187 (CHANYEOL SIDE)

Hai

Lanjut

.

.

.

Putri..

Satu nama dari seorang gadis yang dulu entah dengan cara apa akhirnya bisa mengambil hatiku dan menjadikan hatinya sebagai miliknya.

Sampai detik ini..

"Aku mau pulang sekarang"

Ucapnya dengan memasang wajah memelas dan mata yang sangat lucu, ini sudah ke sekian kalinya dia merengek mengatakan dan meminta hal yang sama.. ingin pulang dari rumah sakit katanya..

Aku dan dia sama sama tahu kalau kondisi tubuhnya masih sangat lemah dan bisa kapan saja drop kalau tidak menjaga pola istirahatnya dan pola makannya dengan baik dan benar.. tapi ini? Gadisku ini justru merengek seperti anak kecil untuk bisa pulang ke rumah dan bertemu dengan putra semata wayang kami, Arsya..

Untuk ukuran usia kami dan usia pernikahan kami yang sudah mencapai puluhan tahun, hal semacam ini tidak biasanya dilakukan oleh pasangan seperti kami.. tapi, akan berbeda jika itu menyangkut hubungan kami berdua. Baik aku ataupun putri sama sekali tak pernah berubah dari sejak awal kita bertemu.. kami tetap melakukan banyak hal manis bersama dan sering memberikan aegyo masing masing hanya untuk bisa mendapatkan apa yang kita inginkan dari pasangan.

Seperti saat ini.. putri sudah mengeluarkan aegyo nya yang dia tahu persis akan membuatku sulit menolak permintaan nya dengan cara apapun. Suaranya yang meliuk seperti anak kecil, mata yang penuh harap dan juga jari-jari kecilnya yang sudah menyentuh tanganku sambil menggerakkan nya perlahan.

"Sayaaangg... Boleh yaaa"

Ya Tuhan, kenapa bisa dia begitu menggemaskan bahkan di usianya yang sudah tidak muda lagi. Rasanya aku ingin mencium pipinya yang menggembung atau bibir kecilnya yang sudah mengerucut seperti itu.

"Tapi sayang, kamu kan masih lemah.. lagian buat apa sih cepat cepat pulang? Kan kalau mau ketemu Arsya, dia bisa kok kesini sewaktu-waktu kalau sudah selesai urusan sekolah sama pekerjaan nya"

"Tapi kan beda Chan.. kalau dirumah sama di rumah sakit. Aku gak suka ada disini"

Bagus, dia sudah merengek plus memanggilku dengan panggilan kesayangannya.. 'chan'.. dia tahu benar bagaimana meluluhkan hatiku.

"Oke oke.. aku nanti coba bilang sama dokter Choi dulu ya.. kalau memang kondisi kamu memungkinkan baut pulang lebih cepat ya gak apa, tapi kalau enggak.. aku mohon kamu nurutin kata dokter dan permintaan aku sekali ini aja. Aku gak mau kamu kenapa kenapa sayang.. oke?"

Putri kini menyunggingkan senyuman manis nya padaku dengan mata yang setengah tertutup karena tarikan senyum diwajahnya.

"Oke.. makasih sayang"

Sekali lagi, aku selalu saja jatuh dalam pesona indah dari istriku yang paling aku cintai ini.

.

.

--skiipp--

Deru nafas nya yang tenang menandakan bahwa malaikat cantikku ini sudah terlelap ke dalam mimpi indahnya dan seperti biasanya, dia selalu tidur dalam pelukanku dan memegang tangan ku sangat erat

Aku menatap lekat setiap lekuk wajahnya, matanya yang bulat.. hidung dan bibir kecilnya, juga pipi chubby yang kini sudah agak tirus karena sakit yang dia alami.

Tak ada yang berubah..

