152

Halo

Lagi ya

.

.

.

Putri sekarang sudah di bawa kembali ke ruang inap nya, karena kondisi umumnya yang masih tergolong bagus sekalipun mengalami pendarahan tadi. Dokter memutuskan untuk tak membawa putri ke ICU dan kembali ke kamar inapnya seperti semula.

Chanyeol terus mendampingi putri dengan raut wajah yang sangat murung, dia tak sekalipun melepas genggaman tangan nya dari putri walau hanya sebentar saja.

Cklek

"Yeol.."

Member EXO semuanya datang ke rumah sakit dengan raut wajah yang panik dan nafas yang tersengal sengal. Bisa dipastikan bahwa Jongin yang sudah memberitahukan kondisi putri tadi pada member yang lain. Chanyeol menoleh dan melihat Baekhyun juga Chen yang langsung masuk untuk melihat kondisi putri secara langsung

"Gimana bisa sih?"

"Aku.. gak tahu"

Chen meraih pundak Chanyeol dan memeluknya erat

"Gak apa apa.. kamu pasti kuat Yeol.."

"Arsya?"

"Dia belum tahu, putri gak mau Arsya lihat ibunya kesakitan.. dia gak mau Arsya terlalu terbebani sama semuanya.. makanya aku langsung minta Jongin bawa dia pulang waktu putri drop tadi"

Semua nya menatap putri yang masih saja terpejam

"Dia.. kenapa gak bangun bangun?"

"Obat nya.."

Ucap Chanyeol lirih yang akhirnya di mengerti oleh yang lain saat itu juga.

.

.

.

--skiipp--

"Samchon.."

"Hmm"

"Apa mami baik baik aja?"

Tubuh Jongin langsung lemas begitu pertanyaan itu terlontar dari bibir Arsya. Mereka baru saja keluar dari sebuah kafe dan akan menuju ke rumah saat pertanyaan itu ditanyakan langsung oleh Arsya.

"Tentu"

"Aku tahu samchon.. aku tahu kalau mami tadi mimisan"

Jongin mencengkeram kemudi mobilnya dan memutuskan untuk meminggirkan mobilnya sebentar.

.

.

"Aku tahu samchon bohong sama aku, aku lihat semuanya samchon.. aku tahu kalau mami kesakitan.. dia bahkan mengusap kasar darah itu dan berharap aku tak melihat nya dalam kondisi seperti itu tadi. Samchon pikir.. kenapa aku begitu lama di kamar mandi tadi?"

--flashback on--

Arsya baru saja selesai mandi dan akan keluar dari kamar mandi saat dia tak sengaja melihat ibunya sedang menahan tangisnya nya dengan darah yang mengucur deras dari hidungnya

"Aku mohon.. jangan di hadapan anakku.. tolong jangan di depan anakku.. aku mohon"

Rintih putri lirih membuat hati Arsya terasa di tusuk ribuan pisau.

"Mami.."

Air mata Arsya tak bisa di tahan lagi untuk keluar dari kedua pelupuk matanya. Arsya menggigit bibir bawahnya untuk menahan isak tangisnya. Jika, ibunya saja berusaha untuk selalu kuat di hadapan nya maka dia juga harus melakukan hal yang sama.. dia tak boleh lemah atau membuat ibunya jauh lebih sedih karena melihat air matanya.

Perlahan.. Arsya menutup pintu kamar mandi nya lagi dan menyalakan shower nya kembali lalu dia menangis. Menangis terisak dengan suara yang hampir tak terdengar.

--flashback off--

.

.

"Ibumu itu wanita yang sangat kuat.. dia akan menahan ribuan bahkan jutaan rasa sakit dalam dirinya.. asal itu tak melukai dirimu ataupun ayahmu, sya.."

Air mata Arsya kembali mengalir tubuhnya bergetar hebat mengingat bagaimana kondisi ibunya tadi.

"Apa mami selalu kesakitan seperti tadi?"

Jongin mengangguk kecil dan lemah, dia sudah tak bisa lagi menyembunyikan apapun dari Arsya. Anak itu adalah anak yang cerdas, tak mungkin untuk Jongin terus menerus membohongi nya atau menutupi apapun lagi sekarang.

"Apa aku masih belum boleh melihat mami sekarang?"

"Sya..dengarkan samchon.. apa yang di lakukan sama mami dan papah kamu gak lain adalah karena mereka menyayangi kamu.. sangat sangat menyayangi kamu... Mereka gak mau kamu terlalu banyak beban dan terlalu sedih. Mereka menjaga hati dan perasaan kamu selama ini. Kamu harus bisa mengerti itu. Jika sudah waktunya nanti, kamu akan melihat ibumu dengan mudah.. untuk saat ini, kamu doakan saja ibu kamu dapat dia tetap kuat dan cepat sembuh"

"Tapi samchon.."

