1

The Law Of Candor


Anna Iager sibuk mengemudikan mobil kecilnya di jalan raya kota Chicago, saat itu seluruh kota kian menggelap. Kereta-kereta super cepat sibuk berjalan kesana-kemari di atas mobilnya. Di setiap sisi gedung, terlihat layar-layar besar menampilkan berita yang bisa dibilang buruk. 

Seluruh kota dikejutkan dengan adanya isu penyerangan dari salah satu pemberontak negara yang kini berada dekat kota Chicago. Semua orang waspada, setiap berita dan kabar terkini terus menerus mereka terima. Tak jarang beberapa berita palsu membuat mereka panik. 

Wanita pirang itu, mengemudikan mobilnya menuju sebuah gedung putih bergaya kuno di salah satu sudut kota. Gedung itu adalah gedung Pengawas Umum Chicago yang telah berdiri sejak tahun 2050, sebuah warisan leluhur yang terus dipelihara oleh pemerintah kota. 

Anna segera menempatkan mobilnya di salah satu lahan parkir, kemudian keluar dari mobil dan berjalan masuk ke salah satu pintu otomatis gedung tersebut, dia telah lengkap dengan setelan seragam kemeja putih dan rok biru gelap. 

Setelah menunjukkan kartu identitasnya kepada petugas, ia dipersilahkan masuk ke sebuah ruang rapat kecil yang hanya berisi beberapa kursi dan meja. Di dalam sudah menunggu seorang mata-mata bernama Aaron Sandford dan seorang pria dari divisi informatika pengawas umum bernama Barzini.

 Kasus ini, divisi informatika adalah sekelompok orang yang berkewajiban mengurus isu yang menyebar luas di kota Chicago. Anna mengambil tempat duduk di antara mereka berdua, sembari memasang raut datar menunggu salah satu dari dua pria itu angkat bicara.

“Anna ... ini adalah Aaron Sandford yang akan menjadi partnermu,” kata Barzini dengan nada sedikit gugup.

“Aku Aaron,” ucap Aaron sambil tersenyum ramah memperkenalkan dirinya.

“Hai partner, kau sudah tahu siapa aku bukan?” jawab Anna menanggapi Aaron tanpa membalas senyumannya. “Barzini, aku tak bisa membayangkan bagaimana bisa divisi kalian terlambat memberi kabar kepada kami semua atas ancaman penyerangan itu? Sekarang saat kabar ini sudah menjadi buah bibir, fraksi lain di kota terus menerus menyorot kita. Sebenarnya untuk apa kalian gunakan semua gadget-gedget canggih itu?” sindir Anna kesal.

“Anna ... karena saranmu itulah kabar ini menjadi buah bibir. Kau memilih menyebarkan berita ini secara masif kepada penduduk kota, mereka perlu waktu Anna. Tidak bisa kau langsung menyebar berita itu, itu hanya akan menyebabkan kepanikan massal," jelas Barzini.

“Perlu waktu untuk apa? Waktu agar mereka bisa menghabiskan detik-detik terakhir sebelum habis dihancurkan?” tanya Anna dengan nada kesal.

“Wow-wow ... apa kalian sering berdebat seperti ini? Apa aku juga akan merasakan hal yang sama saat bekerja dengan orang ini?” tanya Aaron kepada Barzini sambil memerhatikan Anna. Barzini hanya menggerakkan kepala ke samping, mengiyakan tebakan Aaron.

“Hei partner, aku akan ke distrik Thompson besok pagi, kau akan ikut denganku? Kau itu detektif, kan?” tanya Anna memastikan.

“Mata-mata,” jawab Aaron singkat.

“Oh iya, kuharap kau bisa ikut denganku,” ujar Anna sambil tersenyum.

***

Di hari-hari berikutnya, mereka bekerja bersama sesuai dengan prosedur yang ada. Pada hari pertama, di distrik Thompson mereka tak menemukan apa-apa dan hanya melihat kegiatan para anggota militer yang membosankan. Hari selanjutnya, mereka segera menyelidiki pusat transportasi darat kota Chicago. 

Seorang wanita tua mengaku melihat seorang pria kulit hitam berjalan kaki sambil membawa senjata dengan ditemani seekor anjing, jaraknya sekitar 25 km dari kota Chicago. Dilihat dari arahnya berjalan, pria itu tampak berjalan ke pusat kota. 

Informasi itu begitu berharga bagi mereka. Sehingga, keesokan harinya mereka mengendarai mobil menyusuri jalan rute 94 arah ke kota Milwaukee negara bagian Winconsin. Sejauh mata memandang, hanya pepohonan dan rumah penduduk yang terlihat di sekitar mereka.

“Anna. Menurutmu, apakah pencarian kita ini sia-sia?” tanya Aaron.

“Ayolah, kita harus berusaha lebih keras lagi. Orang negro itu pasti berhenti di suatu tempat,”ujar Anna.