Sama sekali tak ada yang berubah dari apa yang aku rasakan saat pertama kali aku bertemu dengannya... Hatiku tetap menghangat dan jantungku selalu berdetak ribuan kali lebih cepat dari biasanya saat aku memandang wajahnya atau mencium aroma tubuhnya.. sama seperti dulu

Terkadang aku mencari alasan kenapa aku bisa mencintainya dengan cara seperti ini. Banyak orang yang bertanya, apa hal yang menarik hingga aku menjatuhkan hatiku padanya.. dan ribuan kali aku juga bertanya pada diriku sendiri, pesona apa yang di miliki oleh istriku hingga aku mencintainya seperti orang tak waras.

Tapi aku tak menemukan jawaban apapun, aku tak menemukan alasan yang tepat sampai aku menyadari satu hal sekarang..

Semua yang ada padanya adalah hal yang membuat aku jatuh hati. Segalanya, semua.. tak ada satupun dari dirinya yang tidak bisa menjatuhkan aku dalam pesona nya.

Senyumnya, wajahnya, tangisannya, kemarahan nya, sifat manja dan semua yang dia miliki itu yang menarik hatiku selama ini. Tidak.. bukan.. dia bukan menarik hatiku, tapi sudah memenjarakan hatiku di dalam hatinya.. hanya dengan senyum kecilnya itu, dia bisa langsung membuat aku tak berdaya.

"Aku beruntung bisa ada disisi mu dan mendapatkan cinta dari kamu.."

Kata kata itu yang selalu aku ucapkan di setiap malam saat aku memandang wajahnya.. banyak hal yang terjadi pada hubungan kami selama ini. Tak semua menyenangkan karenasering juga itu sangat menyakitkan.

Aku masih ingat persis bagaimana air matanya yang mengalir saat kami harus terpisah oleh sebuah keadaan. Hingga dia hampir meninggalkan aku beberapa kali dan keajaiban Tuhan selalu diberikan untuk kami hingga dia bertahan sampai saat ini.

Masih bisa aku ingat dengan jelas, setiap tetes air matanya yang mengalir saat putra pertama kami pergi dan disusul dengan saudara kembarnya.. fase paling sulit yang aku alami dalam hidupku karena harus melihat kehancuran orang yang aku cintai tepat di depan mataku sendiri.

Saat itu aku bahkan berjanji untuk tak lagi membuat air matanya jatuh walaupun hanya satu tetes untuk alasan apapun. Tapi.. itu tak bisa terjadi.. karena sebuah kenyataan hadir dalam hidup kami berdua, kenyataan pahit yang membuat aku sadar akan satu hal..

Bahwa ini mungkin akhir dari segalanya.. ini adalah titik dimana aku harus bisa dewasa dan menerima kenyataan apapun yang akan Tuhan berikan untuk hidup kami berdua..

'kanker payudara'

Penyakit menggerakkan yang entah bagaimana bisa masuk ke dalam tubuh istriku itu mulai menggerogoti tubuhnya, semangat hidupnya, bahkan mungkin rasa cintanya padaku dan Arsya.. beberapa kali dia mengatakan ingin menyerah dan terlalu lelah dengan semua yang harus dijalani. Dan ribuan kali juga aku meyakinkan dirinya untuk bisa bertahan selama mungkin di sisiku dan Arsya..

Malam itu.. seperti biasanya dia akan terbangun dan menuju kamar putra kami..

Aku merasakan pergerakannya yang sangat perlahan dan turun dari ranjang hangat kami berdua. Ku buka sedikit mataku untuk melihatnya turun dan keluar dari kamar kami.

"Lagi.."

Batinku lirih tanpa bersuara. Membiarkannya melakukan kebiasaannya lagi malam ini.

"Maafin mami ya sayang, harusnya mami yang jagain kamu.. bukannya nambahin beban kamu nak.."

Selalu kata itu yang dia ucapkan pada putra kami setiap malam. Kata maaf dan penyesalan atas apa yang terjadi padanya selama ini.

Hatiku.. tak ada rasa yang bisa dan tepat untuk menggambarkan bagaimana perasaan ku saat ini. Semua duniaku ada pada nya.. pada kedua malaikatku dan berpusat pada malaikat cantikku yang tengah duduk sambil mengusap lembut kepala putra kebanggaanku itu.

