Chapter 8

"Bagaimana jika aku yang memelukmu?"

---Gilgamesh menyunggingkan senyuman menggoda nan manis yang dapat merusak iman.

1..

2..

3..

Perlu waktu beberapa detik bagi Atha untuk mencerna keadaan seperti ini di dalam otaknya. Maklum prosesornya sedang kolaps.

"Maksudnya?" Ucap Atha bego.

Ingin rasanya Gilgamesh tepok jidat! Sia-sia ia sudah menggoda Atha dengan gaya setengah pangeran berkuda putih, yang digoda malah terlampau lemot. Padahal Gilgamesh yakin jika gadis normal bisa langsung pingsan ditempat ketika melihat senyuman mautnya---pede dikit boleh lah. Senyuman maut Gilgamesh kini berganti dengan ekspresi kebingungan.

"Kau mau memelukku?" Tanya Atha sekali lagi.

"Lupakan!" Ucap Gilgamesh cepat, ia segera membuang muka.

Pffft!

"Jangan mengatakan hal aneh dong, senpai!" Atha terkikik geli, "ada beberapa hal yang harus diluruskan disini."

Gilgamesh melirik Atha, "Apa?"

Atha berdeham pelan, "Pertama, kita termasuk mahluk dengan ras berbeda dengan Teletubbies, jadi tidak perlu ada tradisi peluk-pelukan!"

What the---

"Kedua, apa untungnya kita berpelukan? Yang ada jika mamah Ninsun tau anaknya main sembarang peluk, masa depanmu bisa diambang kehancuran!" Atha membayangkan Ninsuna yang murka dan melayangkan kutukan-kutukan dengan rate tinggi yang tingkat mujarabnya sudah di-upgrade pada Gilgamesh.

Kemudian Atha tersenyum, "Ketiga, kita bukan muhrim ... haram, senpai."

Jleb!

Gilgamesh kicep. Penjelasan Atha terlalu rumit hanya untuk sebuah hal bernama 'pelukan'---ribet banget. Memangnya dia tidak pernah punya pengalaman soal hal itu selama ini? Tapi ... ketika Gilgamesh mencoba menerka-nerka lewat raut wajah Atha yang polos itu, sekarang Gilgamesh tidak meragukannya lagi. Atha tidak punya love experience.

Masih pure!

---neng Atha, umurmu berapa si? Kalah ama anak SD yang udah main anniversary padahal baru pacaran satu bulan.

"Kau tau, alasan-alasanmu itu terdengar bodoh!" Gilgamesh merentangkan sebelah tangannya dan mulai mengacak-acak rambut Atha dengan sedikit kasar.

"Senpai, kau mau membuatku migrain sampai-sampai semua rambutku rontok?" Ucap Atha protes.

"Ngga! Cuma mau sedikit menggoncang otakmu, mungkin beberapa saraf-mu kurang connect."

"Aku masih waras, senpai."

Gilgamesh menghela nafas panjang, ia berhenti mengacak-acak rambut Atha dan berbalik memunggunginya, "Kalau begitu ... kalau kita sudah halal bagaimana?"

Atha kicep---

Ni senpai atu kenapa dah? Salah obat?

Atha menepuk pundak Gilgamesh dengan sebelah tangannya, "Senpai, mau di ruqyah ga? Besok aku antar ke paranormal deh."

---
-----Gilgamesh yakin jika Ramses atau Arthur mendengar perkataan Atha tadi, mereka akan tertawa terpingkal-pingkal dan mengolok Gilgamesh yang gagal menaklukan gadis jadi-jadian penyembah yoghurt bernama Athaleta Leocadia.

"Lupakan!"

Mood Gilgamesh hancur.

Lah napa malah pundung?---"Senpai, lagi PMS?"

Gilgamesh segera berbalik cepat, tiba-tiba wajahnya sudah berada di depan wajah Atha. Dan itu sangat dekat, bahkan hidungnya hampir bersentuhan dengan hidung Atha. Kedua mata Atha membulat ketika melihat perubahan ekspresi Gilgamesh yang sedikit menyeramkan, refleks ia segera mundur namun satu lengan Gilgamesh berhasil menangkapnya.

Dengan gerakan yang sangat cepat, Gilgamesh segera meng-headbutt jidat Atha dengan miliknya.

Duak!

---
----rasanya tulang tengkorak Atha hampir retak.

Apa nanti Atha bisa amnesia?

