[ 2 ]
「 𝙣𝙤𝙬 𝙥𝙡𝙖𝙮𝙞𝙣𝙜 」
0:00 ─〇───── 3:12
⇄ ◃◃ ⅠⅠ ▹▹ ↻
The Rock - Munajat Cinta
「✮」
Hari ini kami sedang akur. Sejak jam kosong hingga istirahat saat ini kami masih berbincang-bincang di kelas.
"Yolanda, Charli." Tanpa izin, seorang cewek duduk di kursi tak berpenghuni di depan kami.
Dia lagi? Baiklah, aku akan buang sampah.
Tepat ketika aku beranjak dari kursiku tangannya memegangi tanganku, mencegahku pergi.
"Tunggu, aku mau nanya ke kalian," ucapnya.
"Tunggu, gue mau buang sampah."
Namanya Moira. Dia gadis yang paling getol mengajak Yolanda. Padahal dia sudah punya banyak teman. Entahlah apa motifnya. Mau berteman dengan semua orang di satu angkatan? Satu sekolah? Merasa kasihan dan tidak ingin ada orang yang terpinggirkan?
Ketika aku kembali ke kursiku ia masih ada di sana, terlihat sudah memulai percakapan duluan dengan teman sebangkuku itu.
Sembari duduk, aku bertanya, "Kenapa, Moi?"
"Hm." Pandangannya mengarah ke langit-langit dan telunjuknya ia letakkan di bibir. "Mending di sini atau di luar?"
Mulanya aku hanya menanggapi tanpa minat, tapi gara-gara gerak-geriknya yang mencurigakan aku jadi penasaran.
"Emang apa sih?" desakku.
"Jadi gini ...."
Jika saat ini aku sedang menonton video, pasti aku akan mengetuk layar dua kali untuk skip 10 detik.
"Kalian tuh sebenernya emang deket?"
Mendengar pertanyaan tersebut, aku mengernyit, lalu melirik orang di sebelahku yang tengah menatap Moira dengan serius.
"Maksudnya?" Yolanda kebingungan.
"Kalian temenan?"
Yah, baiknya aku memang langsung pergi ke menit dua puluh untuk mengetahui maksud dan tujuan keberadaannya di sini.
Aku dan Yolanda hanya bertatapan. Kami tidak tahu. Rasanya kami berteman karena kebetulan kami teman sebangku dan sama-sama tidak punya teman.
"I ... yaa ...," jawab Yolanda ragu tanpa melepas tatapannya padaku.
Ya, saat ini kami memang berteman, nggak tau besok.
"Jadi temenan atau nggak?"
Kenapa orang ini meminta klarifikasi atas hubungan kami?
"Kenapa sih emangnya?" Aku pun ngegas.
Gadis yang saat ini kucir kudanya menggoda untuk dijambak itu terdiam dan tampak berpikir lagi.
"Hm, aku harusnya nggak ngasih tau sih, tapi ...." Ia mendekatkan tubuhnya ke arah kami. Kami pun refleks ikut mendekat.
"Temen-temen ngira kalian pacaran."
"Hah?!" Hal itu keluar dari mulut kami bersamaan. Kami histeris hingga mengundang atensi seorang cewek yang tengah asyik menikmati makan siangnya di pojok depan.
Jadi dia benar-benar minta klarifikasi hubungan kami?
Pacaran?!
Yang benar saja?!
Aku melotot, lalu menjauhkan wajah. Yolanda memasang ekspresi yang sama herannya.
"Hah?" Kepalaku masih mencoba mencerna kata-kata itu meski artinya sudah jelas.
Kini di kepalaku terngiang-ngiang visi interaksiku dengan Yolanda yang alih-alih membuatku terbuai dalam suka cita malah membuatku bergidik. Apakah bagi mereka itu terlihat romantis?
Aku membayangkan bagaimana anak-anak kelas membicarakan kami karena terlihat mencurigakan.