Melihat duniaku hancur seperti ini dan seolah kehilangan kekuatannya membuatku juga ingin jatuh dan hancur saat itu juga, jika saja aku tak ingat bahwa aku harus tetap bisa menjadi penerang dan cahaya matahari untuk duniaku itu.

Untuk istriku...

Orang yang paling aku cintai bahkan melebihi nyawaku sendiri..

Banyak bayangan akan rasa takut, sedih, kesepian dan kekecewaan saat memikirkan bagaimana jika suatu saat dia harus pergi dari sisiku untuk selamanya..

.

.

"Kamu disini? Kamu bangun?"

Pandangan matanya yang sayu dan terlihat sedikit meredup itu menatap padaku. Membuat aku ingin merengkuh tubuhnya ke dalam pelukan ku saat itu juga.

"Melihat Arsya lagi sayang?"

"Iya..."

Ucapnya lirih, dia menunduk dan terlihat tak berani menatap mataku lagi. Mungkin dia pikir aku akan marah padanya.

Grepp

Dia lalu mulai mendekat padaku dan memeluk tubuhku dengan erat, hingga aku merasakan kehangatan yang terus menjalar di sekujur tubuhku.

"Maaf aku buat kamu bangun malam"

Ucap putri terdengar menyesal

"Gak apa sayang, aku ngerti.. kamu mau tidur dulu atau ngapain?"

Tanyaku karena terlihat dia sama sekali belum ingin kembali ke kamar kami yang hangat.

"Kamu gak marah?"

Pertanyaan itu, dia selalu saja begitu.

"Marah untuk apa?"

"Marah karena aku buat kamu bangun, karena aku tiba tiba bangun tengah malam dan keluar dari kamar tanpa ijin kamu. Entah.. pasti ada banyak hal yang buat kamu bisa marah sama aku kan?"

"Kamu lucu kalau mikir kayak gitu"

Ucapku lagi sambil memeluk erat tubuhnya.

"Dingin sayang, kamu harusnya pakai jaket atau baju hangat kalau mau keluar kamar. Sekalipun itu cuma untuk ke kamarnya Arsya.."

"Hmm.. aku gak kepikiran untuk itu."

"Ayo tidur lagi, ini udah larut dan kamu harus banyak istirahat.."

"Tapi aku belum ngantuk Chan.. aku masih pengen ngobrol sama kamu, karena kamu juga udah bangun malam ini.. boleh ya?"

Matanya terlihat sangat ingin mengatakan banyak hal, seolah banyak yang ada di dalam hatinya yang ingin dia curahkan padaku.

"Ya udah.. kita ngobrol di tempat yang enak, sebentar.."

Aku segera mengangkat tubuh mungilnya itu kedalam gendonganku, aku suka sekali menggendongnya dengan posisi seperti ini. Seperti bayi koala yang lucu, kakinya yang menggantung dan mengait kuat di pinggangku dan lengan kecilnya yang memeluk leherku kuat, juga kepalanya yang di sandarkan di pundak ku membuat aku merasa bisa melindungi nya dan menjaga dia dengan baik saat ini.

Ku usap lembut punggungnya selama aku menggendongnya menuju ke balkon diruang keluarga kami di lantai dua.. tempat favorit kami menghabiskan malam karena bisa melihat banyak bintang di atas langit saat cuaca sedang bersahabat.

Ku peluk tubuhnya dari belakang untuk menjaga nya tetap hangat dan menyamankan punggungnya yang bersandar di dadaku sekarang.

"Chan.."

"Ya sayang..."

"Aku suka kalau kayak gini, rasanya aku bisa tenang.."

Aku hanya tersenyum dan mencium pipinya gemas saat dia sudah memuji keberadaan ku seperti ini.

"Aku kan terus peluk kamu kapanpun itu sayang.."

"Selamanya?"

"Iya.. selamanya.."

"Chan.. aku boleh tanya gak sama kamu?"

"Tanya apa?"

