136
Hai
Lanjutkan ya
.
.
.
"Uuhh..."
Tubuh putri limbung dan hampir terjatuh saat menata pakaian di lemari di kamar nya
"Nyonya... Anda baik baik saja?"
"Iya.. gak apa ahjumma.."
"Nyonya.. hidung anda nyonya.."
Putri menyentuh hidung nya dan dia cukup terkejut saat melihat darah pekat di tangannya setelah menyentuh hidungnya.
"Sayaaangg.. lihat jaket aku yang kemarin baru beli gak?"
Chanyeol berjalan menuju ke kamar dan dengan cepat putri mengusap darah itu ke baju miliknya tanpa mengatakan apapun. Dia memegang tangan kang ahjumma untuk memberi isyarat bahwa ini adalah rahasia dan tidak boleh bicara apapun.
"Kenapa Chan?"
Putri tersenyum lembut ke arah Chanyeol dan meremas bajunya.
"Jaket aku?"
"Ini.. disini sayang.. kamu mau kemana sih?"
"Itu.. manager bilang ada acara buat besok dua hari ke Busan sayang.. mana mendadak banget lagi."
"Kamu mau latihan?"
Chaanyeol mengangguk kecil, putri segera mengambilkan jaket Chanyeol dari lemari yang baru saja di setrika dan memakaikan nya ke tubuh besar Chanyeol.
"Arsya belum pulang?"
"Dia nginep di rumah teman nya. Tadi udah telpon aku.."
"Ada apa?"
"Tugas kelompok buat ujian akhir mereka. Makanya nginep buat belajar bareng sekalian"
Chanyeol pun mengangguk kecil
"Kamu gak apa kan sayang?"
"Apanya?"
"Wajah kamu pucat banget, kamu capek? Atau pusing?"
"Mungkin kecapekan aja"
"Beneran?"
"Iya sayang.. beneran"
"Ya udah, aku berangkat dulu ya.. nanti aku kabarin lagi kalau udah sampai di sana. Kamu kalau ada apa apa langsung telpon aku ya"
Putri mengangguk kecil
Cupp
Cupp
Cupp
"I love you"
Ucap Chanyeol dengan senyuman hangat setelah mencium kening hidung dan bibir putri singkat.
"I love you too sayang"
.
.
--skiipp--
"Nyonya Park.."
"Jangan terlalu formal dokter"
Benar...
Putri segera melajukan mobilnya menuju ke rumah sakit setelah Chanyeol di pastikan sampai di gedung SM untuk latihan. Ini aneh, kenapa dia tiba tiba mimisan?
"Putri.. apa kamu sering pusing?"
"Sedikit, tapi itu sangat sakit.."
"Kamu meminum obat anti sakit seperti biasanya tiap kali kamu merasakan sakit di kepala kamu?"
Putri kembali mengangguk.
"Ada apa dokter..?"
"Nyonya Park.. maafkan aku.. aku harus mengatakan ini, tapi.. kamu sekarang mengidap kanker payudara stadium lanjut"
"A-apa?"
"Maafkan aku putri... Ini hasil pemeriksaan lengkap yang kamu jalani hari ini dan hasilnya menyatakan kalau kamu sakit kanker payudara putri."
"Bagaimana mungkin dok?"
"Kamu punya riwayat penyakit itu dari ibumu kan?"
Mata putri terpejam...
"Apa yang harus aku lakukan?"
"Operasi.. payudara mu yang sebelah kanan harus di angkat. Atau jika kamu tak mau, aku hanya akan mengangkat sel kanker dan tumor nya saja juga beberapa jaringan yang ada di sekitarnya. Itu akan mengakibatkan kamu tak akan merasakan apapun di sekitar payudara kamu nantinya."
"Setelah itu??"
"Kamu tahu persis apa yang harus dilakukan kan? Kemoterapi, radiasi, dan pengobatan rutin selama 5 tahun tanpa henti"
"Dan kematian, jika pengobatan nya gagal"
"Putri.."
"Terima kasih banyak dokter, aku akan mengatakan ini pada suamiku terlebih dahulu"
"Ya.. tentu saja"
.
.
Brukk
Kepala putri kembali berputar. Dia tak percaya kalau dia harus mengalami ini semua.
Dia masuk ke mobilnya dan menangis kencang sambil memukul dadanya berkali kali.. sialnya, darah itu kembali keluar dari hidungnya dengan sangat deras. Darah pekat yang berwarna sedikit gelap.
Putri mengusap kasar darah itu dengan tangan dan lengan nya hingga noda darah berada di seluruh permukaan tangan dan lengan bajunya. Putri benar benar frustasi.. sangat frustasi hingga dia membenturkan kepala nya berkali kali ke kemudi mobil sambil terus menangis dengan terisak.
"Ini artinya.. ini jawaban kenapa aku merasa bahwa aku memang harus pergi..."
"Kenapa ya Tuhan.. kenapa???!!! Aarrgghh!!!"
.
.
--skiipp--
Chanyeol sudah berangkat ke Busan untuk sebuah acara bersama EXO siang tadi. Dia belum tahu sedikitpun tentang kondisi putri karena istrinya masih dengan tenang melakukan tugasnya seperti biasa.
"Mamii.. Arsya berangkat dulu ya"
"Sarapan dulu nak"
"Gak sempat mi"
Grepp
"Mami?"
