Tiga

Jam makan siang pun tiba. Semua anggota peneliti keluar dari ruangannya masing-masing sambil bersenda gurau seperti anak SMA. Andrew sebenarnya tidak ingin keluar ruangan, dia tetap harus fokus memperbaiki formula penawarnya yang gagal itu. Sambil memegang labu destilasinya, Andrew mencoba memasukkan beberapa tetes suksinilikolin dan dekametonium lebih banyak dan mencampurnya. Saat ia tengah fokus mencampur-campur bahan senyawa tersebut, seorang wanita memukul lembut dari belakang sehingga membuat Andrew terkejut dan hampir melepaskan labu destilasi yang ia pegang itu. 

“Serius sekali?” ujar Violet yang ternyata membuat Andrew terkejut.

“Ternyata kau… selalu saja kau mengejutkan aku,” jawab Andrew dengan helaan nafas yang sedikit memburu.

“Sudah jam makan siang, ayo kita makan,” ajak Violet dengan suaranya yang dibuat manja. Jantung Andrew berdegup namun dengan intonasi yang lebih cepat. Sebeenarnya Andrew enggan pergi, namun cacing-cacing kelaparan yang ada di dalam perutnya sudah mendemo hingga akhirnya ia menerima ajakan Violet. 

Dalam suasana kantin yang ramai, Andrew dan Violet duduk bersama sambil melihat pemandangan luar yang hijau dan segar. Sepiring nasi dan lauk pauk telah terhidang. Violet dan Andrew melahapnya dengan tenang dan santai.

“Oh ya, tadi aku melihat Marissa keluar dari ruanganmu. Apa ada masalah?” tanya Violet kemudian di sela-sela kunyahannya. Andrew terdiam sesaat.

“Tidak, dia hanya mengecek saja,” jawabnya sambil terus melahap makanannya. Violet menatap raut wajah Andrew yang tidak biasa. Raut-raut wajah bermasalah sangat jarang Violet lihat dari Andrew. Kini Andrew nampak murung dan juga gelisah. 

“Kau terlihat sedih. Ada apa? Padahal tadi pagi kau secerah senyumaan mentari,” tanya Violet sambil bergurau. Andrew menghentikan kunyahannya dan meminum segelas air putih di sampingnya yang sudah mengembun karena tambahan es batu di dalamnya. 

“Yah, ternyata penelitianku masih ada yang belum sesuai. Jadi aku harus menambahkan sedikit senyawa agar berfungsi pada manusia secara optimal,” terang Andrew kemudian.

“Yah, pantas saja kau masih berkutat dengan senyawa-senyawa itu di jam makan siang. Biasanya kau yang menungguku di pintu lift,” ucap Violet dengan sedikit cemberut. Andrew hanya tersenyum tipis saat mendengar nada Violet yang sedikit kecewa. Mereka pun menghabiskan jam makan siangnya dengan nikmat seperti biasanya. 

Setelah jam makan usai, mereka kembali ke lantai 20 untuk melanjutkan aktivitas mereka.

“Oh iya aku mau melihat perkembangan teknologi robotikmu,” ujar Andrew kemudian. Violet menoleh dan melemparkan tatapan yang aneh. Andrew kembali menatapnya dengan tatapan malu-malu kucing.

“Apa? Kenapa? Tak bolehkah?” ujar Andrew kemudian.

“Biasanya kau tak tertarik dengan Sophieku,” ujar Violet sambil menyilangkan kedua lengannya.

“Ya, aku hanya mau melihat apa saja yang sudah kau programkan pada Sophiemu itu,” ucap Andrew. Sambil menyeringai, Violet berjalan mendahului Andrew dengan lenggokan seperti model.

“Baiklah. Ayo,” ujarnya kemudian sambil terus berjalan diikuti oleh Andrew dari belakang yang melihat bentuk tubuh Violet tanpa jas lab dari belakang. Dia tak berpikir aneh-aneh, hanya saja proporsi tubuh Violet tidak berbanding dengan tingginya. 

Mereka pun tiba di sebuah laboratorium pengembangan teknologi. Berbagai macam teknologi dikembangkan di tempat itu. Drone, teknologi sinar UV dan X-Ray, sistem keamanan dan militer berbasis sensor, dan bahkan berbagai jenis robot dikembangkan di laboratorium itu. Alat-alat atau bagian-bagian dari semua teknologi itu berserakan di meja dengan seorang yang tengah berkutat dengan alat-alat itu. 

Sebuah robot dengan wajah yang mirip dengan Violet ditunjukan pada Andrew. Nama robot tersebut adalah Sophie 1.0.0, sebuah robot yang dikembangkan dengan sistem ingatan yang mirip dengan manusia yang  menciptakanya. Bahkan detil rambutnya pun ikut disamakan. Andrew cukup terkesima dengan robot ciptaan Violet ini. 

