Chapter 2

Pagi yang cerah dihari pertama kegiatan belajar akan dimulai...

Lalu-lalang para siswa yang berada di koridor cenderung ramai, mereka mencari kelas baru yang telah ditetapkan kemarin siang. Atha dan Rei pun sama, mereka tengah berjalan menyusuri koridor panjang. Ya, mereka berada di kelas yang sama, kelas X-D---sebuah kelas yang berada di lantai dua, bersebelahan dengan ruangan klub radio.

"Ngomong-ngomong, Rei..."

"Hmm?"

Atha membenarkan letak kacamata besar ber-frame hitam dengan lensa bening tebal yang bertengger dihidung mancungnya. Rei baru tahu jika teman sekamarnya ini ternyata memakai kacamata, mungkin ini akibat dia sering main game di smartphone-nya.

"Kau benar-benar kenal dengan wali kelas kita?" tanya Atha.

Rei mengangguk, "Dia kenalanku juga dari Camelot."

Atha manggut-manggut, "Kau banyak kenalan juga ternyata."

"Oho, tentu saja! Mereka semua mengenalku dengan baik."

"Hee..."

Atha mengusap pipinya yang terasa gatal karena ditempeli koyo. Ini akibat tragedi capitan kepiting emas kemarin siang.

Rei terkikik geli ketika ingat kejadian kemarin, "Masih sakit?"

Raut wajah Atha berubah masam, "Tentu saja!"

Salah Atha sendiri yang keceplosan mengatakan sesuatu yang terlalu berani pada si Ketua Osis, akibatnya ia dihadiahi cubitan maut yang membuat kedua pipinya berubah warna menjadi merah. Belakangan Rei tahu dari Arthur jika sebenarnya Gilgamesh bisa saja menghajar Atha saat itu juga, namun ia ingat jika Atha itu seorang gadis dan akhirnya ia hanya mencubitnya saja.

Tidak boleh menghajar seorang gadis, atau kau melajang seumur hidup---pesan dari mamah Ninsun, ibunda Gilgamesh.

Ternyata seorang Gilgamesh bisa takut juga, eh... mungkin ini karena takut kualat pada ibunya sendiri. Tapi tetap Rei merasa geli dengan cerita ini. Belum lagi karena Atha menjadi bahan sorotan akibat dua pipinya yang ditempeli koyo.

"Aku tidak mau bertemu lagi dengan si kepiting emas!" gumam Atha dengan wajah sebal.

👑

👑

👑

C H A P T E R  2
---Not Enemy---

👑

👑

👑

Pucuk dicinta...

...ulampun tiba.

Rei berusaha menahan tawanya dengan susah payah. Pasalnya setelah Atha berdoa agar ia tidak bertemu dengan Gilgamesh, namun akhirnya ia dipertemukan dengan si kepiting emas. Raut wajah gadis itu berubah seperti Popuko pop team epic---karakter anime favorit Rei---Atha sepertinya harus mengutuk dewa saat ini. Hampir saja ia mengacungkan jari tengahnya, namun ia urungkan.

Atha sabar, disayang gacha juga RNG-sama.

---Atha ingat jika ia belum dapat lagi SSR setelah enam bulan.

"Ohayou-senpai!" Rei menyapa Gilgamesh dengan riang seolah tanpa beban.

Gilgamesh tidak menggubris sapaan Rei, sepertinya kedua matanya sibuk menatap Atha---bukan tatapan suka---melainkan penuh dengan aura intimidasi yang membuat Atha hampir murka, juga sebagai godaan iman.

"Oi, zasshu!" katanya.

Atha tidak mau kalah, ia membalas tatapan Gilgamesh dengan berani.

"Ikut aku!" ucap Gilgamesh seraya berlalu melewati Atha dan Rei.

Tidak lama setelah itu Atha mengikuti Gilgamesh menuju tempat antah berantah, meninggalkan Rei seorang diri---mematung.

Lama-lama Rei mungkin nge-ship dua karakter beda gender ini.

.

.

.

Ruang klub koran sekolah, berbeda dengan klub lain yang berada di lokasi strategis dan ruangan klub yang lumayan mewah, klub ini sebaliknya. Lokasinya berada di belakang arena kyuudo dan disamping kebun belakang sekolah yang ditanami berbagai macam bunga---katanya ini kebun milik wakil kepala sekolah---juga, sangat sederhana, hanya bangunan berbentuk kubus yang berukuran 5x5 meter dengan cat berwarna biru muda.

