150
Hai
Ayo lanjut lagi
Wattpad ku bermasalah deh kayaknya.. ini udah aku publish dari tadi tapi gak nongol2 kan ya.. sekalinya keluar malah kosong? aku heran kenapa selalu begini, tolong tinggalin komentar kalian kalau kalian masih agak aneh sama part ini ya atau story lain yang aku publish
.
.
Putri mencengkeram dadanya yang terasa sesak karena menahan tangisnya yang hampir pecah sekarang. Bagaimana mungkin dia tak menangis, jika dia bahkan sudah merasakan waktunya yang semakin dekat sekarang. Putri tak ingin mendahului kehendak Tuhan yang bisa saja kembali memberikan dirinya mukjizat atau seperti dulu.
Chanyeol..
Suaminya itu sama sekali tak menyadari kalau putri bahkan sudah memberikan tanda jika dirinya akan segera pergi,saat pembicaraan nya dengan Michael di telepon siang tadi. Bunga dandelion.. dimana kelopak bunga itu akan terbang dengan mudahnya tertiup angin.. mengikuti arah angin menuju ke langit dan hilang saat mendekati awan di atas sana.
"Sayang, makan dulu ya"
"Iya.."
"Kamu kenapa?"
Putri menggeleng kecil
"Gak apa apa.."
"Ada yang sakit? Kenapa kamu pegang dada kamu terus? Apa nyeri rasanya?"
"Sedikit"
Chanyeol terlihat begitu khawatir dan mengusap pelan dada putri yang katanya terasa nyeri. Tapi, putri justru semakin meringis dan menggigit bibir bawahnya menahan tangisnya yang sudah tak bisa lagi di bendung sekarang. Air matanya mengalir, nyeri.. sangat nyeri dan sakit.. tapi, bukan karena sakit itu.. melainkan hatinya yang terasa jauh lebih sakit sekarang.
"Apa sesakit itu? Aku panggilin dokter dulu ya"
"Enggak.. jangan pergi"
"Sayang.. ada apa?"
"Hatiku yang sakit Chan.. bukan badan aku, tapi hati aku yang jauh lebih sakit sekarang."
Chanyeol pun merengkuh tubuh putri dalam pelukan nya.
"Ada apa.. hmm? Kamu masih marah karena aku bentak kamu tadi?"
"Enggak.."
"Terus ada apa sayang.. kamu kenapa?"
"Aku takut Chan... Aku takut kalau aku jauh dari kamu, aku gak mau jauh dari kamu ataupun Arsya.. gak mau Chan.. aku gak bisa.."
Putri semakin menangis kencang dan terus bicara seperti itu dengan nafas tersengal dan tangis yang terisak.
"Aku gak akan biarin kamu buat jauh dari aku ataupun Arsya, aku janji.."
Chanyeol mengelus punggung putri untuk menenangkan istrinya sekarang.
"Udah jangan nangis lagi ya sayang.. kamu gak usah mikir yang macam macam, percaya aku.. kamu pasti sembuh.."
"Aku mau ketemu Arsya.. aku kangen Arsya.."
"Iya.. tunggu sebentar ya, besok Arsya selesai ujian di sekolah dan dia bisa langsung ke sini buat nemenin kamu ya sayang.. ssttt.. udah, jangan nangis lagi ya sayang"
.
.
"Menurut hasil biopsi dan path scan juga dari hasil pemeriksaan laboratorium yang sebelumnya. Di ketahui bahwa nyonya Park benar memiliki kanker yang sudah masuk stadium 2b dan akan masuk ke stasiun 3a.. ukuran tumor dengan diameter 10.5 cm, dan untuk keganasan nya akan di uji lagi lewat laboratorium saat operasi berlangsung nanti."
"Apa.. payudara saya harus di angkat dokter?"
"Bisa saja jika anda tidak berkenan untuk di angkat payudara nya, kami hanya akan mengambil tumor yang ada di sana dan sebagian jaringan syaraf yang sudah terdapat sel kanker nya"
"Apa resikonya lebih besar dokter?"
"Resiko nya tentu saja anda tak bisa lagi merasakan rangsangan pada sebagian tangan kanan anda nyonya Park"
Putri menatap Chanyeol untuk mengambil keputusan.
"Baik dokter, lakukan saja apa yang terbaik menurut dokter. Kami mengikuti prosedur apapun sekarang"
"Baik... Saya akan jadwalkan operasi dalam minggu ini juga. Jadi tolong persiapkan diri anda sebaik mungkin sebelum operasi di mulai nanti"
Dokter pun keluar ruangan putri setelah menjelaskan bagaimana kondisi putri saat ini, sejujurnya putri ingin segera dengan cepat di operasi karena semakin lama.. akan membuat dirinya semakin tertekan dengan penyakitnya sekarang. Dia takut kalau penyakit itu akan semakin menggerogoti tubuhnya yang semakin kurus dan lemah setiap harinya, dia takut jika ini akan mempercepat waktu kepergian nya dari sisi Chanyeol.
.
.
