Lima

Setibanya di lab, Andrew pun segera menemui Marissa untuk melaporkan keberhasilannya membuat gas beracun beserta penawarnya. Ia menyerahkan sebuah tabung berwarna kekuningan kepada pimpinannya itu.

"Aku sudah mengujinya semalam. Ini bisa bekerja dengan baik. Apakah kau ingin melihat uji cobanya sekali lagi?" tanya Andrew.

"Tidak perlu. Kita tak memiliki banyak waktu sekarang. Siapkan semua serum penawar yang kau punya, dan bawalah ke halaman. Aku akan mengumpulkan seluruh anggota fraksi di sana untuk mendapatkan serum itu," jawab Marissa tegas.

Mendengar perintah pimpinannya, Andrew pun bangkit dari kursinya. Ia bermaksud segera kembali ke ruangannya untuk mempersiapkan semua serum yang ia punya. Namun, baru saja ia hendak beranjak, Marissa tiba-tiba menepuk punggung tangannya pelan.

"Kau yakin serummu akan bekerja kan?" tanya Marissa sambil menatap tajam mata Andrew.

"Ya, Bu," sahut Andrew singkat namun mantap.

"Baiklah, kau memang selalu bisa kuandalkan." Mendengar jawaban itu, Marissa pun tersenyum puas.

Andrew meninggalkan ruang kerja Marissa dan bergegas kembali ke ruangannya. Ia memanggil beberapa orang staf untuk membantunya memasukkan semua serum miliknya ke dalam kotak-kotak yang terbuat dari alumunium. Total sekitar 500 tabung serum telah ia kemas dan siap untuk dibagikan. Ia pun memerintahkan beberapa stafnya untuk membagian sebagian kepada para anggota Dauntless yang ikut berjaga di wilayah Erudite.

Menjelang siang, seluruh anggota faksi Erudite telah berkumpul di halaman. Marissa pun maju ke depan untuk menyampaikan pengumuman.

"Para hadirin sekalian, seorang mata-mata telah melaporkan akan adanya rencana penyerangan dari para Factionless. Maka dari itu, aku mengumpulkan kalian semua di sini untuk menerima serum yang berfungsi untuk menangkal gas beracun. Gas itulah yang akan kita gunakan untuk melumpuhkan mereka, jika sampai berhasil menerobos masuk ke dalam lab."

Semua orang yang hadir di situ pun terdiam mendengar penjelasan Marissa. Aura kecemasan mendadak terasa menyeruak tak mengenakkan. Untuk meredakan ketegangan, Marissa pun melanjutkan pembicaraannya.

"Kalian tak perlu terlalu khawatir, para anggota Dauntless juga telah datang untuk membantu pengamanan. Untuk penjelasan teknisnya, kuserahkan pada Andrew." Marissa pun memberikan kode kepada Andrew untuk maju dan menyampaikan penjelasan secara lebih rinci.

Tak pandai berbasa-basi, Andrew memilih untuk langsung menjelaskan mengenai gas beracun dan serum penangkalnya.

"Ingat, jika tanda bahaya berbunyi, segera suntikkan serum penangkal di lengan kirimu! Dalam waktu lima menit, gas beracun akan segera menyebar melalui sistem pendingin udara dan memenuhi gedung. Jika sampai terlambat menyuntikkan penawar, otot-otot tubuh kalian akan melemah dan tak bisa digerakkan," tegas Andrew.

"Sekarang tolong berbaris dengan rapi untuk mendapatkan serum penawar. Para staffku akan membagikannya untuk kalian semua." Andrew menutup pengumumannya dan pergi meninggalkan halaman.

Para anggota faksi Erudite pun mulai berbaris untuk mendapatkan serum buatan Andrew. Beberapa tampak ragu dengan serum itu, karena dari informasi yang beredar kemarin, percobaan terhadap manusia masih menghasilkan kegagalan. Namun, saat ini tak ada pilihan lain bagi mereka. Tak ada yang bersedia tubuhnya menjadi lumpuh karena menghirup gas beracun.