🍁

🍁

🍁

C h a p t e r 8
---Chaos---

🍁

🍁

🍁

---

Okkie-Hime
Gaes, nanti kita adakan rapat jam 9 pagi di ruangan klub koran tertjintah 👌

daishourii_
Osakabe napa dah? Kok rasanya ada yang anu 😑

RedDevil_NOBBU
Setuju^

Okkie-Hime
W nge-chat normal dibilang aneh, mau kalean paan?

SIN_Shin
Kalo mereka ngomong ga normal, mungkin karena otak mereka goyang 🤔

Chibilly
Sendirinya otaknya goyang^

Faceles_Hood
Ngehina yang samaan punya otak goyang^

Karna_Kare
🙄

Chibilly
Si tiang ngajak gelud

SIN_Shin
Otak w ga goyang ya, cuma kehilangan beberapa part, sama kek hati ... part-nya ilang satu dan ga ketemu-ketemu 😭

Chibilly
Xianzheng malah curhat

Okkie-Hime
Ini bukan mamah Dedeh jadi jangan curhat. Kalian udah kelas tiga tapi mental masih anak SMP 😑

Chibilly
Bagus dong, berarti kita awet muda

Okkie-Hime
Ya bodo, iyain biar hayaku

Chainofheavens
Ngomong-ngomong ... @Salted_Leo bagaimana kondisimu? Kemarin aku dengar kau mengalami sedikit insiden 😌

SIN_Shin
Oiya, lupa. Si Atha keburu kabur kemarin

Salted_Leo
I'm here senpai ... lagi memantau chat kalian 😌

SIN_Shin
Ye anjay napa ga ngikut nimbrung, beb?

Salted_Leo
😱

Chainofheavens
Syukurlah kalau begitu, tidak ada yang terluka, kan?

Chibilly
Niat ngegoda tapi gagal anjir 🤣🤣

Salted_Leo
Tidak ada yang terluka kok, senpai. Jangan khawatir 😆

Okkie-Hime
Sepertinya anak kelas satu masih pada ngebangke di tempat tidur 😑

Salted_Leo
Masih jam 5 pagi, senpai ... jadi wajar

Okkie-Hime
Tumben kalian udah bangun 😌

Faceless_Hood
Abis nonton film Lion King 😌 si Billy terobsesi jadi Rafiki

Chibilly
Rafiki babon gvlk 👿

SIN_Shin
Cocok ama elu Bil 🤣

Okkie-Hime
🙄

Salted_Leo
Lion King?? AKU SUKA SAMA ZAZU 🤧

Okkie-Hime
Oi oi chatnya kelelep! Udah deh ngebahas yang ga pentingnya 👿

SIN_Shin
Iyeiye bu RT

Okkie-Hime
Btw, kok aku lebih milih kalian jadi trio Hyena ya? @SIN_Shin @Chibilly @Faceless_Hood

Chibilly
WANJER

---

Atha menutup layar smartphone-nya. Rasanya waktu bergerak sangat lambat malam ini---ya meski sekarang sudah bisa disebut pagi.

Ruangan kamar masih gelap karena lampu yang dimatikan. Atha melihat satu persatu teman sekamarnya yang masih bergumul dengan selimut tebal di tempat tidur masing-masing. Sayup-sayup terdengar gumaman Rei yang mengutuk Merlin, "Merlin ... aku akan mengutukmu jadi axolotl dan ku tempatkan di kandang piranha."

---sebegitu sebalnya kah Rei pada Merlin? Atha mendesah pelan.

Atha kemudian meraba keningnya yang tengah ditempeli koyo, masih terasa berdenyut nyeri, "Dasar senpai durhaka." Omelnya pelan.

Bayangan sosok Gilgamesh kembali terlintas di benak Atha, menyebalkan.

"Tadi itu ... sangat dekat ..."

Wajahnya dengan Gilgamesh sangat dekat---jangan berpikir yang tidak-tidak! Atha menggeleng-ngelengkan kepalanya, mencoba menghapus kilasan memori tentang kemarin malam saat ia berbicara empat mata dengan Gilgamesh.

Atha mencoba menenguhkan hati, "Ingat, Atha! Tengkorakmu hampir remuk karena dia!"

Atha mengepalkan sebelah tangannya dan meninju udara yang transparan dihadapannya, "Tapi ... tetap saja, itu dekat."

Duh!

🍁 🍁 🍁

"Charuru~"

Astolfo melambai-lambaikan tangannya tepat dihadapan Charlemagne, namun lelaki itu tetap memasang tatapan kosong.

