139

Halo

Lagi???

.

.

.

Brukk

Chanyeol sudah tak mampu lagi menahan segalanya sekarang. Kepalanya berdenyut, dan pandangan nya berputar. Tangannya yang ingin merengkuh tubuh putri dalam pelukan nya justru sudah tak mampu lagi sekarang. Karena pandangan nya menjadi gelap dan tubuhnya terhuyung dan jatuh dalam pelukan putri.

"Chan!!! Sayang!! Sayang, bangun..."

Nafas Chanyeol terasa panas dan juga keningnya yang sudah terasa begitu panas sekarang.

"Ahjumma!!!"

.

.

.

--skiipp--

"Jadi kamu kena kanker puu?"

Dokter Yoon memijit pelipisnya dan kembali memandang ke arah chanyeol yang masih belum sadarkan diri sampai saat ini.

Putri mengangguk sebagai jawaban, dia masih tak memikirkan hal ini. Dia lebih mengkhawatirkan kondisi Chanyeol sekarang yang terlihat begitu lemah dan hancur.

"Aku gak ngerti kenapa kalian bisa mendapatkan hal semacam ini terus menerus. Aku bingung dan gak ngerti lagi. Tapi, aku rasa kamu akan mendapatkan mukjizat lagi kayak dulu"

"Enggak mas, aku rasa ini memang akhir dari semuanya"

"Jangan bilang gitu, kamu gak lihat suami kamu sampai kayak gini?"

Putri mengulum senyum nya.

.

.

Putri merawat Chanyeol dengan segenap perasaan nya. Dia mengompres kening Chanyeol dan menjaga suaminya sampai tanpa sadar putri tertidur di samping Chanyeol dengan posisi duduk

Perlahan Chanyeol mulai membuka matanya dan merasakan tangannya hangat. Yang ternyata putri menggenggam tangan nya sambil tidur.

"Sayang..."

Panggil Chanyeol dengan suara parau nya, tangannya mengusap kepala putri perlahan hingga akhirnya putri terbangun.

"Ehmm.. Chan.., kamu udah bangun sayang? Masih sakit gak? Kata Yoon oppa kamu dehidrasi dan kecapekan. Kamu udah gak apa apa?"

Grepp

Chanyeol menarik tubuh nya dan dia memeluk putri dengan sangat erat, mencengkeram bahu putri kencang. Tubuhnya kembali bergetar dan air matanya kembali tumpah membasahi baju putri.

"Ssstt.. sayang..."

Putri mengusap punggung chanyeol terus menerus tanpa henti. Dia berharap suaminya bisa lebih tenang sekarang.

"Aku harus apa biar kamu gak tinggalin aku puu.. aku harus apa biar kamu gak pergi.."

"Chan..."

"Kamu tahu kan.. kamu tahu.. kalau aku, aku gak bisa jauh dari kamu"

"Aku juga.. aku gak bisa kalau harus jauh dari kamu Chan.."

"Tapi.."

"Aku akan berjuang supaya aku bisa bertahan lebih lama di sisi kamu, aku akan berjuang untuk kamu dan Arsya.. aku janji.."

"..."

"Kamu mau kan, temenin aku.. tetap ada di sisi aku selama aku pengobatan nanti Chan?"

Chanyeol mengangguk mantap dan mendekap putri lagi.

"Aku gak akan pernah lepasin kamu atau tinggalin kamu. Sampai kapanpun aku bakal berjuang biar kamu bisa sembuh dan kamu bisa tetap sama aku dan Arsya. Aku janji aku akan ada di sisi kamu selamanya."

Putri mengulum senyum nya. Satu beban sudah menguap sekarang karena Chanyeol sudah tahu penyakitnya. Dia menatap wajah Chanyeol yang sudah penuh air mata. Putri menyeka air mata yang mengalir di pipi Chanyeol dengan kedua ibu jari nya. Tersenyum lembut ke arah Chanyeol dan mengecup bibir suaminya dengan lembut.

Putri meraih tangan Chanyeol dan mengecup nya cukup lama.

"Aku janji, aku gak akan jadi perempuan yang lemah. Aku akan jadi perempuan yang kuat dan berusaha keras untuk berada di sisi kamu selama mungkin. Aku janji sayang, aku janji"

Ucap putri sambil mengecup tangan Chanyeol dan menunduk. Air matanya sudah tumpah sekarang.

"Makasih ya sayang.. maafin aku"

.

.

Suasana makan malam saat itu sangat sunyi, Chanyeol sudah tak bisa menyembunyikan kehancuran dirinya bahkan di hadapan Arsya. Wajah nya yang membengkak juga dengan matanya yang menunjukkan dengan jelas bahwa dia baru saja menangis dengan keras membuat Arsya sangat tak nyaman.

"Mi.. papah sakit?"