Suara Arsya tertahan dengan isak tangisnya.

"Apa?"

"Aku.. aku merasa kalau aku akan berpisah dari mami samchon.. entah kenapa, aku merasa kalau mami akan pergi sangat jauh dari sisi aku samchon. Itu sebabnya, mami menyuruh aku untuk terbiasa melakukan segalanya sendiri mulai sekarang. Aku merasa.. kalau mami mulai melepaskan aku untuk bisa hidup sendiri.."

Lagi dan lagi.. Jongin hanya bisa menunduk lesu, air mata Jongin juga sudah tak bisa dibendung lagi. Ini terlalu menyakitkan untuk dirinya melihat Arsya yang sudah dia anggap sebagai anak nya sendiri sekarang sedang terpuruk seperti ini.

"Kamu gak boleh bilang begitu, ada papah dan samchon disini.. kamu gak akan hidup sendirian.. doakan ibu kamu supaya dia bisa secepatnya kembali berkumpul bersama kamu dan papah"

Arsya mengangguk kecil, dia memeluk Jongin dan menumpahkan air mata nya di pundak samchon nya itu sekarang.

.

.

"Chan.."

Putri mulai bangun dari tidurnya dan mencari sosok Chanyeol disana. Dia merasakan Chanyeol sekarang sedang tertidur di samping ranjangnya dalam posisi duduk.. tangannya yang memegang erat tangan putri.. membuat hati putri menghangat seketika.

Jari kecil putri bergerak sedikit hingga membuat Chanyeol terbangun dari tidurnya.

"Oh.. sayang, kamu bangun?"

Putri tersenyum kecil.. tangannya berusaha meraih tangan Chanyeol

"Ada apa? Kamu mau minum atau butuh sesuatu? Kata dokter, kamu harus istirahat total.. jangan banyak pikiran atau terlalu capek."

"Arsya.."

"Dia sama Jongin dan Sehun, member lain juga ada di rumah sekarang buat temenin Arsya. Kamu gak usah khawatir"

Chanyeol mencium tangan putri dan berbisik

"Aku cinta kamu.. kamu harus kuat ya sayang.. aku mohon.."

Putri pun mengangguk kecil tanda dia mengerti dan sedikit tersenyum

.

.

Pemeriksaan lengkap putri dilakukan jelang operasi yang akan dia jalani esok harinya. Arsya dan Chanyeol selalu mendampingi putri tanpa pernah lengah sedikitpun untuk menjaga wanita yang begitu berharga di kehidupan mereka berdua.

Satu tangan putri selalu di genggam oleh Arsya dan yang satunya lagi oleh Chanyeol.

"Mami tenang ya.."

Ucap Arsya seraya tersenyum manis di hadapan ibunya.

.

.

Malam harinya saat putri sedang di ruang inapnya bersama Chanyeol Arsya dan member EXO.

Tok tok tok

Cklek

Empat orang masuk ke dalam ruangan putri diikuti oleh dua orang perawat. Mereka adalah dokter yang akan menangani operasi putri besok pagi.

"Selamat malam tuan Park dan nyonya Park.. maaf kami mengganggu waktu anda malam ini. Saya akan memperkenalkan dokter dokter yang akan menangani anda dan bertanggung jawab atas operasi anda besok siang"

Mereka satu per satu memperkenalkan dirinya masing masing dimana terdiri dari 1 orang dokter ahli bedah onkologi (bedah tumor dan kanker), 1 orang ahli bedah syaraf, 1 orang ahli bedah umum dan 1 orang dokter ahli anatesei (pembiusan)

.

.

--skiipp--

--the day--

Operasi akan dimulai siang ini pukul 11 siang, tapi.. sudah dari pagi hari persiapan dilakukan.

Hati Chanyeol sudah tak karuan dari semalam. Dia sama sekali tak bisa memejamkan matanya walau hanya sebentar. Doa doa terus mengalir dari bibirnya. Dia tak pernah sedikitpun jauh dari sisi putri dan selalu memegang tangan putri juga mengusap nya lembut terus menerus.

"Chan.."

"Iya sayang"

"Aku gak apa apa... Jangan takut"

Ucap putri menenangkan Chanyeol yang memang terlihat jelas begitu gusar sedari tadi.

"Iya.. aku tahu kamu baik baik aja.. kamu pasti baik baik aja, aku percaya itu sayang.. aku tahu kamu kuat sayang..."

Chanyeol mencium kening dan bibir putri lembut dengan air mata yang menetes dari pelupuk matanya.

"Kamu harus kuat... Kamu harus kuat..."

.

.

.

LANJUT?

VOMMENT JUSEYO

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top