Chapter 16
Ini terjadi di malam sebelum festival---
"Haaaah~ memang benar ya, mandi air hangat dimalam hari memang paling mantap!" Kata Ritsu yang baru saja keluar dari kamar mandi.
Nefertari yang sedang menyisir rambut didepan cermin menanggapi kata-kata Ritsu, "Tentu saja. Apalagi ketika kau sangat kelelahan, mandi air hangat adalah obat yang tepat untuk mengembalikan semangat."
"Kau benar, Nefer!" Kata Ritsu.
"Ngomong-ngomong Ritsu, apa kegiatan klub kendo sudah selesai? Maksudnya ... sudah tidak ada anggota klub yang berkeliaran lagi disekitar sana, kan?" Tanya Rei.
Ritsu mengambil handuk kecil untuk mengeringkan rambutnya yang masih basah, "Sudah tidak ada, kok. Tadi Arthur-senpai sudah menyuruh kami kembali ke asrama dan beristirahat. Katanya, kita harus menyimpan banyak stamina untuk esok hari."
Rei manggut-manggut. Ia kemudian menyambar ponsel yang diletakkan tidak jauh darinya, "Kalau begitu, waktunya Rei yang manis ini untuk mengucapkan beberapa kata semangat pada Arthur."
Nefertari dan Ritsu saling pandang, tidak lama setelahnya mereka malah terkekeh geli karena tidak tahan dengan tingkah Rei yang absurd.
Nefertari dan Ritsu kemudian sibuk dengan aktivitas masing-masing. Ritsu sudah naik ke atas tempat tidur, ia membaringkan tubuhnya diatas kasur yang empuk. Sementara Nefertari baru saja beres mengepang rambutnya.
Setelah mengirimkan sebuah pesan Line pada Arthur, Rei kembali ke aktivitas awal. Ia sibuk menghafal kembali lirik lagu yang akan dinyanyikan besok, tidak lupa sebungkus potato chips berukuran besar ia letakkan dipangkuannya---jaga-jaga kalau ia bosan, maka tinggal makan saja.
Oiya, kita melupakan sesuatu---
"Ngomong-ngomong..."
Ritsu, Nefertari dan Rei refleks melirik Atha. Mereka baru sadar jika Atha sejak tadi ada dikamar ini---salahnya, si Atha malah sibuk main game dan tidak bersuara sama sekali---jadi, mereka melupakan eksistensi gadis itu.
Rei mencapit satu buah potato chips lalu menyuapkan ke mulutnya, "Hm?"
"Tadinya aku ingin konsultasi pada kalian soal hal ini sejak seminggu yang lalu..." tatapan Atha masih tertuju pada layar ponsel, "...tapi mengingat ujian, jadi aku simpan pertanyaan ini."
"Katakan saja." Kata Nefertari.
Mematikan ponsel, Atha bangun dari posisi tidurnya. Ia kemudian bersila dengan posisi menghadap ke tiga orang teman sekamarnya.
"Bagaimana, ya..." Atha mengusap tengkuk lehernya, "...sebenarnya aku tidak tahu harus mulai dari mana."
"Jangan sungkan, ayo bicara saja." Kata Ritsu.
Atha berdeham pelan, "Begini ... sejak seminggu yang lalu, aku ingin bertanya pada kalian---
---bagi kalian, kencan itu apa?"
Uhuk! Rei tiba-tiba tersedak mendengar pertanyaan Atha. "Jangan bercanda, pertanyaan macam apa itu?!"
Nefertari mengerjapkan kedua matanya, "Kencan kan kencan. Ya seperti itu."
"Bukan, tapi ... bisa di deskripsikan lebih detail?"
Ritsu memasang pose berpikir, "Menurutku kencan itu adalah ... saat dua orang yang saling tertarik satu sama lain, pergi berduaan untuk membangun suatu chemistry. Mungkin?"
Atha kicep, "Agak sulit kupahami..."
"Kenapa kau bertanya seperti itu?" Nefertari penasaran.
Atha mengaruk pipi dengan jari telunjuknya, "Begini ... minggu lalu sebenarnya aku punya janji dengan Enkidu-senpai untuk mengambil paket khusus di pelabuhan. Tapi Enkidu-senpai tiba-tiba membatalkan janji karena demam---"
"Eh? Jadi kau tidak jadi pergi dengan Enkidu-senpai?" Potong Rei.
Atha menggeleng, "Tidak. Aku pergi bersama orang lain."
Ritsu, Nefertari dan Rei mulai tertarik dengan bahasan Atha. "Jadi kau pergi dengan siapa?" Tanya Rei.
Atha menghela nafas berat, enggan untuk mengatakannya tapi ia sudah terlanjur bercerita. "Gilgamesh-senpai."
OHOK!---Rei kembali tersedak.
"He?! Serius dengan Gilgamesh-senpai? Dia tidak menyiksamu? Tidak menggigit?" Ritsu menatap Atha khawatir. Ia khawatir karena citra Gilgamesh dimatanya hanya sebatas 'Ketos nyeremin bin ngeselin'.
"Dia bukan singa atau mahluk karnivora, Ritsu! Mana mungkin dia menggigit." Jawab Atha.
"Lalu, lalu, bagaimana lagi?" Tanya Nefertari.
