149

Lanjutkan

Lagi ya

.

.

.

Putri menceritakan segalanya pada Chanyeol dengan takut takut, dia bercerita sambil menunduk dan memainkan ujung selimutnya. Dia tahu chanyeol pasti akan marah untuk masalah semacam ini. Terlebih dengan kondisi nya sekarang.

"Jadi.. kalau kamu kasih ijin ke aku.. aku mau selesaikan urusan di perusahaan dulu dan baru lanjutin pengobatan aku.. atau aku lakukan dua dua nya sekaligus dalam satu waktu.. aku gak bisa diam aja di saat semuanya kayak gini. Ini juga untuk Arsya, anak kita Chan"

Chanyeol benar benar mendengarkan tanpa memotong sedikitpun ucapan putri. Dia mendengarkan dengan seksama dan setelah selesai, Chanyeol menghembuskan nafas berat dan tak menatap putri sama sekali.

"Tuh kan.. kamu marah sama aku.."

"Apa Fariz Hyung sama sekali gak bisa tangani sendiri sampai harus kamu yang ambil tindakan dalam kondisi kamu yang kayak sekarang?"

Putri menggeleng kecil

"Aku yakin dia mampu, mas Fariz juga larang aku buat ikut campur.. tapi Chan.. kamu pasti tahu kan posisi aku sekarang gimana? Kalau aku cuek dan seolah gak ada masalah apa apa sekarang. Aku justru malah tambah terbebani"

"Kesehatan kamu jauh lebih penting dibatas segalanya putri. Oke, kalau kamu mau membantu Fariz. Aku gak akan masalah dan aku akan dukung kamu sepenuhnya, tapi.. kalau itu dengan cara kamu harus kembali menjabat di posisi kamu atau mengorbankan waktu perawatan dan pengobatan untuk kamu seperti sekarang.. apa kamu gak sayang sama diri kamu sendiri?"

Putri menunduk lesu, dia tahu keputusan Chanyeol yang seperti ini.

"Aku gak akan ijinkan kamu untuk masalah semacam ini, kamu harus benar benar konsentrasi sama kesehatan kamu sekarang. Gak ada mikirin perusahaan, saham atau yang lainnya. Soal Arsya.. aku yakin Hyung bisa atasi itu. Misalnya pun jalan nya Arsya bukan disana. Rejeki anak kita gak akan pernah hilang sayang, biar dia juga bisa belajar mandiri"

"Tapi Chan.."

"Gak ada tapi tapian lagi. Aku gak menerima bantahan apapun dari kamu untuk masalah ini, aku udah bilang dari awal kalau aku akan pastikan kamu dapat perawatan yang terbaik dan gak akan aku biarin kamu stress atau mikir yang berat, tapi.. ini? Kalau kamu terus kayak gini. Aku akan minta Hyung untuk stop temui kamu jika itu menyangkut kondisi perusahaan kayak sekarang"

"Hiks.."

Putri sudah menangis sekarang

"Maafin aku.."

"Aku yang minta maaf kok Chan, aku salah karena gak nurutin kamu.. aku yang salah karena aku gak mau dengerin kamu"

Chanyeol menghembuskan nafasnya panjang dan agak berat sekali lagi, dia memegang tangan putri dan menatap ke arah putri yang masih saja menunduk dari tadi.

"Sayang.. lihat aku.."

Putri masih menunduk

"Putri.. sayang, lihat aku.. lihat mata aku.."

Putri akhirnya melihat ke arah Chanyeol yang sudah menatapnya dengan lekat dan tak berkedip sama sekali.

"Kamu tahu aku sayang kamu kan?"

Putri hanya diam

"Aku minta maaf, karena aku tadi udah ngomong cukup keras sama kamu. Kamu pasti kaget banget tadi.. aku bener bener minta maaf dan aku sama sekali gak ada maksud buat bentak kamu atau kasar sama kamu.. aku cuma pengen kamu lebih mikirin diri kamu sendiri mulai dari sekarang sayang.. udah cukup selama ini kamu selalu mikirin orang lain, mementingkan orang lain dan keperluan perusahaan. Sekarang udah waktunya kamu lepasin semuanya.. aku gak minta kamu buat menyerah atau cuek, tapi kamu harus tahu mana yang perlu di prioritaskan sekarang. Kesehatan kamu atau perusahaan kamu.."

"Maaf.."

"Apa kamu benar benar gak punya cara lain buat bantu Fariz Hyung kecuali harus kamu yang turun tangan? Apa gak ada orang yang bisa kamu percaya yang bisa membantu kamu sekarang?"

"Kamu.. ijinkan aku?"

"Selagi kamu gak perlu keluar dari rumah sakit dan tetap melakukan perawatan juga gak langsung terlibat pada hal ini. Melainkan menunjuk seseorang untuk mengurus ini semua.. aku akan ijinkan, walaupun memang berat untuk aku sendiri."