"Dia masih shock?" Bisik Roland pada Bradamante yang duduk disampingnya.

Bradamante menyedot jus stroberi-nya dengan santai, "Sepertinya ... iya."

"Sudahlah, Charl! Jangan memikirkan terus soal kemarin." Dengus Astolfo.

Bibir Charlemagne mulai bergerak-gerak, membuat Astolfo, Roland dan Bradamante sedikit tidak sabaran dengan apa yang akan ia ucapkan.

"Aku ... tidak percaya." Ucap Charlemagne pelan.

Tidak percaya apaan?

Roland, Bradamante dan Astolfo saling melempar pandangan kebingungan.

Charlemagne mengerjapkan kedua matanya, "Kemarin ... aku benar-benar memeluk seorang gadis?"

---
-----hening.

Sedetik kemudian, Roland menyemburkan cappucino yang diminumnya hingga hampir menodai Astolfo yang duduk berseberangan dengannya. Ia baru connect dengan perkataan Charlemagne---seriously, Charl!

"Roland, yang tadi itu hampir!" Pekik Astolfo.

"Maaf, maaf..."

Bradamante kicep, "Charl, jadi kau itu terkejut karena ... memeluk gadis itu?"

Charlemagne mengangguk pelan, "Itu pertamakalinya ... aku memeluk perempuan lain selain ibuku."

Roland, Astolfo dan Bradamante tepok jidat.

"Ya Tuhan, Charl!" Bradamante geleng-geleng kepala, merutuki segala kebodohan Charlemagne yang diluar dugaannya.

Sementara itu Roland dan Astolfo menghela nafas panjang. Bagi Roland yang sudah berpengalaman dengan para gadis yang pernah ia ajak kencan, berpelukan itu adalah hal yang sudah tidak aneh lagi---jangan tanya lebih dari itu, level Roland itu sudah 'expert'. Lalu Astolfo sendiri ... sepertinya dia lumayan satu tingkat lebih tinggi dibandingkan dengan Charlemagne.

"Kemarin ... apa mungkin dia mengira jika aku ini mesum, ya?" Pikir Charlemagne.

Bradamante menanggapi, "Logika saja, kemarin ... disaat seperti itu, mungkin saja ada beberapa bagian yang tidak sengaja kau sentuh. Itu wajar, kan gadis itu terlempar karena tenaga badak milik Martha."

Charlemagne mengernyit, "Bradamante, kau terlalu to the point."

"Ahaha..." Astolfo terkikik, "Pokoknya, kau temukan dulu gadis itu lalu ajak bicara. Perbaiki kesalahpahaman soal kemarin!"

Roland sok-sok-an memasang pose keren, "PDKT-mu sungguh polos, macem zaman feudal."

"Daripada elu, main nyosor! Yaiya cewe pada nolak." Sanggah Bradamante.

Roland merasa triggered karena Bradamante mengomentari gaya PDKT-nya. Akhirnya mereka berdua hampir baku hantam---beruntung Charlemagne dan Astolfo segera mengambil langkah pencegahan perang saudara.

---
---
---

"Ngomong-ngomong, dimana Oliver?" Tanya Roland.

"Dia sedang rapat Osis, kau lupa ya?" Jawab Charlemagne.

Roland ingat Oliver merupakan salah satu anggota Osis, "Sibuk sekali dia akhir-akhir ini."

Bradamante menanggapi, "Para anggota Osis kan sedang menyiapkan untuk itu."

Astolfo segera mengecek tanggal di smartphone-nya. Tidak salah lagi, tanggal acara akbar tahunan Akademi Chaldea sudah dekat. Pantas saja anggota Osis akhir-akhir ini terlihat sibuk. Oiya, Astolfo tiba-tiba teringat sesuatu soal kemarin---

"Charl, kalau tidak salah ... kemarin si ketua Osis segera menyusul gadis itu kan? Apa hubungan mereka, ya?"

Astolfo ingat bagaimana kepanikan si ketua Osis saat berusaha meredam keributan akibat insiden kemarin. Tidak hanya Astolfo, Charlemagne pun demikian. Ia tidak bisa berhenti memikirkan hal yang sama dengan Astolfo, ada hubungan apa si ketua Osis dengan gadis itu?