“Wah, wajahnya bahkan lebih cantik daripada yang manusia aslinya. Yang aslinya malah lebih jelek,” goda Andrew sambil memandang Sophie dengan tatapan ‘wah’-nya dan dihiasi dengan senyuman mengejek. Violet lalu mendendang betis Andrew sampai Andrew meringis kesakitan dan hampir terjatuh. 

“Kalau kau ke sini mau mengejekku, lebih baik kau kembali ke ruanganmu.” Violet merajuk dengan memanyunkan bibirnya yang mungil. Andrew tersenyum lalu menarik hidung Violet yang lumayan mancung itu.

“Begitu saja diambil hati,” ujar Andrew sambil tertawa. Pipi Violet memerah seperti memakai blas-on, tapi lebih merah. Jantungnya juga berdegup gugup. 

Tiba-tiba seorang pria paruh baya dengan perawakan besar dan tinggi dengan jaket cokelat, kaca mata hitam dan sebuah topi yang senada datang dengan langkah yang tegas. Pria tersebut bernama Mike, agen mata-mata khusus dari fraksi Dauntless. Andrew dan Violet terkesiap saat melihat pria yang bisa dibilang dingin itu melangkah menuju mereka. 

“Ada berita buruk,” ujar Mike dengan wajah yang sangat tegang dan serius.

“Whoa, tenang dulu. Wajahmu membuatku takut,” ujar Andrew. Violet memberikan sebuah tempat duduk yang kosong pada Mike sebab dia terlihat habis terkena serangan brutal. Mike pun duduk dan menenangkan diri. Andrew pun bersandar pada sebuah monitor pengendali dan bersiap mendengar kabar dari Mike. Violet pun turut menonaktifkan Sophienya dan menyimpannya di tempat semula. 

Saat Mike sudah cukup tenang, ia pun menceritakan kabar buruk yang akan membuat Andrew dan Violet merinding. Bahkan Mike ikutan merinding saat mengetahui kabar itu.

“Jadi apa yang mau kau katakan?” tanya Andrew sambil menyilangkan lengannya.

“Aku mendengar kalau para Factionless akan menggulingkan Abnegation dan juga merencanakan peperangan dengan para fraksi yang lain,” ujar Mike dengan tatapan mata yang amat serius. Violet dan Andrew seketika merubah raut wajahnya menjadi sama seperti Mike sebelumnya. Mereka pun saling melempar pandangan sesaat.

“Apa?! Apa kau yakin?” ujar Andrew sambil bangkit dari posisi santainya.

“Ya, aku menyamar sebagai orang dari Factionless dan aku mendengar salah dari satu pemimpin mereka saat kaami melakukan pertemuan di Deux Hall yang terletak di pusat kota”. 

“Apa semua fraksi tahu akan hal ini?” tanya Violet. 

Mike mengangguk. “Aku sudah mengirim orang-orangku untuk memberitahu tentang hal ini pada masing-masing fraksi. Marissa pun juga sudah mengetahuinya.”

Lalu tiba-tiba asisten dari Marissa, Xeina, datang dengan terburu-buru dengan membawa tabletnya yang sebesar layar laptop itu. Sepatu hak tingginya pun terdengar seperti ketukan yang sangat cepat.

“Syukurlah kalian semua berkumpul di sini. Aku kira kalian ada di laboratorium Andrew. Oh ya, Marissa ingin mengumumkan sesuatu di hanggar. Sebaiknya kalian segera pergi ke sana,” ujar Xeina dengan nafas yang terengah-engah. Mereka bertiga pun saling memandang satu sama lainnya. 

Di sebuah hanggar yang biasanya menjadi tempat parkir pesawat canggih hasil perkembangan dari Fraksi Erudite telah banyak berkumpul orang-orang dari berbagai macam divisi laboratorium seperti di antaranya ada laboratorium biologi, farmakologi, analis, palaentologi, geologi, dan juga laboratorium tempat Violet daan Andrew bekerja. Semua berkumpul dengan wajah-wajah yang kebingungan. Sementara Marissa telah ada di tengah-tengah mereka dengan wajah yang sangat serius. 

Mike, Andrew daan Violet ikut turut di tengah-tengah mereka. Suara desas-dessus kini terdengar lebih ramai di telinga mereka. Marissa pun mengumumkan akan terjadi peperangan dari Factionless, Marissa meminta dari setiap divisi bersiap-siap mengevakuasi diri ke bunker yang telah di buat 3 tahun yang lalu. Semakin riuh suasana kala ini, semua orang kini berwajah panik dan juga ada yang menangis.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top