Atha takjub melihat kebun bunga yang terawat dengan baik. Bunga-bunga disana hampir seluruhnya mekar, hanya tinggal menunggu waktu, sebagian masih berupa kuncup kecil. Sepertinya baru saja disiram air, Atha bisa melihat tetesan air yang membasahi kelopak bunga dan daun hijau disana, tanahnya juga sedikit lembap.

Gilgamesh masuk kedalam ruangan klub tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, diikuti dengan Atha yang mengekor dibelakangnya.

"Oi, Osakabe, layar beserta in-focus yang kau pinjam apa sudah selesai?"

Atha melihat seorang gadis bersurai hitam dan memakai kacamata tengah duduk dengan nyaman di kotatsu sembari menyesap secangkir ocha panas, diatas kotatsu diletakkan camilan berbentuk unik, camilan ini berwarna merah muda dengan dilapisi daun hijau---tunggu, apa itu daun asli?

Atha yang merasa asing dengan camilan aneh ini merasa penasaran, seumur hidupnya di Yunani, ia belum pernah menemukan makanan seperti ini---yang ada, hanya hidangan berbagai macam yoghurt.

"Oi, bantu aku membawa ini," Gilgamesh menyodorkan tas in-focus pada Atha, sedangkan ia membawa gulungan layar.

"O-oh..."

Dengan berat hati, ia menerima tas tersebut dari Gilgamesh dan membawanya.

"Oiya, Ketua..." Osakabe menginterupsi.

"Hm?"

Tatapan Gilgamesh dan Osakabe bertemu, sepertinya koneksi batin. Pasalnya mereka seolah berbicara dari pikiran ke pikiran, membuat Atha bingung. Tidak lama setelah itu, Gilgamesh angkat bicara.

Gilgamesh mendesah nafas berat, "Aku tidak mendapatkannya."

Tunggu, ada apa sebenarnya dengan mereka?---Pikiran Atha mulai tidak masuk akal, belum lagi karena Osakabe memasang wajah mencemooh pada si Ketua Osis garang yang telah menorehkan luka cubit pada Atha hingga ia harus memakai koyo di kedua pipinya.

Fufufu...

Osakabe mengeluarkan smartphone-nya, suasana terasa berat di tempat ini. Belum lagi, suara kikikan Osakabe yang menyeramkan---padahal masih pagi---terngiang indah di telinga Atha.

"Ta-da!!!!" Osakabe menunjukkan hasil screenshot di smartphone-nya.

Sepertinya tidak asing, Atha mengenali apa yang Osakabe perlihatkan pada Gilgamesh. Tunggu, apa mungkin---

"Senpai, kau main epjio juga?" celetuk Atha.

Gilgamesh spontan melirik Atha, "Kau tau game ini juga?"

Atha mengangguk, "Sejujurnya, iya..."

Osakabe ber-oh-ria, disambung dengan Gilgamesh yang sedikit tertarik dengan Atha---bukan suka, tapi penasaran dengan support babu yang Atha miliki---salah langkah Gilgamesh bisa saja tergarami.

"Boleh aku tahu friend ID-mu? Kebetulan punyaku ada slot kosong," tanya Osakabe.

"Oh, sebentar..."

Diam-diam Gilgamesh mencuri pandang ke layar smartphone Atha, hanya ingin memastikan sesuatu, apakah gadis ini memiliki babu incarannya atau tidak.

Jujur, Atha sedikit geli karena senpai satu ini mendekat sampai hampir menempel padanya, belum lagi saat ia melihat sesuatu yang ada pada akun game miliknya---sepertinya Gilgamesh merasa dongkol.

"Hoo, kau juga punya Dark Maid?" Osakabe merujuk pada satu karakter game yang dimiliki Atha.

Atha mengangguk.

"Kau tahu, Ketua Osis ini sangat menginginkan karakter itu sampai ia rela menghabiskan uang jajan mingguan miliknya hanya untuk membeli gugelpley card."

Atha melirik Gilgamesh, "Senpai, kau whaler?"

---whaler, seorang pemain yang sangat sering mengorbankan uangnya hanya untuk mendapatkan karakter idaman mereka, tidak peduli berapapun jumlahnya.

Gilgamesh melirik Atha dengan tatapan setan, "Jadi, bisa kau katakan bagaimana cara mendapatkan Dark Maid dengan mudah?"

"Aku... mendapatkannya dengan modal satu tiket."

---satu tiket...

satu tiket...

The power of 1 tix!

Oke, Gilgamesh tidak bisa menyangkal, kadang kala whaler bisa dikalahkan dengan modal satu tiket gratis. Dan ini masih menjadi misteri. Mengapa tidak ada keadilan dalam sistem gacha.