"HAHH??" Suaraku mungkin terlalu keras, jadi Yolanda menyenggol lenganku sambil meletakkan telunjuknya di bibir.
"Itu serius? tanya Yolanda berusaha tetap tenang meski raut jijiknya tak bisa ia sembunyikan.
Moira mengangguk. "Sebenernya udah lama sih, tapi kemaren abis olahraga Yolanda kayak ngejar Charli yang ngambek, terus pas kita mau ganti baju ketemu kalian berdua keluar dari--" Ia menutupi mulutnya dengan tangan.
"Eh, maaf, harusnya nggak sejauh itu."
Kami harusnya tak tahu apa pun soal hal itu sejak awal.
Aku menggelengkan kepalaku keras berulang-ulang. Terlalu banyak imajinasi liar memenuhi otakku saat ini.
"Ew ...," respons Yolanda.
Setelah menarik napas, Yolanda mengklarifikasi, "Kita nggak pernah berantem, dan kita juga nggak sedeket itu."
"Apa sih yang kalian liat sampe bisa mikir kayak gitu?" Nadaku meninggi.
Dari mimik wajahnya, mungkin Moira menyesali keputusannya memberi tahu soal itu kepada kami. "Maaf ya kalo kalian nggak nyaman. Maaf banget ...."
Ya, harusnya yang seperti itu kau simpan untuk dirimu sendiri. Lagipula apa respons yang ia harapkan saat memberi tahu hal tersebut pada kami? Kayak, "Oh, iya, kita emang sepasang kekasih, jangan ganggu kita lagi ya," seperti itu?
Kalau kami bilang tidak pun orang-orang tidak akan langsung percaya. Maling mana sih yang mau ngaku? Gitu katanya.
"Moi!" panggil seorang cewek yang baru datang dari kantin bersama gerombolannya. Mata teman-temannya menatap tajam ke arah kami bertiga.
"Yola, Charli, maaf ya." Moira sekali lagi menundukkan badannya dengan tangan yang membuat gestur maaf, lalu ia meninggalkan kami untuk menghampiri teman-temannya.
Ah, kelihatannya teman-temannya tahu perihal apa yang ia bicarakan kepada kami. Aku dapat mendengar seseorang berkata, "Goblok lu." Ya, cuma itu doang sih.
Sejak momen itu atmosfer di antara aku dan Yolanda menjadi canggung. Hingga pulang sekolah kami cuma berbicara sedikit-sedikit, sebagian besar interaksi kami cuma aku yang mengambil barangnya. Kami seolah berhati-hati takut orang-orang akan salah paham.
Jujur, meski aku acuh tak acuh pada dunia di sekitarku, aku sangat penasaran apa penilaian orang terhadapku. Aku tak sepenuhnya kaget diisukan punya hubungan sesama jenis. Namun, melihat hubungan kami yang jauh dari kata akrab dan aku sejujurnya tak suka orang ini, aku pun terheran-heran.
Apakah mereka serius mengenai hal tersebut atau hanya main-main saja saat mengatakannya?
Aku cukup dekat dengan banyak lelaki, belum sekali pun kudengar rumor aku berpacaran dengan salah satu dari mereka. Malah sama Yolanda? Aku tidak mengerti isi kepala orang-orang. Seenggaknya yang betulan dikit kek. Aku ogah disandingkan dengan orang aneh itu. Memangnya aku kelihatan sama anehnya?
Tuhan, tolong kirimkan aku cowok tampan yang akan mengisi hari-hariku agar aku terbebas dari rumor sialan tersebut.
════ ⋆★⋆ ════
Halo!
Akhirnya aku selesai dengan segala urusan kepanitiaan itu. Setengah semester aku pending cerita ini sampe akhirnya nekat ku-publish bulan Oktober lalu, dan kena pending lagi hampir sebulan gara-gara aku ... ke-distract sama cerita lain, soon to be published juga. Cuma cerita pendek yang kepanjangan /apalah.
[30/11/24]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top