142

Hai

Ayo lanjutkan lagi

.

.

.

Begitu keluar dari kamar mandi, Chanyeol dengan cepat memakaikan baju pada tubuh polos putri, istrinya itu terus saja menangis dan menampik tangan Chanyeol yang berusaha memeluk tubuhnya.

"Jangan Chan.."

Ucap putri sambil terisak

"Nanti badan kamu bisa kena darah.."

Ucap putri lagi dan menunjuk ke hidungnya yang terus mengeluarkan darah pekat. Tapi, bukan Chanyeol namanya kalau dia langsung menurut ucapan putri terlebih dalam kondisi seperti sekarang ini. Dengan paksa Chanyeol menarik tubuh putri dalam dekapan nya, membuat tubuh putri menghangat dan tentu saja, darah itu menempel di baju Chanyeol sekarang. Tapi, Chanyeol seolah tak perduli dan terus memeluk putri. Menenangkan istrinya yang masih menangis dan begitu terguncang.

"Gak apa apa sayang, udah ya.. aku disini sayang.."

"Ssttt..  cup cup sayang, udah ya.. jangan nangis lagi ya sayang.. aku disini putri.. sayang... Udah ya.."

Itulah kalimat kalimat yang terus di ucapkan Chanyeol selagi dia memenangkan putri dalam pelukan hangatnya sekarang.

"Aku udah mau mati sekarang Chan.. aku udah gak bisa.."

Ucap putri masih histeris karena melihat darah yang ada disana.

Begitu putri sudah lebih tenang dan tangisnya sedikit berkurang, Chanyeol segera bangkit dan  membawakan sekotak tisu juga sapu tangan miliknya yang di sambar begitu saja dari dalam lemari dengan cepat. Sementara, putri masih kembali menangis terisak dengan hidung yang terus mengeluarkan darah pekat.

"Jangan pakai tangan sayang"

Chanyeol menyeka darah itu dan meraih tangan putri agar tak menyentuh hidungnya terlebih dahulu sekarang.

"Pegang ini dulu sebentar"

Ucap Chanyeol pada putri yang memegang tisu untuk menghentikan darah dari hidungnya. Entah sudah berapa lembar tisu yang putri ambil untuk menyeka darah sialan yang terus keluar dari hidungnya. Chanyeol pun segera meraih ponsel nya dan menghubungi rumah sakit untuk menanyakan apakah dokter yang menangani putri praktek atau tidak hari ini.

.

.

"Sayang, kita ke rumah sakit ya sekarang"

Srrrrtt

"Chan.."

"Iya sayang.. kenapa?"

"Aku gak mau.. aku takut"

"Takut apa? Kan ada aku disini sama kamu sayang"

"Nanti kalau aku gak boleh pulang lagi dan harus nginep di rumah sakit gimana?"

"Maksud kamu opname?"

Putri mengangguk kecil.

"Sayang.. dengerin aku.."

Chanyeol kini sudah berlutut di depan putri dan meraih kedua tangan istrinya sambil menatap tepat di kedua manik mata istrinya yang terlihat jelas guratan kecemasan dan ketakutan disana.

"Apapun yang dokter bilang nanti.. kamu harus nurut. Jangan di bantah atau minta hal lain, selagi memang itu yang terbaik untuk kamu.. kita akan lakukan apapun yang dokter bilang"

"Aku gak mau kalau payudara ku di angkat Chan, aku mau pengobatan tapi jangan ambil payudara aku.."

"Nanti kita coba tanya sama dokter gimana ya, kalau memang hal itu masih bisa dan menurut dokter gak masalah. Ya kita lakukan"

Putri mengangguk lemas, dia baru akan beranjak untuk mengganti baju dan mempersiapkan segalanya sebelum saat tangan Chanyeol menahan gerak tubuhnya.

"Mau kemana?"

"Mau siap siap, sekalian nyiapin buat ke rumah sakit..."

"Kamu duduk aja, kamu udah ganti baju.. kalau soal tas atau keperluan lain buat ke rumah sakit, kamu tinggal bilang sama aku mau bawa apa aja. Aku yang ambilkan dan bawain tas kamu. Kamu cukup duduk aja disini dan tunggu aku ya"

"..."

"Aku cuma gak mau kamu capek sayang.. tolong nurut ke aku sekarang ya.."

Ucap Chanyeol sambil kali menyeka darah yang masih saja keluar meskipun tidak sebanyak tadi.

"Kepala aku pusing chan"

"Iya.. kamu tiduran aja.. kalau kamu ngantuk, kamu bisa tidur aja sekalian ya.. aku yang siapin semuanya.."

Chanyeol tahu persis kalau putri pasti merasakan pusing akibat darah yang terlalu banyak keluar sejak tadi. Chanyeol harus cepat, dia tak mau kalau sampai terjadi sesuatu pada putri. Apalagi kondisi putri yang tiba tiba saja drop seperti ini.