Gilgamesh menepuk bahu Atha, kemudian mencengkeramnya dengan sedikit keras, "Minta ID-mu!"

"O-oke."

Tring!

Prang!---lensa kacamata Atha seakan pecah menjadi serpihan debu yang hancur hingga menjadi partikel nano, support babu milik Gilgamesh terlalu menyilaukan baginya yang hanya pemain free-to-play dan bukan sultan seperti Gilgamesh.

"Senpai, babu milikmu NP5 semua?"

Ingin ku berkata kasar---dalam hati, Atha berusaha sabar.

"Tapi tidak ada satupun Dark Maid datang ke akun-ku."

Osakabe hanya menyimak sinetron yang terjadi dihadapannya secara langsung, melihat dua mahluk ini rasanya sangat nikmat jika sambil meminum secangkir ocha panas.

"Senpai..."

"Zasshu..."

"---namaku Atha," protes Atha.

"Terserah." Gilgamesh menyodorkan tangannya ke hadapan Atha, lalu disambut oleh gadis itu. Kedua tangan mereka bersatu.

"KITA BERSATU KARENA GACHA YANG JAHAT!"

---dan mereka hidup bahagia selamanya.

Sinetron pagi ini berakhir dengan happy ending.

...nggak juga sih.

👑

👑

👑

Sistem belajar di Chaldea Academy berbeda dengan sekolah yang lain. Ada dua sistem pengajaran yang dianut oleh Chaldea, pengajaran umum dan pengajaran lanjutan.

Pengajaran umum disini seperti sekolah biasa kebanyakan, belajar berbagai macam mata pelajaran umum dengan didampingi oleh guru-guru yang kompeten. Sedangkan untuk pengajaran lanjutan, dilakukan pada waktu khusus diluar jam pengajaran umum.

Pengajaran lanjutan dibagi dua, yaitu sihir murni dan terapan. Sihir murni dikhususkan bagi para siswa spesialisasi mantra sihir yang rumit, mereka bisa disebut sebagai penyihir asli. Sedangkan untuk terapan, ialah pengajaran yang dikhususkan bagi para siswa yang menggunakan sihir dengan dilengkapi media tambahan, seperti senjata atau sihir penguatan tubuh.

Jadwal pengajaran umum dilakukan pada pagi hari, dari hari Senin hingga Jum'at dan Sabtu biasanya diisi dengan kegiatan Osis serta klub masing-masing. Sedangkan untuk pengajaran lanjutan, dilakukan pada malam hari dan waktunya hanya dalam tiga hari, untuk hari tepatnya, diputuskan sesuai keputusan kepala sekolah dan biasanya jadwal berbeda-beda. Juga, dilakukan hanya tiga hari dalam seminggu karena untuk menjaga pasokan prana milik siswa agar tetap stabil.

Diantara dua perbedaan sistem pelajaran tersebut, tersapat satu peraturan yang tidak boleh dilanggar untuk menjaga ketertiban di sekolah ini.

"Tidak ada yang boleh menggunakan sihir diluar jam pelajaran lanjutan."

---ini dimaksudkan agar lingkungan tempat para siswa tinggal selalu nyaman.

.

.

.

Katanya, manusia dapat melakukan hal yang diluar kemampuannya dalam saat terdesak...

Tapi---

---Rei tidak dapat membenarkan ungkapan itu.

Karena faktanya, seberapa keraspun ia mencoba mengeluarkan kemampuannya yang terpendam, ia tidak dapat merasakan perbedaan apapun pada dirinya. Termasuk saat ini, saat tes tertulis di hari pertama kegiatan belajar di kelas X-D.

Tes matematika oleh Nikola Tesla.

Di hari pertama yang seharusnya diisi dengan perkenalan sesama teman sekelas, yang terjadi di kelas ini malah dibuat layaknya neraka jahanam---terkutuklah Nikola Tesla.

Hanya satu jam pelajaran ia menjelaskan materi matematika, ia langsung melanjutkannya dengan tes tertulis di jam berikutnya. Seharusnya Nikola Tesla mengerti kemampuan Rei yang agak lambat dalam pelajaran matematika. Sistem di otaknya seakan menolak untuk menyerap apa yang dikatakan oleh Nikola Tesla---terlebih karena ia menjelaskannya dengan cara yang terlalu cepat dan bahasa alien.

Mungkin istilah yang tepat bagi Rei adalah, ia tidak bisa menerima pelajaran karena pelajaran tersebut terlalu haram untuk masuk ke otaknya yang suci. Bahkan ia tidak habis pikir jika bukan angka saja yang ikut berperan dalam pelajaran matematika, sekarang huruf abjad pun jadi sorotan utama.