"Sarapan dulu, mami suapi selagi kamu pakai sepatu kamu"
Putri menyuapi Arsya dengan telaten selagi anaknya yang baru saja masuk ke bangku SMA itu memakai sepatu sekolahnya.
"Udah ya mi"
"Mau bawa bekal gak?"
"Gak mi, aku makan di sekolah aja nanti"
Putri hanya mengangguk kecil
Cupp
"Dah mami.."
"Hati hati, langsung pulang kalau sudah selesai ya nak"
"Iya mi.."
Putri menghela nafas lagi, sejak Arsya masuk SMA memang dia tak pernah lagi membuatkan bekal untuk putra kesayangannya itu. Padahal, putri sudah menyiapkan makanan itu dan membuatkan nya pagi lagi sekali
"Nyonya.. bekal tuan Arsya"
"Simpan aja ahjumma, nanti saya yang makan waktu makan siang"
.
.
Putri benar benar sendirian di kamar nya sekarang, dia memeluk bahu nah yang penuh noda darah yang berasal dari hidung nya itu.
"Apa kamu masih mau terima aku setelah aku begini Chan.. apa kamu masih di samping aku kalau fisik aku sudah hancur dan gak sempurna lagi Chan.. apa kamu gak akan jijik sama aku.. kalau aku jadi wanita yang penyakitan seperti ini Chan.."
Putri memandangi foto keluarga kecilnya sambil bergumam lirih..
"Apa.. kamu juga akan jijik sama mami nak.. apa kamu akan malu kalau tahu mami begini nak.."
Air mata putri mengalir begitu juga darah pekat dari hidungnya.
Brukk
Prangg!!!
"Nyonya!!!"
Putri jatuh dan dia tak sadarkan diri
.
.
"Ehmm.."
"Kamu udah bangun dek?"
Fariz menatap nya dengan rasa khawatir. Di dekatnya berdiri istri Fariz, nila.. yang sudah menangis terisak dan memeluk putri.
"Kamu kenapa gak bilang sih dek?"
Tanya nila sambil memeluk putri.
"Jangan bilang dulu ya.. aku.. yang akan beritahu mereka."
"Kapan?"
"Kalau sudah datang waktunya.. mereka akan tahu dari aku sendiri. Aku mohon mas.."
Fariz sudah tak bisa menahan air matanya lagi. Dia sudah menangis tanpa bersuara sekarang.
"Kenapa harus kamu dek? Kenapa harus kamu?"
Putri tersenyum kecil..
"Mas.. mbak.. aku boleh kan minta satu permintaan sama kalian? Anggap aja ini yang terakhir."
"Apa?"
"Arsya... Tolong jaga dan rawat dia, dia gak perlu jadi sajangnim kalau dia memang tak mau dan tak mampu. Cukup berikan apa yang aku siapkan untuknya. Dan ajari dia untuk menjaga dan mengelola semuanya"
"Kamu gak boleh bilang begitu, kamu bakal lihat anak kamu besar dan menikah.. juga punya cucu putri..."
Ucap nila dalam isakan nya.
"Aku harap aku bisa..."
.
.
--skiipp--
"Sayaaangg... Aku pulang.."
Grepp
"Heyy.. kamu ngagetin aja"
"Kenapa lama banget?"
"Lama? Kayaknya aku pulang telat waktu kan? Kenapa? Kamu kangen ya"
"Banget.. "
Putri menenggelamkan wajahnya di punggung Chanyeol dan memeluk erat Chanyeol. Tangisnya pecah saat dia merasakan kehangatan tubuh suaminya.
"Sayang.. kamu nangis?"
"Aku kangen kamu.."
"Segitu kangen nya sampai kamu nangis begini.. hmm??"
Chanyeol sudah membalikkan tubuhnya dan mengusap air mata Chanyeol dengan kedua ibu jarinya.
Putri hanya mengangguk tanpa bersuara
"Semua baik baik aja kan?"
Putri kembali mengangguk
"Udah donk, jangan nangis lagi. Aku udah disini, peluk kamu.. ssstt.. cup sayang, jangan nangis lagi.."
Tangsi putri beetambah saat Chanyeol mengucapkan kata kata yang menenangkan untuknya.
Cupp
Chanyeol mencium lembut bibir putri perlahan.
"Boleh gak Chan, kalau aku.."
"Iya, boleh.. aku bakal gendong kamu kayak dulu dan bawa kamu ke kamar. Aku bakal peluk kamu sampai kamu tenang dan gak nangis lagi.. kamu juga boleh peluk aku sepuas kamu"
Ucap Chanyeol benar benar tahu apa yang putri inginkan bahkan sebelum istrinya itu berucap.
Dia segera melingkarkan tangan putri ke leher nya dan mengangkat tubuh putri, menggendong istrinya seperti koala. Hal yang selalu dilakukan olehnya dulu.
Putri menaruh kepalanya di pundak Chanyeol dan menghirup aroma tubuh suaminya. Aroma parfum yang bercampur dengan keringat yang menjadi candu kuat untuk nya.
"Aku mau peluk kamu"
"Kamu bisa peluk aku sekarang sampai selamanya sayang.."
Chanyeol mulai menaiki anak tangga satu per satu menuju kamarnya sambil menggendong putri dengan hati hati.
.
.
.
LANJUT?
VOMMENT JUSEYO
bentar.. author rada meler ini air matanya.. wkwkwkwk
Gak boleh nangis dan baper..
Kata author sih gituu
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top