--skiipp--
Cklek
"Mami..."
Arsya..
Pemuda itu sekarang sudah masuk ke ruangan inap milik putri saat ibunya itu sedang tertidur sekarang.
Arsya berjalan mendekat dan mencium tangan putri lalu duduk di kursi di sebelah putri, dia tak lepas memandang wajah ibunya yang terlelap dan terus menggenggam erat tangan putri dimana ada selang infus disana.
"Arsya.."
Putri terbangun dan sedikit terkejut melihat anaknya sudah berada di hadapan nya sekarang, entah sejak kapan Arsya ada di situ. Dia terlihat seperti baru saja pulang sekolah karena baju seragam yang masih melekat di tubuhnya.
"Mami.. gimana kondisi mami sekarang mi?"
"Udah mendingan, gimana ujian kamu? Lancar kan? Kamu bisa kerjain semua soalnya kan?"
"Bisa kok mi, lancar.. walaupun Arsya kangen banget sama masakan mami selama Arsya belajar buat ujian kemarin, tapi.. Arsya janji buat bikin mami sama papah bangga sama Arsya.. jadi, Arsya tetap berusaha semaksimal mungkin buat bisa dapat hasil yang terbaik buat ujian kali ini"
"Maafin mami ya, mami gak bisa temenin kamu dan buatin makanan buat kamu belajar.."
"Mami gak usah minta maaf kok mi, yang penting mami istirahat dan minum obat juga makan yang banyak biar bisa cepat sembuh."
Putri merentangkan tangannya dan meminta Arsya untuk memeluk nya erat. Seketika itu juga, Arsya langsung menghambur di pelukan sang ibu yang sudah beberapa waktu tak bisa bertemu dengan nya. Sejujurnya, Arsya ingin sekali menangis karena melihat putri yang semakin kurus dan terlihat begitu pucat dan lemah.. ibunya benar benar terlihat berbeda.
"Arsya boleh gak nginep disini buat nemenin mami?"
"Gak usah.. biar mami sama papah aja.. kamu di rumah aja, mami gak mau kamu capek.. disini kan tetap aja beda sama di rumah sayang.."
"Tapi mami.."
"Nurut mami ya sayang, Arsya boleh seharian disini tapi jangan nginep disini ya.. mami gak mau arsya ikutan sakit gara gara capek nemenin mami disini.."
"Ya udah.. Arsya nurutin mami kok"
"Oh iya, kamu kesini sama siapa? Papah mana?"
"Tadi sama jongin samchon, sekarang papah lagi sama samchon gak tahu kemana.."
Putri mengangguk kecil
"Mami mau minum atau makan sesuatu? Biar Arsya suapin ya"
"Iya..."
Sebenarnya, Chanyeol dan Jongin hanya berada di taman belakang rumah sakit untuk memberikan waktu pada arsya dan putri saat ini. Mereka sudah cukup lama tak bertemu dan berinteraksi.. jadi, pasti akan lebih baik jika mereka mendapatkan waktu khusus untuk mereka berdua hari ini. Interaksi antara seorang ibu dan anak yang saling merindukan.
.
.
"Mami.. ada bajunya papah kan disini?"
"Iya, kenapa?"
"Arsya mau mandi disini aja ah, badan Arsya rasanya lengket banget. Gak enak banget rasanya, boleh kan mi?"
"Iya boleh kok sayang.."
Arsya pun segera melesat ke kamar mandi untuk mandi siang itu setelah sebelumnya mengambil beberapa potong baju dan celana milik Chanyeol untuk di pinjam olehnya.
Semuanya berjalan dengan baik sampai...
Tess
Darah kembali keluar dari hidung putri, menetes dan cukup deras.. membuat kepala putri sedikit berputar hingga harus berpegangan pada sisi ranjang nya.
"Aku mohon, jangan di depan anakku.. jangan di hadapan anakku.. aku gak mau.."
Putri segera mengambil beberapa lembar tisu yang ada di dekat meja dan mengusapnya di hidung, agar darah itu berhenti mengucur. Tapi, hasilnya nihil..
'tuutt tuutt'
"Halo sayang? Ada apa?"
Putri memutuskan untuk menelepon Chanyeol sekarang
"Bawa Arsya keluar dari sini sekarang"
"Ada apa?"
"Darahnya keluar lagi Chan.. darahnya keluar terus.. aku gak mau Arsya lihat aku begini Chan.. tolong bawa dia keluar dari sini sekarang Chan.. aku mohon.. Chan.."
Chanyeol langsung saja berlari ke arah ruang inap putri setelah mendengar istrinya sudah terisak dan panik, Jongin yang mengikuti di belakangnya pun agak bingung.
"Ada apa Hyung?"
"Putri mimisan, bawa Arsya pergi entah gimana caranya.. jangan sampai Arsya melihat putri dalam kondisi begini"
Ucap Chanyeol cepat dan jantung Jongin langsung berdetak cepat.
.
.
.
LANJUT?
VOMMENT JUSEYO
WP ku bermasalah.. maaf.. bolak balik batal publish
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top