Tok tok tok

"Papah.. mami.."

Suara Arsya menginterupsi kegiatan Chanyeol yang sedang memasukkan beberapa barang ke dalam tas milik nya, untuk di bawa ke rumah sakit.

Cklek

"Jangan berisik, mami masih tidur"

Ucap Chanyeol dengan suara berbisik pada Arsya. Chanyeol akhirnya memutuskan keluar kamar untuk bicara dengan Arsya agar tak mengganggu tidur istrinya.

"Mami baik baik aja pah? Kok dari tadi papah sama mami gak keluar kamar?"

"Mami harus dibawa ke rumah sakit sekarang, mami mimisan terus dari tadi... Makanya gak sempat turun ke bawah tadi."

"Astaga, terus mami gimana?"

"Gak apa apa, sya.. tolong papah ya.. papah gak tahu apa nanti mami akan opname langsung di rumah sakit atau mungkin bisa pulang. Kamu nanti kalau bisa setelah sekolah, langsung pulang dan tolong bilang ke ahjumma buat siapin baju baju buat mami sama papah... Sekalian nanti kalau sewaktu waktu papah butuh sesuatu buat mami ya"

"Iya pah, apa arsya ijin sekolah aja buat bantuin papah hari ini? Jadi Arsya bisa jagain mami juga"

"Gak.. jangan, mami juga pasti gak mau kamu begitu. Ini kan udah menjelang ujian.. kamu gak boleh bolos, nanti.. biar supir yang anterin kamu buat les juga.. ponsel.kamu harus tetap aktif kalau kalau nanti papah telpon dan butuh kamu mendadak"

"Iya pah.. Arsya ngerti"

"Ya udah, kamu berangkat dulu aja"

"Arsya boleh lihat mami gak?"

Chanyeol mengangguk.

.

.

Arsya sekarang sudah berlutut di tepi ranjang orang tuanya. Melihat wajah damai putri yang terlelap dalam mimpi indahnya, terlihat wajah ibunya begitu pucat dan seperti sangat kesakitan. Perlahan, Arsya menyentuh tangan putri dan mencium nya lembut..

"Mi.. Arsya berangkat sekolah dulu.. mami yang sehat ya mi.. yang kuat, Arsya sayang mami"

Ucap Arsya lirih agar tak membangunkan putri. Setelah itu dia juga berpamitan dengan Chanyeol dan langsung berangkat ke sekolah dengan di antar oleh supir.

.

.

.

--skiipp--

"Kamu langsung di rawat aja ya putri.. supaya kalau sewaktu waktu terjadi sesuatu padamu.. bisa langsung mendapat penanganan yang maksimal"

Ucap dokter yang menangani putri pagi itu. Secara refleks tangan putri meremas tangan chanyeol yang duduk di sebelahnya.

"Iya dokter"

Jawab Chanyeol dengan tegas tanpa menunggu persetujuan dari putri sama sekali.

.

.

--skiipp--

Chanyeol masih mengusap usap rambut putri perlahan, dia terus berada di sisi putri tanpa sedikitpun merubah posisinya sejak 2 jam lalu saat putri masuk ke ruang inap nya.

"Tidur sayang... Istirahat.."

Ucap Chanyeol, karena sejak tadi putri masih tak bisa memejamkan matanya dan terus menatap Chanyeol sambil memainkan jari tangan suaminya dalam diam.

Putri menggeleng kecil

"Aku takut kamu ngantuk sayang.. jangan di paksa kalau kamu udah ngantuk.. aku disini kok, aku gak akan kemana mana"

"Nanti kalau aku tidur, terus aku gak bisa bangun lagi gimana?"

Hati Chanyeol mencelos mendengar ucapan putri. Memang ucapan putri tak sepenuhnya salah, karena Chanyeol juga sebenarnya mengkhawatirkan hal yang sama dari tadi.. hingga dia berulang kali memeriksa apakah istrinya masih bernafas atau tidak selama tidur di perjalanan menuju rumah sakit tadi.

"Gak boleh mikir gitu sayang, jangan mikir yang jelek-jelek terus ya.."

"Jangan pergi ya Chan.."

"Gak akan sayang.. aku disini kok, aku sama kamu sekarang. Aku bakal disini terus temenin kamu.. jangan takut lagi ya..."

Sekarang jari Chanyeol tak lagi mengusap rambut melainkan kening putri. Tepatnya di dekat area mata istrinya. Dia mengusap.lembut bagian itu agar putri bisa tertidur dengan lelap. Hingga, akhirnya.. dengkuran halus yang terdengar pun membuat Chanyeol tahu bahwa istrinya sekarang sudah terlelap.

.

.

.

LANJUT?

VOMMENT JUSEYO

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top