Tidak ingin berpikir lebih lanjut, asumsikan saja hal kemarin sebagai "Tanggung jawab sebagai ketua Osis". Charlemagne meneguhkan hatinya agar beranggapan sebatas itu. Namun hal yang masih menghantuinya adalah, sejak kapan si ketua Osis yang terkenal nyeremin itu sangat perhatian pada seorang gadis?---ya ... Charlemagne tahu perubahan sikap si ketua Osis. Padahal sebelum ini, si ketua Osis sangat gencar PDKT dengan adik wakil ketua---Arthuria Pendragon.

Apa si ketua Osis sudah menyerah mendekati Arthuria?

Sudahlah, Charlemagne enggan untuk memikirkan hal itu lebih lanjut. Charlemagne kemudian mengalihkan perhatiannya ke arah jendela---berhubung ia dan yang lain sedang duduk di meja yang berdekatan langsung dengan jendela---sudah kebiasaan Charlemagne jika ia bosan, pasti ia akan menatap keluar jendela.

Tidak lama ia menatap keluar jendela, ia menemukan Atha yang sedang berjalan sendirian menuju arah asrama putri. Tentu saja hal ini membuat Charlemagne terkejut---Baru saja ia membicarakan soal Atha, eh mahluk yang dimaksud muncul di depan mata. Tidak mau membuang kesempatan yang langka ini, Charlemagne segera berdiri dari tempat duduknya, membuat Roland, Astolfo dan Bradamante terkejut karena sangat tiba-tiba.

Brug!

---Charlemagne tidak sadar ketika kedua tangannya menggebrak meja.

"Charuru, ada apa? Kau membuatku kaget!" Astolfo sewot, soalnya ia hampir saja tersedak onigiri yang sedang ia makan.

Roland-pun sama-sama sewot, "Ada apa, sih?"

Charlemagne terus menatap ke arah jendela, tepatnya pada Atha yang masih berada tidak jauh dari kantin, "Gadis itu masih berada tidak jauh dari sini, aku harus menyusulnya."

Bradamante mengikuti arah pandangan Charlemagne dan menemukan sosok Atha yang sedang berjalan menuju arah asrama. Seperti yang dikatakan oleh Charlemagne, gadis itu tidak jauh dari tempat mereka saat ini. Pantas saja Charlemagne sedikit panik.

"Kutinggal dulu, ya. Dah!" Ucap Charlemagne sebelum akhirnya ia meluncur pergi meninggalkan ketiga orang lainnya yang menatapnya dengan tatapan aneh dan menghilang dibalik pintu kantin.

---
----

Astolfo geleng-geleng kepala, "Dasar yang sedang kasmaran."

"Setuju." Roland nyengir.

Sementara itu Bradamante ingat sesuatu yang lebih penting. Lebih penting untuk diperhatikan oleh ketiga orang tersebut karena sosok Charlemagne sudah menghilang.

"Ngomong-ngomong ... A-chan." Ucap Bradamante pada Astolfo. 'A-chan' bisa dibilang nama panggilan sayang untuk sepupu-nya yang satu itu.

"Hm?"

"Apa Charl tadi sudah membayar makanan yang kita pesan?"

Jder! Roland dan Astolfo tiba-tiba kehilangan nafsu makan.

Awalnya, mereka berlima---minus Oliver---ralat, berempat. Mereka menagih hutang Charlemagne yang mau men-traktir di kantin kemarin, alhasil saat Charlemagne mengajak sarapan di kantin, mereka tidak membawa sepeser uang pun. Karena mereka pikir gratis, jadi cuma modal perut aja it's ok. Namun kenyataannya sekarang ... Charlemagne yang punya hajat malah meninggalkan mereka di kantin seperti orang bego dan lupa membayar makanan yang sudah mereka pesan.

"Kita bayar pake apa dong?" Bradamante berbisik pada Astolfo dan Roland.

"Ga mungkin juga kan kalo bayar pake daun!" Tambah Astolfo.

"Emang kita sejenis demit?" Tambah Roland yang tidak terima disamakan dengan demit.

"A-chan, coba Line Charl!"

Astolfo melirik Bradamante sebal, "Kutinggalkan ponselku dikamar ... di charge."

Bradamante menggaruk belakang kepalanya gusar, "Ponselku juga baru saja mati karena lowbat."

Harapan terakhir---

Pandangan Astolfo dan Bradamante segera beralih pada Roland. Berharap teman sekomplotan-nya itu membawa sedikit pencerahan bagi mereka bertiga yang sedang numpang hidup di kantin sekolah. Yang merasa ditatap penuh harap malah santai-santai sembari menghabiskan cappucino-nya. Lalu Roland mematahkan hati penuh harap dari Astolfo dan Bradamante dengan berkata,

"Ponselku dipinjam Oliver."

