi sebenarnya dari putri dan tindakan yang akan aku ambil beserta segala resiko yang mungkin terjadi atas tindakan yang aku lakukan terhadap istrimu.."
Ucap dokter Choi yang lalu meminta Chanyeol dan Arsya mengikuti dirinya menuju ruang kerja dokter Choi.
.
.
--skiipp--
--ruangan dokter Choi--
Cilik
Dokter Choi memperlihatkan hasil CT scan dan MRI terbaru dari putri juga hasil rekam medis lainnya di hadapan cahbyeol dan Arsya.
"Ada sebuah kanker lagi yang tumbuh di tubuh istrimu.."
Ucap dokter Choi serius
"Kanker?"
"Iya.. selama masa perawatan dan penyembuhan memang hal ini bisa saja dan sangat mungkin untuk terjadi. Adanya sel kanker baru yang tumbuh karena kondisi istrimu yang menurun.. sistem imunitas yang rendah karena kanker yang sebelumnya membuat tubuh putri sangat rentan untuk mengalami hal ini lagi. Dan apa yang aku khawatir kan memang terjadi.."
"..."
Dokter Choi lalu menunjuk ke sebuah tempat di gambar itu yang terdapat berkas putih disana.
"Ini adalah kanker yang baru, ukurannya 2 kali lebih besar dari yang pertama dan ganas.. letaknya, tepat di sisi sel kanker yang sebelumnya dan sepertinya sudah menyebar di beberapa organ hingga menyebabkan pendarahan di dalam tubuhnya."
"Lalu.. apa yang harus kita lakukan?"
Wajah Arsya sudah pucat dan dia hampir kesulitan menopang tubuhnya begitu mendengar kondisi ibunya saat ini. Sementara Chanyeol terus berusaha bertahan selama yang dia mampu untuk terus mendampingi putri walaupun sangat sulit.
"Kami harus mencari pendarahan yang ada di tubuhnya dan sesegera mungkin menghentikan endarahan yang terjadi sebelum kita mulai untuk mengambil sel kanker yang baru"
Kepala Chanyeol terasa pening dan berputar saat mendengar penjelasan dari dokter Choi. Membayangkan bagaimana tubuh ringkih istrinya harus kembali di obral abrik di meja operasi dan kembali berhadapan dengan 2 jalan, antara hidup dan mati
"Jadi... Dia harus kembali di operasi?"
"Benar, operasi nya akan dimulai 2 jam lagi setelah semua persiapan selesai. Operasi ini hanya untuk menghentikan pendarahannya tapi.. jika memang kondisi putri kuat dan memungkinkan untuk melanjutkan tindakan, maka akan kami lakukan operasi lanjutan untuk mengambil sel kanker baru yang tumbuh di tubuhnya dan menyingkirkan sel sel kanker yang juga sudah menyebar di organ tubuhnya yang lain."
"Apa aku bisa menemui dia dulu, sebelum operasi?"
"Tentu, silahkan.. kalian berdua punya akses untuk itu"
Chanyeol mengangguk kecil dan menuntun Arsya keluar dari ruangan dokter Choi. Dan begitu mereka keluar, tangis Arsya langsung pecah dan tubuhnya merosot ke tanah.
"Mami..."
"Nak, sudah.. kamu harus kuat.. kita berdua harus kuat, supaya kita bisa kasih mami kamu semangat dan bertahan sedikit lebih lama"
"Tapi pah.. Arsya gak siap pah.. Arsya gak bisa kalau harus kehilangan mami.. Arsya gak mau mami kenapa kenapa pah.."
"Papah tahu nak.. tapi kamu harus belajar untuk ikhlas dan menerima apapun yang akan terjadi nantinya sama mami kamu, karena apapun itu nantinya.. itulah yang terbaik yang diberikan Tuhan untuk kita dan mami kamu terutama"
Chanyeol merengkuh tubuh Arsya dan memeluknya sangat erat, berusaha menenangkan hati dan pikiran putra tunggalnya walaupun dirinya sendiri sedang kalut. Dia harus menjadi penopang dari putranya saat ini.
.
.
Chanyeol berjalan mendekat menuju ke sebuah ranjang dimana putri terbaring disana dengan banyak selang dan jarum yang menempel di tubuh kecilnya. Membuat Chanyeol teringat dengan masa lalu, saat putri juga berada di posisi yang sama setelah menyelamatkan nyawanya kala itu dari serangan Sasaeng.
Semua memori indah dan menyakitkan terus berputar di kepala Chanyeol seperti sebuah kotak Pandora yang terbuka saat dia menatap istrinya dalam kondisi seperti ini...
Brukk
Grepp
Tak ada kata apapun yang keluar dari bibir Chanyeol saat itu ataupun air mata.. hanya pelukan hangat yang diberikan chanyeol untuk istrinya, sebagai sebuah rasa nyaman yang selalu diinginkan putri di saat saat seperti sekarang.
Dengan sedikit menahan tangisnya, Chanyeol akhirnya membuka bibirnya dan mengucapkan kalimat yang begitu sering dia ucapkan untuk putri selama bertahun-tahun.
"Aku cinta kamu sayang.. aku sangat mencintai kamu, sampai akhir nafas ku dan nafas kita berdua.. hanya kamu dan nama kamu yang ada di hati aku.. aku sangat mencintai kamu putri..."
.
.
.
LANJUTKAN?
VOMMENT JUSEYO
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top