Putri memeluk Chanyeol dengan erat

"Makasih.."

"Jadi.. ada?"

Putri mengangguk kecil

"Tolong ponsel aku sebentar"

Chanyeol mengambilkan ponsel milik putri dan menyerahkan itu pada istrinya yang langsung mendial sebuah nomor yang sepertinya adalah nomor luar negeri.

.

.

'tuutt tuutt'

"Halo?"

"Halo.. Michael? Apa kamu masih mengenali suaraku?"

"Putri.. sajangnim?"

Chanyeol sedikit bingung sekarang, siapa Michael? Dari namanya dia bukan orang Korea, tapi dia dengan fasih bicara bahasa Korea.

"Benar, ini aku.."

"Oh.. sajangnim, apa kabar? Sudah lama anda tak mengubungi saya, terakhir kali sekitar 1 bulan yang lalu saat anda mengundang saya ke acara ulang tahun pernikahan anda kan?"

"Benar.. maaf ya, aku jarang mengubungi kamu karena satu dan lain hal.. ehmm Michael, apa kamu masih punya kontak milik anggota secret team yang ada di wilayah Eropa dan amerika?"

"Tentu sajangnim, tentu masih ada.. kami masih sering berkomunikasi juga.. ada apa sajangnim?"

"Aku.. butuh bantuan mu Michael.. ada yang akan mencuri perusahaan sekarang"

"Saham perusahaan maksud anda?"

"Bukan.. tapi, seluruh perusahaan Michael"

"Apa? Bagaimana bisa?"

"Ceritanya panjang, tapi aku sangat membutuhkan bantuan mu dan anggota yang lain. Kondisi ku sekarang gak memungkinkan aku untuk bertindak dengan tanganku sendiri sekarang. Kesehatan ku.. menurun drastis"

"Baik sajangnim, saya akan mencoba menghubungi anggota lainnya dan akan segera menuju ke Korea untuk mengurus ini."

"Aku minta tolong sama kamu, kalau memang bisa.. jangan kamu kirim semua anggota ke Korea, harus ada sebagian yang di sana. Karena aku punya rencana yang membutuhkan keberadaan kalian semua di Eropa"

"Tentu sajangnim.. akan aku atur seperti biasanya. Anda tak perlu khawatir tentang ini semua.. kalau boleh tahu, apa sandi untuk misi kali ini?"

"Dandelion putih"

Seketika wajah Michael menegang di ujung telepon, nafasnya tercekat saat mendengar putri mengucapkan kode misi dari tugas nya kali ini.

Dandelion..

Apakah ini akan menjadi tugas terakhir untuk kami?

Tidak.. sebelum aku mengatakan 'dandelion'.. maka, tugas kalian masih ada.. saat kata 'dandelion' keluar dari bibirku maka.. itu adalah tugas terakhir yang akan aku berikan untuk secret team sebelum aku meninggal dan akan ada pergantian pimpinan utama di dalam team ini. Dimana, orang itu.. adalah orang yang aku tunjukkan langsung.. sebagai penerus team ini dan harus kalian lindungi sama seperti kalian melindungi dan mendukung diriku selama ini

Michael tak percaya akan mendengar kata dandelion dari putri secepat ini. Apa yang terjadi pada pimpinan nya.. hingga putri begitu yakin bahwa ini adalah tugas terakhir dari putri untuk dirinya dan juga anggota yang lain. Dan siapa yang akan menggantikan posisi putri?

"Sajangnim.."

"Kode misi kali ini adalah dandelion putih"

Ucap putri sekali lagi, seolah mempertegas posisi nya sekarang.

"Baik sajangnim"

"Dan juga.. seperti biasanya, seperti yang sebelumnya. Pastikan bahwa penjaga dandelion harus selamat"

Michael sekali lagi menggertakkan giginya, penjaga dandelion artinya adalah Chanyeol dan Arsya.. yang merupakan dua orang yang begitu berharga untuk putri saat ini.

"Saya mengerti"

Bip

.

.

Putri menatap Chanyeol yang ada di hadapan nya dan tersenyum lembut, dia memeluk Chanyeol yang sedari tadi diam dan memperhatikan dirinya.

"Aku janji ini yang terakhir aku melakukan ini.. aku janji Chan.."

Chanyeol hanya tersenyum dan mengusap rambut putri.

"Aku janji.. ini terakhir kalinya, setelah ini.. aku hanya akan mengikuti kamu dan apapun yang akan dokter lakukan.. aku janji"

Chanyeol sama sekali tak menyadari jika yang di maksud putri dengan terakhir kali adalah karena dia tahu dia akan menghembuskan nafas terakhirnya sebentar lagi. Dan tak mungkin lagi memberikan perintah semacam itu.

.

.

.

LANJUT?

VOMMENT JUSEYO

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top