Astolfo, Roland dan Bradamante saling melempar pandangan. Pasrah deh...

🍁 🍁 🍁

Sejak tadi---setelah Atha membuang sampah ke tempat pembuangan, ponsel yang ia simpan di saku hoodie-nya tidak berhenti bergetar, terus bergetar karena banyak sekali chat yang masuk. Ia lupa membisukan notifikasi untuk group chat klub koran, sehingga ponselnya terus bergetar ketika chat masuk. Melihat notifikasi, disana sudah ada tiga ratus lebih chat dari grup klub koran. Atha bertaruh yang membuat keributan di grup adalah Billy, Yan Qing dan Robin.

Ketiga senior-nya itu ternyata memang biang keributan klub koran. Tadi Atha sempat melihat isi chat yang masih membahas tentang "Lion King". Ayolah, cuma masalah film disney kenapa membahasnya seperti kasus misteri.

Setelah Atha membisukan notifikasi grup, ia kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku hoodie. Pandangannya menerawang jauh, memikirkan hal-hal yang sedang dilakukan tiga teman sekamarnya sekarang, apa Rei tidak membuat kekacauan saat acara bersih-bersih mingguan di kamar 305 ya?

Atha mendesah pelan. Ngomong-ngomong, efek dari latihan kemarin baru terasa olehnya. Selain kedua lengannya yang terasa pegal-pegal, tubuh Atha tidak merasakan hal lain akibat efek latihan kemarin. Mungkin karena kemarin kedua lengannya telah bekerja cukup keras saat mati-matian mem-block pukulan Martha. Belum lagi---jidatnya masih terasa nyeri, ia tidak habis pikir efek hantaman jidat Gilgamesh sangat parah untuknya.

Selagi Atha tenggelam dengan pikirannya sendiri, ia hampir saja tidak menyadari jika ada seseorang yang berlari ke arahnya dari belakang---

"Hei!"

---panggil orang itu.

Refleks Atha berhenti melangkah dan membalikkan badannya. Ia kemudian terkesiap, lelaki yang kemarin kini hanya berjarak beberapa meter dengannya. Mematung, Atha tidak siap untuk hal yang begitu tiba-tiba seperti ini. Hingga mereka kini berjarak satu meter dengan posisi saling berhadapan, kedua mata mereka yang berwarna serupa saling bertemu.

Charlemagne berhenti tepat didepan Atha. Ia menatap Atha sejenak, nampaknya gadis itu setengah melongo, "Hai..." ucapnya sembari melambaikan sebelah tangan.

Butuh waktu beberapa detik sampai Atha merespons ucapan Charlemagne---

"O-oh! Selamat pagi, senpai!" Sahutnya sedikit kikuk.

Setik kemudian, otak Atha berusaha mengingat nama lelaki ini. Siapa namanya? Atha lupa! Padahal kemarin Gilgamesh sudah memberi tahu nama senpai yang satu ini, ingatan Atha memang buruk jika sudah menyangkut mengingat nama. Atha memasang pose berpikir yang terlihat imut dimata Charlemagne, sebelah tangannya ia simpan didagu dan kedua matanya melihat ke atas. Membuat Charlemagne ingin tertawa, "Kau kenapa?"

"Hmm ... ternyata benar, aku memang lupa namamu, senpai. Maaf..." Atha tersenyum kikuk. Mau bagaimana lagi, yang ia ingat nama senpai yang ada di hadapannya ini hampir mirip dengan nama salah satu pokémon---seingatnya, namanya mirip dengan Charmeleon.

Charlemagne mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum akhirnya tawanya pecah karena tingkah Atha yang sedikit bolot, "Maaf-maaf, seharusnya aku perkenalkan diriku dulu."

Charlemagne kemudian mengulurkan sebelah tangannya ke depan Atha, "Namaku Charlemagne."

Nah kan! Mirip Charmeleon---batin Atha berseru.

Atha mengerjapkan mata, dengan gerakan lambat ia membalas jabat tangan Charlemagne, "Namaku Athaleta Leocadia, salam kenal."

Charlemagne tersenyum menampilkan deretan giginya, membuat Atha sedikit termanggu.