"Kamu capek gak? Jujur deh"

"Capek buat ngurusin kamu maksudnya? Atau capek dalam hal yang lain?"

"Semuanya.."

"Jujur enggak, mungkin gini ya sayang.. kalau aku bilang secara fisik mungkin aku memang capek karena aku kurang istirahat dan selalu mikirin kamu.. tapi, capeknya aku langsung hilang kalau aku kayak gini. Peluk kamu, atau dekat sama kamu.."

"Beneran? Yakin?"

"Yakin sayangku"

"Aku lihat kamu sama arsya, kalau aja aku gak sakit kan pasti kalian gak secapek ini Chan.."

"Wajar lah sayang, namanya juga istri dan ibu nya yang lagi sakit kok ya pasti nya kita banyak mikir dan cemas soal kamu. Aku dan Arsya juga gak mau kamu sampai sakit dan kecapekan atau kenapa kenapa. Kamu gak usah terlalu mikir atau ngerasa gak enak sama hal kayak begini. Udah jadi kewajiban buat aku dan Arsya untuk jagain kamu.."

"..."

"Satu hal lagi, jangan pernah bilang maaf buat hal kayak gini. Aku gak suka kamu lakuin itu, aku tahu kamu terbebani sama semuanya. Tapi maaf yang kamu ucapin ke aku itu malah buat aku jadi tambah sedih"

Itulah yang aku rasakan saat aku mendengarnya mengucapkan kata maaf.. aku tak suka putri terlihat lemah dan redup karenanya.

"Iya.. aku tahu kok"

"Aku boleh tanya gak sama kamu?"

"Tanya apa?"

Dengan sangat berhati hati.. aku memilih kata yang tepat untuk menanyakan hal ini padanya, karena aku benar benar penasaran dengan ini semua.

"Alasan kamu buat minta kita liburan berdua tuh apa? Aku tahu kalau kamu tuh pengen banget liburan, tapi setahu aku.. kamu pengen nya kita liburan bertiga sama Arsya.. bukan nya berdua cuma sama aku aja. Aku bukannya gak senang kita liburan bareng cuma berdua sayang, tapi aku rasa ini aneh aja.. kamu bukan tipe orang yang akan meninggalkan anak kamu selagi kamu senang senang di luar sana.. bahkan kalau kamu lagi makan diluar karena urusan pekerjaan aja, kamu akan inget soal Arsya hanya karena lihat makanan kesukaan nya dia sementara dia ada di rumah..."

Sekali lagi aku menatap lekat kedua manik matanya dan menyiratkan ada sesuatu yang dia sembunyikan dariku. Aku tahu benar itu..

"Aku pengen aja"

"Yakin? Kamu cuma kepengen aja dan gak ada niatan lainnya?"

"Emang nya kenapa kalau aku ada niatan lain atau enggak?"

"Sayang, kamu tahu satu hal kan? Kita udah sepakat untuk gak menutupi apapun di antara kita berdua sekalipun itu hal yang sulit dan berat.. kamu inget itu kan?"

"Aku rasa aku gak bisa bohongin kamu ya.."

"Memang gak akan bisa, aku tahu persis apa yang ada di hati dan pikiran nya istri aku di saat kayak gini"

"Oke.. aku jujur, tapi janji jangan marah.."

Putri kini membalikkan tubuhnya menghadap padaku tapi matanya sekali lagi tak berani menatap langsung mataku, kepalanya menunduk takut.

"Kalau itu berat untuk kamu jujur sekarang. Aku gak akan paksa kamu buat ngomong... Aku akan tunggu sampai kamu siap"

Ucapku pada akhirnya, aku tak tega melihat dia ketakutan padaku seperti ini.. aku tak mau kalau pertanyaan ku justru menekannya dan membuat nya tak nyaman di dekatku.

"Enggak, aku emang mau kasih tahu kamu kok"

"Kalau gitu, kenapa kamu gak berani natal mata aku?"