Jika ia bisa memilih, Rei ingin mengganti prosesor di kepalanya. Ia ingin mengganti otaknya yang memiliki prosesor pentium menjadi prosesor core i7 atau jika memungkinkan, core i10---itu juga bila ada---lalu Rei akan melengkapinya dengan Harddisk berukuran 32terabytes.

Rei nangid.

Sementara Atha sendiri yang duduk dibangku sebelahnya masih terlihat sangat tenang, mengerjakan tes ini sepertinya sangat mudah bagi Atha.

Rei, sepertinya kau harus banyak belajar dari Atha.

.

.

.

Neraka jahanam telah berakhir, masabodoh dengan nilai yang akan didapatkan oleh Rei. Gadis itu sedang menghibur dirinya di kantin, pada saat jam istirahat.

Meja kantin dipenuhi oleh aneka macam roti dan tidak lupa susu beruang sebanyak tiga kaleng---dan semuanya adalah milik Rei.

Atha, Gudako dan Nefertari hanya bisa mematung karena terlalu shock melihat Rei yang rakus. Katanya, Rei butuh nutrisi ekstra untuk otaknya, ini karena ujian dadakan tadi sangat menguras otaknya hingga nutrisi diperutnya habis---lalu, apa hubungannya?

...bilang aja lapar.

"Rei, jangan makan terlalu cepat, nanti kau tersedak," kata Nefertari.

Rei menelan roti soba keempatnya, "Tenang, Nefer. Dulu aku makan apel bulat-bulat kok."

Kok horor?!

"Kerongkonganmu elastis?" Atha ingat soal cara makan ular yang hampir sama dengan cara makan Rei, atau mungkin karena Rei yang mirip ular?

Rei menggelengkan kepalanya, kemudian ia membuka bungkus roti soba lainnya, "Tidak... akibatnya aku pernah tersedak... dan hampir mati."

Hap! Rei kembali melahap roti soba-nya.

Yalord, nganga berjamaah!

"Lalu, Merlin malah menertawakanku sampai pingsan," lanjut Rei.

Rei terkadang meratapi eksistensinya, terutama bagian keganjilan hidupnya, orang sekitarnya dan juga dirinya sendiri. Oi, bisakah ia jadi Heroine yang dicintai seluruh umat?

"Rei, mau kuajari pelajaran tadi?" tanya Atha hati-hati.

Rei berhenti mengunyah, "Aku jamin kau akan kesal jika mengajariku, Atha!"

"Aku tidak masalah dengan kebodohanmu yang diatas rata-rata, asal kau ada kemauan itu sudah cukup."

Itu pujian atau hinaan?---gumam Nefertari dan Gudako dalam hati.

"Jujur, pelajaran di sekolah umum seperti ini sangat membebani syarafku," Rei berdeham pelan, "kalian tahu, baru kali ini aku bersekolah di tempat seperti ini. Dulu sebagian besar pelajaran yang aku dapatkan hanya bersumber dari buku-buku yang Merlin kumpulkan dan juga cerita-cerita dari Vivian si dewi danau."

Atha manggut-manggut, "Oleh karena itu kau sangat senang berada disini kan??"

Rei tersenyum, "Dan juga, aku senang karena bertemu dengan kawan baru. Kalian tahu, setiap hari hanya melihat wajah Merlin membuatku sedikit muak."

Pfffft---

"Rei, jika Merlin tahu, kau bisa dihukum," tiba-tiba muncul Arthur di belakang Rei.

"Arthur!" ucap Rei sumringah.

Dibelakang Arthur, Ozymandias dan Gilgamesh sedang menuju kearah mereka sembari membawa beberapa berkas.

"Boleh kami duduk dimeja ini?" tanya Arthur.

"Tentu, meja ini masih cukup luas, kok!"

Dan pada akhirnya meja yang dihuni oleh keempat gadis itu menambah beberapa personil lainnya, keadaan kantin pada jam istirahat ini memang sedikit sesak dan ramai, hingga sulit menemukan ruang kosong.

Gilgamesh duduk berseberangan dengan Atha---status mereka saat ini menjadi partner in crime---sedangkan Ozymandias bersebelahan dengan Nefertari, lalu Rei bersebelahan dengan Arthur. Gudako? Rasanya dia jadi obat nyamuk disini.

"Ngomong-ngomong, kalian terlihat sibuk, apa ini bagian tugas Osis?" tanya Nefertari.

Gilgamesh menghela nafas panjang, "Ini rutinitas ketua Osis dan wakilnya setiap tahun. Membuat rencana tahunan acara sekolah dan mempersiapkan penyambutan bagi anggota Osis baru."