Selepas berjabat tangan, Atha sedikit canggung dan bingung harus memulai obrolan dari mana. Ternyata, senpai yang satu ini lumayan bersahabat---gak kaya Gilgamesh yang pertama ketemu langsung nyubit pipinya dengan sekuat tenaga. Tidak hanya Atha, Charlemagne pun memikirkan hal yang sama. Ngomong-ngomong ini pertama kalinya bagi Charlemagne mengobrol langsung dengan Atha, dulu ia hanya sebatas memerhatikan gadis itu dari jendela kelas saat pelajaran sastra.

---
----

"Apa kau terluka?"

---tanpa disengaja, Atha dan Charlemagne mengatakan hal tersebut serempak.

Lucu.

Charlemagne tersenyum, "Aku baik-baik saja, walau punggungku sedikit membentur tembok."

"He! Be-benarkah? Ga patah tulang?" Atha sewot.

"Aku memakai sihir, ingat?"

Atha mengangguk. Benar juga, kemarin kan pelajaran sihir.

"Nah kalau kau bagaimana?" Charlemagne balik bertanya keadaan Atha.

"Aku baik-baik saja, terimakasih padamu senpai. Hanya saja ... lenganku sedikit pegal karena terus-terusan menerima serangan dari Martha-senpai." Atha tersenyum.

Charlemagne merasakan beban berat seolah menguap perlahan ketika Atha tersenyum padanya. Berbeda dengan kemarin, ternyata gadis ini jauh lebih bersahabat. Tapi kenapa kemarin Atha terlihat ketakutan?

"Ngomong-ngomong, kenapa kemarin kau terlihat ketakutan?" Akhirnya Charlemagne menanyakan hal yang sejak kemarin menghantui pikirannya, ia benar-benar tidak tahan untuk bertanya soal tersebut, "Apa kemarin aku menakutimu? Jika iya, aku minta maaf soal kemarin."

Atha mengerjapkan matanya, terkekeh dengan ekspresi canggung. Ia tidak mungkin mengatakan fakta dari kejadian kemarin, kan? Ketiga teman sekamarnya pun belum ia beritahu soal alasan utamanya, bagaimana mungkin ia mengatakan dengan mudah pada seseorang yang baru ia kenal beberapa menit seperti Charlemagne. Tapi ... dugaan Atha benar, Charlemagne menyadari soal perubahan sikapnya kemarin. Tuh kan, bikin salah paham!

Pengecualian! Entah mengapa mulutnya mendadak ember jika berhadapan dengan si ketua Osis, hingga Atha dengan mudah menceritakan hal itu pada Gilgamesh. Walau tidak secara lengkap, karena Atha hanya membeberkan garis besarnya saja.

"Sebenarnya..." Atha berdeham pelan, mulai mengarang cerita bohong, "Kemarin, aku takut muntah didepan senpai." Ucapnya enteng.

Sebenarnya ini ada benarnya juga, toh kemarin Atha memang muntah karena efek dari fobia-nya.

Charlemagne kicep, "Ha?"

Atha manggut-manggut, "Kau lihat pukulan Martha-senpai, kan? Lumayan mengocok perutku sampai-sampai cacing disana kalang-kabut."

Oke, maaf. Atha memang punya bakat berbicara ngawur.

Charlemagne kembali tertawa, kali ini ia tertawa dengan semburat merah muda terukir dipipinya yang putih bagai porselen. Untuk seukuran 'lelaki', Charlemagne memiliki fisik yang mumpuni dan dapat dikatakan sebagai 'ikemen'. Sayangnya, pesona Charlemagne tidak mempan pada Atha yang memang bodoh dalam menilai fisik.

"Kau lucu, ya?" Ucap Charlemagne.

Ahaha---"Terimakasih, senpai. Ngomong-ngomong itu pujian atau hinaan?"

"Sejak kapan ungkapan tadi disebut hinaan?" Charlemagne heran.

Atha berdeham, "Bisa saja kau melanjutkannya seperti ini ... kau lucu, ya? Kaya babi---kan ga enak."

Charlemagne kembali tertawa, "Sungguh, kau lucu! Itu bukan hinaan, kok!" Charlemagne kemudian menyeka setetes air mata yang ada diujung matanya, ia terlalu banyak tertawa. Charlemagne berdeham, "Syukurlah kalau begitu, aku lega kau tidak apa-apa."

Atha membungkuk pelan, "Sekali lagi aku mengucapkan terimakasih, juga minta maaf karena telah membuat senpai salah paham hingga berpikiran negatif."

"Sudah, sudah. Mendengar penjelasanmu saja itu sudah cukup membuatku tenang." Charlemagne terkekeh pelan, "Ngomong-ngomong apa setelah ini kau ada acara?"