Kala itu hari sudah menjelang malam, namun, Andrew masih berkutat dengan komputer pengendali. Ia harus memastikan seluruh sistem pelepasan gas beracun buatannya berfungsi dengan baik. Ia bermaksud menguji mesin itu dengan mengoperasikannya menggunakan gas lain yang tidak beracun.

Setelah merasa semuanya siap, ia pun menekan tombol merah besar di panel kontrol untuk melakukan uji cobanya. Namun, di luar dugaan, tindakannya itu justru membuat listrik seketika padam. Oh tidak! Apa yang terjadi? Gumam Andrew pada dirinya sendiri.

Belum sempat bertindak, tiba-tiba terdengar bunyi tembakan dari luar ruangan. Terdorong oleh rasa penasaran, Andrew pun bergegas keluar untuk melihat situasi. Dan betapa terkejutnya ia, ketika melihat beberapa orang telah tergeletak dengan tubuh yang berlumuran darah. Rupanya para factionless menyerang malam itu juga. Lebih cepat dari yang mereka perkirakan.

Violet! Di mana kau? mengetahui situasi saat itu sedang genting, Andrew secara refleks memikirkan keselamatan gadis itu. Ia pun berlari menyusuri koridor menuju ruangan tempat Violet bekerja.

Langkahnya harus terhenti beberapa kali untuk bersembunyi ketika para pasukan factionless muncul dan menembaki apa pun yang ada di depannya. Suara kaca-kaca pecah terdengar nyaring memekakkan telinga. Andrew merasa jantungnya berdegup begitu kencang. Keringat pun mengucur deras di sekujur tubuhnya.

Suatu ketika, kemunculan beberapa orang factionless, memaksa Andrew untuk bersembunyi di sebuah ruangan. Di situ sangat gelap. Tak ada penerangan sama sekali karena listrik padam. Andrew pun menyalakan ponselnya untuk setidaknya memberikan sedikit penerangan.

Hatinya terperanjat ketika menemukan tubuh-tubuh yang sudah tak bernyawa berlumuran darah tergeletak begitu saja di lantai. Ya Tuhan ... Apa yang harus aku lakukan? batin Andrew. Dalam kekalutannya, ia merasa seperti mendengar suara isakan tertahan.

Andrew pun melangkah mendekati sumber suara lalu menyorotnya menggunakan smartphone miliknya. "Violet?!" Ia berusaha menahan suaranya dengan mengatupkan telapak tangan di mulutnya.

Melihat sosok yang begitu ia kenal, Violet seketika menghambur untuk memeluk Andrew. "Me .. mereka membunuh ... semuanya .... " Suara Violet terdengar lirih diselingi isakan.

"Tenanglah, aku akan membereskan ini semua. Kau bersembunyilah di sini dulu." Andrew berusaha menenangkan rekannya yang sudah sangat ketakutan.

"Kau membawa serumnya bersamamu kan? Ketika listrik menyala, segera suntikkan serumnya ke tubuhmu," perintah Andrew lagi. Violet hanya bisa mengangguk pelan sambil terus menangis.

Andrew melihat keluar untuk memastikan para pasukan factionless sudah tidak ada di situ, lalu bergegas berlari menuju ruangan komputer pengendali. Sepertinya ada yang melakukan sabotase terhadap sistem kelistrikan, pikir Andrew mulai menganalisa.

Pria itu berjalan mengendap untuk menghindari para factionless yang masih berkeliaran di sekitar situ. Setelah melewati koridor-koridor panjang, Andrew akhirnya tiba di belokan terakhir. Namun, ketika ia menjulurkan kepalanya untuk melihat situasi, tiba-tiba sepucuk pistol ditodongkan tepat di kepalanya. Dan seketika itu juga, Andrew merasa bahwa hidupnya akan segera berakhir.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top