“Oh Tuhan, Anna. Ini sudah 42 km, kalau seandainya negro itu mengarah ke Chicago seharusnya kita sudah menemukan dia di 10-20 km,” jelas Aaron mengeluh pada Anna. Namun, tak ada jawaban dari wanita yang duduk di jok sebelahnya.

 lama, gadget milik Aaron berbunyi, dan mengalihkan atensinya sesaat. Sebuah pesan masuk langsung ia buka dan baca dengan seksama. Perlahan ia melirik pada Anna yang masih fokus menyetir. 

“Hei, kita harus kembali ke Chicago,” kata Aaron.

“Apa ada petunjuk di sana?” tanya Anna memastikan. 

“Iya ... temanku mendapat sebuah petunjuk. Aku ingin melihat langsung petunjuk apa yang ia temukan. Jadi bisakah kau balik arah sekarang sebelum kita semakin jauh?” pinta Aaron agar Anna memutar kembali mobilnya menuju Chicago.

Di jalan yang sepi dan jauh itu, Anna hanya perlu 30 menit untuk menempuh jarak 42 km. Berkat mesin mobil Anna yang canggih dan mumpuni. 

Hari telah siang saat mereka memasuki perkotaan, Aaron meminta Anna berhenti di salah satu apartemen yang berada di pusat kota. Mereka segera turun dan memasuki apartemen, seorang penjaga valet memarkirkan mobil mereka. 

Mereka beranjak masuk ke lift, naik sampai ke lantai 10. Di sana, Anna mengikuti arah Aaron berjalan melewati lorong-lorong sampai berhenti di sebuah pintu kamar. Setelah membunyikan bel, pintu terbuka dengan sendirinya. Mereka berdua segera masuk ke dalam apartemen yang terlihat sedikit berantakan, lampunya pun agak redup.

Seorang wanita muda, terlihat tengah duduk di depan monitor gadget-nya yang dilengkapi berbagai alat pendukung canggih. Aaron mendekat pada temannya, sedangkan Anna terdiam dan menatap sekitar yang begitu berantakan dengan wajah heran bercampur bingung.

“Astaga Aaron, kau bawa aku ke tempat apa?” tanya Anna tak habis pikir.

“Anna ... ini temanku, Noreen Kourakis. Aku sering minta bantuannya dalam mencari informasi-informasi tertentu,” ujar Aaron memperkenalkan temannya.

“Hai Anna," sapa singkat Noreen sambil terus fokus ke monitor miliknya.

“Aku sengaja meminta kontak misterius yang mengirim ancaman ke divisi informatika, kemudian meminta Noreen untuk melacaknya. Dan sekarang Noreen memanggilku ke sini, itu artinya kau punya petunjuk bukan Noreen?” tanya Aaron pada Noreen.

“Tunggu Aaron! Kau memberi info rahasia dari fraksi-ku kepada seorang yang bahkan tak mampu mengurus rumahnya sendiri? Lihatlah kekacauan ini, aku sungguh bisa mempercayainya!” sindir Anna.

“Hei cowboy! Jaga bicaramu!” tegur Aaron pada Anna yang sudah keterlaluan.

“Wow, kalian sering berdebat? Apa aku akan kerja dengan orang ini dan merasakan hal yang sama?” tanya Noreen. Mendengar itu, Aaron menghembuskan napas panjang sambil terkekeh kecil.

“Percayalah Noreen, aku menanyakan hal yang sama saat pertama kali bertemu,” jawab Aaron.

“Baiklah, yang terpenting sekarang. Aku telah menemukan nama dari kelompok pemberontak itu, dalam laman kontaknya mereka menamakan diri sebagai factionless. Kalian tahu sesuatu?” tanya Noreen. Kedua orang yang ditanya menggeleng cepat. Namun, Aaron berpikir sejenak.

“Maksudmu, semacam orang-orang terbuang?” tanya Aaron, Noreen mengangkat bahunya mengisyaratkan tidak tahu.

Aaron berpikir lagi, sedangkan Anna dengan cepat mengambil gadget dan menggali informasi. Noreen yang tak punya keterkaitan dengan lembaga manapun, hanya menatap mereka sambil menunggu salah satunya mulai bicara. Biar bagaimanapun, wanita muda itu hanya penduduk sipil yang membantu Aaron memecahkan kasus dengan kemampuan teknologinya. 

“Baiklah, terima kasih. Teruslah gali informasi para pemberontak itu Noreen,” titah Aaron yang kemudian berjalan meninggalkan ruangan apartemen bersama Anna.

Setelah sesampai di luar apartemen, Aaron menatap tajam pada Anna yang memandangnya bingung.

“Anna, kau bisa saja menyinggungnya tadi. Tak bisakah kau bicara lebih baik sedikit apadanya?” geram Aaron.

“Hei Aaron, kau sudah gila dengan memberi orang itu data-data penting yang kita miliki. Seberapa percayanya kau padanya? Dia itu berantakan Aaron!”

“Kau ini Cowboy? Atau Redneck dari wilayah selatan? Gaya bicaramu itu perlu kau kontrol Anna!” Aaron menggeram menahan marah, setelahnya mengambil langkah meninggalkan Anna di belakangnya.

“Persetan dengan Cowboy!” gumam Anna yang kemudian berjalan mengikuti Aaron.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top