To the point.

Atha melihat jam di layar ponselnya, pukul setengah sembilan pagi.

"Jam sembilan nanti aku ada rapat di klub koran---"

Charlemagne menyela, "Eh? Kau anggota klub koran?"

Atha mengangguk.

"Ah ... disana ada teman satu klub-ku juga. Kau kenal Nobu?"

"Nobu-senpai?"

Charlemagne mengangguk, "Iya, dia juga teman satu klub-ku di klub musik."

Bibir Atha membentuk huruf 'o'. Oiya, Atha hampir saja lupa, ia kan janji untuk sarapan bersama dengan tiga teman sekamarnya. Hari ini giliran Ritsu yang membuat sarapan pagi, dia membuat onigiri. Jika Atha berlama-lama ia bisa saja tidak sempat sarapan karena setengah jam lagi rapat klub koran akan dilaksanakan.

"Ngomong-ngomong senpai, bukan bermaksud aku tidak suka atau apa ... tapi, apa boleh aku kembali ke asrama putri sekarang?" Ucapnya sembari tersenyum canggung.

Charlemagne tergagap, "A-ah ... maaf karena aku keasyikan mengajakmu mengobrol..."

Atha menggeleng-gelengkan kepalanya pelan, "Tidak masalah, kok. Lagipula aku bisa memperbaiki kesalahpahaman kemarin."

Charlemagne sedikit memerhatikan wajah Atha. Saat gadis itu menggeleng, nampak sebuah koyo tertempel di keningnya. Charlemagne hanya sekilas melihatnya saat poni Atha tersibak sedikit.

"Ada apa dengan keningmu?" Tanyanya.

Atha kicep. Kedua tangannya segera menutupi kening, "A-ah ini bukan apa-apa kok, hanya terbentur sesuatu yang menyebalkan."

---Jika Atha bilang Gilgamesh meng-headbutt keningnya, rasanya tidak keren.

"Begitu, ya. Yasudah, kalau begitu. Seharusnya kau lebih berhati-hati." Ucap Charlemagne, "Tunggu, itu bukan karena kejadian kemarin, kan?"

"Sama sekali bukan! Ini diluar kejadian kemarin. Jadi tidak apa." Meski begitu, Atha sempat merasa tengkorak kepalanya hampir hancur. Atha mengangguk cepat, "Kalau begitu, sampai jumpa, senpai."

Charlemagne menyela, "Oiya, satu lagi!"

"Hm?"

Charlemagme menggaruk tengkuknya pelan, sedikit canggung.

"Boleh aku minta kontak-mu?"

🍁 🍁 🍁

Sudah diputuskan---

---acara tahunan Akademi Chaldea yang bertajuk festival amal akan diselenggarakan sebelum tsuyu, atau musim penghujan saat peralihan musim semi ke musim panas dimulai. Itu artinya kurang lebih satu bulan dari sekarang.

Gilgamesh yang baru saja keluar dari ruang rapat beserta anggota lain yang menghadiri rapat segera membubarkan diri keluar dari pintu aula utama. Gilgamesh sedang memerhatikan map berisi data-data klub yang akan ikut meramaikan acara amal tersebut, lalu anggaran festival dan sebagainya. Dalam hal ini, Akademi Chaldea akan dibuka untuk umum, itu artinya para siswa yang tergabung dalam setiap klub harus menyuguhkan hal menarik untuk menjadi daya tarik mereka---dalam hal ini biasanya ada yang membuat stan makanan, café, atau lainnya mirip seperti acara bunkasai. Karena ini festival amal, keuntungan yang di dapat oleh setiap klub akan dibagi dua dan diakumulasikan sebelum akhirnya diberikan pada pihak yang membutuhkan.

Ini artinya, Gilgamesh berserta anggota Osis yang lain akan bekerja ekstra. Memikirkannya saja sudah membuat Gilgamesh malas. Arthur dan Ozymandias bahkan sudah mulai mengatur tugas bagian mereka---mengingat keduanya menjabat sebagai wakil ketua, maka mereka diberi tugas untuk mengumpulkan formulir pendaftaran yang telah ditandatangani oleh setiap ketua klub lalu membuat daftar rinciannya. Tidak hanya Arthur dan Ozymandias, anggota Osis lainnya pun mendapat bagian masing-masing untuk mengkoordinir setiap klub dan mendata apa yang akan mereka tampilkan nanti.