Tanya Arsya mendekati putri yang berada di dapur menyiapkan makan malam, meninggalkan Chanyeol yang masih duduk diam di meja makan tanpa melakukan interaksi apapun dengan Arsya.

Putri berbalik dan mengangguk kecil.

"Mami juga kan? Wajah mami pucat dan aku yakin papah sakit karena ada hubungan nya sama mamah"

"Kenapa kamu berpikir begitu?"

"Mi.. papah begitu mencintai mami .. papah tuh tipe orang yang kalau mami keseleo aja mungkin papah bakal kurung mami dikamar tanpa boleh jalan jalan atau melakukan apapun terlebih dahulu."

Ucap Arsya yakin, dia mengenal ayahnya yang begitu protektif padanya dan juga ibunya. Chanyeol tak pernah setengah setengah kalau untuk menyangkut kepentingan keluarga nya.

"Iya.."

"Mami sakit apa?"

Ucap Arsya mulai memperlihatkan wajahnya yang sangat cemas dan khawatir.

"Nanti.. mami akan beritahu kamu, setelah makan malam nya selesai ya sayang"

Arsya pun mengangguk dan kembali ke meja makan.

.

.

"Jadi.. mami sakit apa?"

Chanyeol sudah merengkuh pinggang putri dan mengeratkan pelukan nya saat putra mereka menanyakan penyakit putri.

"Kanker payudara"

Dua kata...

Hanya dua kata... Yang langsung membungkam bibir kedua lelaki yang berada di sampingnya sekarang. Chanyeol memang belum tahu sepenuhnya penyakit putri karena putri memang berjanji akan bicara dan jujur juga dihadapan putra mereka bersamaan dengan Chanyeol.

"Mami sudah check up lengkap dan hasilnya mami positif mengidap kanker payudara stadium lanjut"

Putri meletakkan hasil pemeriksaan nya di atas meja dan langsung di sambar oleh Chanyeol. Arsya mendekat ke Chanyeol juga untuk membaca apa yang tertulis disana.

"Mami masih bisa sembuh kan?"

Kalimat pertama yang di ucapkan Arsya begitu melihat hasil nya.

"Mami.. berusaha untuk itu"

Arsya langsung memeluk putri dan menangis disana. Perasaan nya campur aduk saat tahu apa yang terjadi pada ibunya. Diam diam dia menyesal karena akhir akhir ini sering tak memiliki waktu dengan ibunya dan sering pergi keluar rumah. Dia tak tahu kalau ibunya akan mengalami sakit seperti ini.

"Mami harus sembuh, Arsya masih butuh mami di samping Arsya sampai nanti Arsya menikah dan punya anak, bahkan sampai cucu mamah punya cucu lagi. Mami sama papah harus tetap di samping Arsya"

"Sayang.. nak.. jangan nangis, mami gak apa apa sayang"

"Maafin Arsya mi.. harusnya, Arsya lebih perhatian ke mami.. harusnya Arsya gak banyak main di luar dan jagain mami.. aku minta maaf mi, aku gak tahu kalau mami sampai sakit begini."

"Sayang, ini bukan salah Arsya nak.. ini udah takdir dari Tuhan. Arsya gak boleh bilang begitu ya sayang.."

"Arsya janji.. Arsya akan jadi anak yang lebih baik, Arsya akan lebih banyak waktu buat mami, temenin mami, nurut apapun yang mami minta dan mami suruh. Arsya bakal lakuin apapun buat mami.. ya mi.. tapi mami harus sembuh mi.. Arsya mohon ya.."

Putri mengangguk dia mengecup kening Arsya yang sudah berurai air mata.

"Mami akan berusaha supaya mami bisa sembuh dan terus nemenin Arsya ya nak.."

Chanyeol sendiri hanya diam, jantungnya seperti terhenti sejenak dan kepalanya seperti di hantam batu besar saat mendengar penyakit apa yang diidap oleh istrinya.

Chanyeol perlahan mendekat dan memeluk anak juga istrinya, mengecup puncak kepala keduanya dengan lembut sambil menangis.

"Mulai sekarang, aku sama Arsya akan merawat dan menjaga kamu.. kita berjuang buat kesembuhan kamu ya.."

Arsya mengangguk mantap

"Makasih..."

"Mami harus kuat, mami gak boleh nyerah.. Arsya disini buat mami. Juga ada papah.. ya mi.."

"Iya nak.. makasih ya.."

Satu lagi beban putri menguap dan berkurang. Apa yang ditakutkan jika anak dan suaminya akan meninggalkan dirinya sendirian taj terbukti, dia sekarang justru berada dipelukan dua orang laki laki yang begitu dia cintai dan berarti dalam hidupnya.

Dalam pelukan dan perlindungan suami dan anak nya. Yang begitu mencintai nya.

.

.

.

LANJUT?

VOMMENT JUSEYO

maaf, author kok rada nangis.. mata berkaca-kaca...

Huufftt

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top