"Chan... Kemarin itu, aku sempat hubungi dokter Choi untuk tahu kondisi aku yang sebenarnya sekarang. Dan aku tahu persis kalau kemungkinan besar aku gak akan bisa bertahan lebih lama.."

Jawab putri cukup.lirih namun masih bisa ku dengar, wajahnya yang kini memandang wajahku menampakkan raut wajah khawatir dan takut. Dan tak aku pungkiri, kalau aku akhirnya merasakan hal semacam itu juga dalam hatiku sekarang. Aku takut kehilangan dunia ku..

"Terus?"

Tanyaku lagi dengan suara yang bergetar menahan tangis.

"Aku gak mau, anak kita harus melihat kepergian ibunya.. dan kamu juga.. aku pengen kalau bisa kamu gak usah lihat aku waktu aku pergi nantinya.."

"Aku gak akan bisa lakukan itu"

"Aku tahu Chan, aku ngerti.. itu sebabnya aku pengen kita liburan berdua. Aku pengen habisin sisa waktu yang aku punya hanya berdua sama kamu.. sekalipun aku harus pergi, aku pengen itu di pelukan kamu.. tempat yang paling nyaman dan paling aku suka di seluruh dunia. Aku cuma mau itu sayang..."

Aku tak tahan lagi, tanganku meraih nya dan mengusap lembut wajah nya

"Kalau itu memang keinginan kamu, aku gak akan menghalangi lagi. Tapi.. aku mohon penuhi satu permintaan aku sebelum kita berangkat liburan.."

Ya Tuhan.. inilah cara yang Kau siapkan untuk aku berpisah dengan istriku? Apa ini cara yang benar untuk membahagiakan dia di saat terakhirnya?

"Kamu mau minta apa?"

"Ijinin aku buat lakuin semua hal yang bisa aku lakuin untuk mempertahankan kamu sampai akhir, aku harus berusaha sekuat tenaga aku sampai titik terakhir untuk membuat kamu bertahan lebih lama di sisi aku dan Arsya.. kalau setelah semua usaha yang aku lakukan ternyata kamu masih tetap harus pergi.. aku akan ikhlaskan itu dan menerima segalanya... Aku akan membawa kamu ke tempat yang paling nyaman sesuai keinginan kamu, sampai kamu pergi..."

"Iya.. kamu boleh lakukan itu. Aku gak akan menolak keinginan kamu"

Aku... Tak tahu apakah keputusan ku untuk mengikut keinginan nya adalah hal yang tepat, karena keinginan ku hanya ingin membuatnya bahagia. Hanya itu... Aku akan melakukan apapun yang aku bisa untuk mempertahankan dia di sisiku hingga jika hal buruk harus terjadi padanya, aku tahu aku sudah melakukan yang terbaik untuk dia.. untuk malaikatku..

"Makasih ya sayang, sekarang udah malam dan angin nya tambah dingin. Kita harus masuk rumah sekarang karena aku gak mau istri aku yang cantik ini sampai masuk angin atau kedinginan. Oke?"

"Ya.."

.

.

Hari itu tiba.. saat liburanku bersama dldengan putri.. aku melihatnya memeluk putra kami dengan penuh kasih sayang, dengan berat hati.. aku harus rahasiakan semuanya dari putra kesayanganku..

Sekalipun dia terus tersenyum dan tertawa sepanjang perjalanan liburan kami.. tapi aku tahu, kalau tubuhnya mulai semakin lemah dan semakin rapuh..

Sampai sebuah kalimat keluar dari bibir kecilnya, kalimat yang paling tak ingin aku dengar..

"Chan.. aku capek banget, aku pengen istirahat.."

Ucapnya lirih dalam pelukanku.. aku mengeratkan pelukan nya dan akhirnya air mataku kembali menetes, aku mengecup puncak kepalanya dan mengangguk kecil

"Iya sayang.. kamu boleh.. kamu boleh istirahat kalau kamu memang udah capek.."

.

.

.

LANJUT?

VOMMENT JUSEYO

kata katanya banyak yang mirip di percakapan antara putri side dan Chanyeol side..

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top