Gudako bergidik---kemarin siang, dia baru saja menyerahkan formulir pendaftaran Osis. Rasanya untuk penyambutan anggota Osis baru, ia mencium hal yang berbeda dari penyambutan pada umumnya. Bisa dibilang, penyambutan di Chaldea ini banyak kedok-nya.

"Gil, kau tidak memesan makanan?" tanya Arthur.

"Tidak usah, aku masih kenyang."

---padahal perutnya berdendang indah karena belum makan sejak kemarin.

Atha bisa membaca raut muka Gilgamesh yang terlihat suram, dugaannya saat ini; Gilgamesh tidak punya sisa uang saku, karena semuanya ia habiskan untuk gacha epjio. Dengan kerendahan hati, juga sebagai sekutu baru Gilgamesh---Atha merogoh sakunya dan menyodorkan sekotak yoghurt rasa jeruk yang tadi ia beli di vending machine pada si senpai emas.

"Eh?" Gilgamesh melirik Atha dengan tatapan heran.

"Anggap saja permintaan maaf untuk yang kemarin," bisik Atha sangat pelan.

.....sepertinya Gilgamesh perlu membalas budi kouhai baru-nya yang agak nyentrik ini nanti.

"Ngomong-ngomong," ucapan Gudako membuyarkan semuanya, membuat seluruh tatapan tertuju padanya, "apa kalian sudah memilih akan bergabung dengan klub apa?"

"Ah, benar!" ucap Arthur.

Diam-diam Nefertari melirik Ozymandias, "Sepertinya aku akan bergabung dengan klub drama."

"Hooo... klub yang sama seperti Ozy," gumam Gilgamesh.

Ozymadias sepertinya senang, "Akhirnya kita bisa satu klub, Nefer! Moses juga pasti senang," Moses, teman sekampung Ozymandias dan Nefertari juga sahabat masa kecil.

"Kalau Gudako, kau ikut klub apa?" tanya Atha.

"Aku, ikut klub kendo," jawabnya.

"Berarti kau junior-ku di klub nanti," ujar Arthur. Dia kan ketua klub Kendo.

Rei berpikir dan balik bertanya, "Atha, kau mau ikut klub apa?"

"Tidak tahu."

"Bagaimana jika klub kyuudo?" tawar Rei, mengingat disana ada Tristan, kenalannya dari Camelot.

Atha menggeleng, "Tidak, terimakasih."

"Klub lari?"

"No."

"Klub kendo?"

"G."

Tawaran Rei semuanya tidak baik untuk stamina. Setidaknya Atha ingin mengurangi kegiatan klub yang dapat membuatnya kelelahan, bisa gawat jika anemia-nya kambuh.

"Hmm, kalau begitu, bagaimana dengan klub koran sekolah?" ucap Arthur.

"Koran sekolah?" gumam Atha dan Rei bersamaan.

Ah!! Klub yang tadi pagi. Atha ingat.

"Klub koran lumayan santai untuk Rei yang tidak suka aktifitas fisik," ucap Arthur menyarankan.

Selama itu tidak menyangkut aktifitas fisik, Rei tidak masalah. Klub yang santai, rasanya ide yang bagus.

👑

👑

👑

Osakabe terkejut, ini karena ada siswa yang mendaftar ke klub yang tidak terkenal seperti klub koran sekolah---ada lima orang, dan salah satunya ia sudah tahu tadi pagi.

Mordred Pendragon.

Mashu Kyrielite.

Galahad du Lac.

Rei Dimitrisaklitunov.

Athaleta Leocadia.

"Osakabe, ada yang mendaftar?" tanya seorang lelaki cantik dengan surai panjang berwarna hijau.

"Oh, Enkidu," Osakabe mengangguk, "sepertinya tahun ini akan menjadi tahun yang berbeda untuk klub koran. Ada lima orang yang mendaftar."

Tahun kemarin, anggota klub koran hanya bertambah dua orang; Okita Souji dan Oda Nobunaga---icon absurd klub koran yang hampir dikenal oleh setiap klub.

Terutama Okita Souji yang kena TBC dan ga mati-mati---Oi!

Dan Oda Nobunaga yang pernah meminjam---mencuri---uang tabungan keponakannya untuk ia gunakan saat festival musim panas. Membuat pesta musik rock saat bunkasai.

Osakabe berharap, semoga ke-gaje-an klub koran tidak akan bertambah---padahal Osakabe sendiri terkenal sebagai NEET dan pembuat doujinshi.

...ya, semoga saja.

👑 👑 👑

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top