Kelihatannya Gilgamesh cukup santai---ralat, sebenarnya belum saatnya dia sibuk. Pekerjaan sudah menantinya setelah semua data yang dikumpulkan oleh bawahannya terkumpul. Giliran Gilgamesh yang kelimpungan meminta persetujuan dari panitia, belum lagi jika harus ada koreksi di beberapa hal. Sudahlah, Gilgamesh sudah terbiasa akan hal ini. Tahun kemarin pun saat ia pertama kali menjabat sebagai ketua Osis, ia sudah mendapat gambaran soal chaos yang akan terjadi saat persiapan festival amal.

Gilgamesh menghela nafas panjang. Belum apa-apa ia sudah lelah.

Ketika berjalan melewati lorong yang disampingnya terdapat jendela-jendela besar, Gilgamesh tidak sengaja melihat penampakan dua sosok manusia yang sedang mengobrol dibawah gedung---Atha dan Charlemagne.

Mereka sudah bertemu, rupanya. Pikir Gilgamesh ringan. Namun setelah itu, ia sedikit menyadari suatu hal yang kurang mengenakkan. Matanya cukup jeli untuk melihatnya, tatapan Charlemagne pada Atha terasa berbeda---dan itu membuat Gilgamesh sedikit tidak nyaman.

"Hayoo~ kenapa raut wajahmu seakan ingin melahap seseorang?"

---tiba-tiba Enkidu muncul di samping Gilgamesh dan ikut mencuri pandang ke arah objek yang tengah Gilgamesh amati.

"Heee... sejak kapan kau hobi memerhatikan interaksi orang-orang?" Enkidu mendengus, "Bukankah itu Atha, ya?" Tambahnya.

"..."

Tidak ada tanggapan dari Gilgamesh. Enkidu memonyongkan bibirnya, kesal. Ia kemudian memerhatikan raut wajah sahabat-nya itu dengan cermat. Dengan cepat, Enkidu tahu penyebabnya, "Kau ... tidak mungkin. Gil, kau menyukai Atha?" Enkidu setengah berbisik.

Gilgamesh melirik Enkidu tanpa menoleh, ia hanya menatapnya lewat ekor mata, "Kenapa? Aneh?"

Enkidu terngaga sejenak, "Astaga!"

"Hmph." Dengus Gilgamesh sebal, "Tidak ada yang melarang, kan?"

Enkidu terkikik, "Aku tidak habis pikir. Kukira kau tidak mau gebet adik kelas lagi setelah pengalaman-mu sebelumnya."

"Dengar, aku tidak trauma. Hanya saja sedikit terpuruk karena untuk pertama kalinya aku di-PHP-in."

Enkidu menepuk pundak Gilgamesh pelan, "Kalau begitu, apa ada yang bisa kubantu?" Enkidu mengedipkan sebelah matanya, membuat Gilgamesh sedikit merinding.

"Oi, jika ada yang melihatmu seperti itu, bisa-bisa salah paham." Semprot Gilgamesh.

Cih! Dasar tidak tahu terimakasih, "Serah juragan, dah." Enkidu menghela nafas, "Jadi, bagaimana?"

Gilgamesh berdeham, "Awasi saja lelaki itu ... aku tidak suka cara dia menatap Atha."

"Cie cembokur, cie~" Ucap Enkidu setengah menggoda. Namun hasilnya, ia malah dihadiahi pelototan oleh Gilgamesh sehingga Enkidu langsung bungkam.

---
----"Kau mau bantu, kan? Terlebih lagi, kau satu klub dengan Atha." Gilgamesh menyeringai.

Enkidu tidak ingin kalah, ia pun menyeringai, "Kalau begitu, imbalannya aku minta tiket ke Disney Land berdua dengan Shamhat. Beserta akomodasi-nya."

Sikampret!

"Teman macam apa kau?" Urat-urat dahi Gilgamesh mulai menengang kesal.

"Ini pertukaran yang setara, ingat?" Enkidu kemudian tersenyum setan, "Aku beri servis khusus, kuberi foto eksklusif Atha bagaimana?"

Cring~

---oke, iman Gilgamesh mulai goyah. Eh, memang sudah goyah, sih.

Tap! Perjanjian dibuat dan disetujui kedua belah pihak setelah mereka berjabat tangan sebagai isyarat persetujuan.

---
----di lain sisi, saat Atha mulai meninggalkan Charlemagne setelah mengobrol singkat tadi, ia merasa bulu kuduknya sedikit meremang. Oh, mengapa ia merasakan firasat buruk, ya?

🍁 🍁 🍁

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top