"Nah, secara tidak sengaja kami malah terjebak dalam petualangan mencari sesuatu untuk hadiah pernikahan orang tua Gilgamesh-senpai. Jadi hari itu, kami menghabiskan waktu hampir seharian mengitari Akihabara."
Rei, Ritsu dan Nefertari kicep.
"La-lalu?" Kata Rei.
"Setelah kami kembali dengan selamat di Chaldea, Gilgamesh-senpai mengatakan ini padaku---" Atha berdeham, "Terimakasih atas kencannya..."
---
----hening.
Giliran Atha yang kicep. Apa dia salah bicara? Kenapa ketiga teman sekamarnya malah membatu?
"Kalian ... kenapa?" Tanya Atha hati-hati. Ia mengernyit.
"Astaga..." gumam Ritsu.
Rei ikut bergumam, "Yabai!"
Nefertari menatap Atha penuh selidik, "Atha, sebenarnya hubunganmu dengan Gilgamesh-senpai sudah sejauh mana?"
"Aku hanya tahu mereka itu adalah partner in crime dalam sebuah game." Ritsu menimpali.
Rei memilih untuk diam, sebenarnya ia memang sudah tahu jika Gilgamesh memang menyukai Atha. Tapi karena sepertinya tidak ada yang terjadi sampai sekarang, Rei berani menyimpulkan jika Gilgamesh belum pernah menyatakan perasaan-nya pada Atha. Itu juga karena Atha tidak pernah bercerita lagi soal kedekatannya dengan Gilgamesh.
"Kalau begitu, jika Gilgamesh-senpai sudah menganggap itu sebagai kencan ... berarti dia memang menyukaimu!" Kata Ritsu.
Nefertari setuju dengan pendapat Ritsu, "Benar! Mungkin itu pernyataan cinta secara tidak langsung!"
Atha tambah mengernyit, ia enggan mengatakan ini tapi jika dipendam terus sendiri sama saja seperti bunuh diri. Sistem memori Atha sudah terlalu lelah menyimpannya---
"Maaf tapi..." Atha menatap Rei, Ritsu dan Nefertari bergantian. Kemudian ia melanjutkan kata-katanya, "...Gilgamesh-senpai memang sudah menyatakan perasaannya padaku."
1...
2...
3...
"ATTTTHHHHAAAAA!!!!!"
🎉
🎉
🎉
C h a p t e r 1 6
---Festival---
🎉
🎉
🎉
"Rei, kemari! Biar aku yang menata rambutmu." Kata Jalter.
"Aku akan urus Atha!" Kata Shamhat.
"Kalau begitu aku urus Mordred." Kata Sieg.
"Mashu! Galahad! Kemari!" Panggil Enkidu.
Waktu menunjukkan masih pukul enam pagi namun kehebohan sudah terjadi di klub koran---tidak, hampir semua klub pasti seperti ini.
Walau wacana sudah terstruktur dan disiapkan sejak beberapa minggu yang lalu, tetap saja jika hari 'H' pasti kehebohan selalu melanda. Entah itu soal riasan, kostum, dekorasi, kedai dan---ah, sudahlah jangan disebutkan satu-persatu. Lelah.
"Shammy, punya jepitan rambut lebih, tidak?" Tanya Enkidu.
"Ada! Kemari, En!" Timpal Shamhat.
Enkidu buru-buru mengambil jepit lalu memasangkannya pada rambut Mashu dan Galahad. Khusus untuk karakter Tweedledee dan Tweedledum, mereka memiliki riasan yang hampir serupa. Untuk Mashu dan Galahad sendiri, bedanya hanya di bawahan baju. Mashu memakai rok sedangkan Galahad memakai celana.
"Atha coba pegang bando-nya sebentar!"
"Begini?"
"Ya, seperti itu!"
Sebelah tangan Atha memegang bando kelinci yang sudah bertengger manis diatas kepalanya. Shamhat kemudian menambahkan beberapa jepit rambut kecil disekitar bando untuk mencegah agar bando kelinci Atha tidak jatuh.
Sieg membuka tutup eyeliner, "Mor, coba lihat keatas!"
"Oke!"
Setelah beres memakaikan bando kucing di atas kepala Mordred, Sieg melanjutkan tugasnya dengan menggambar kumis di pipi Mordred menggunakan eyeliner waterproof.
Sementara itu, di kubu Rei bersama Jalter---
"Sudah cukup sepertinya..." Jalter baru selesai membereskan tahap terakhir untuk Alice. Memakaikan pita besar di kepalanya.
"Sudah selesai?" Tanya Rei.
"Coba lihat sini lagi, kurapikan sedikit poni-mu."
---
----
Ruangan klub koran saat ini tengah beralih fungsi menjadi tempat ganti kostum dadakan selama satu hari. Untuk yang sudah selesai didandani, mereka semua berkumpul diluar ruangan. Tepatnya di pekarangan klub koran yang telah di modifikasi menjadi hutan dalam dongeng Alice.
Tempat duduk untuk para tamu telah disesuaikan dengan konsep klub, dihias hingga menyerupai jamur-jamur hutan. Disamping kanan-kiri diletakkan berbagai hiasan yang telah disesuaikan dengan kebutuhan juga. Ada juga meja khusus yang terletak di tengah kebun mungil milik Wakil Kepala Sekolah, area ini dikhususkan untuk perjamuan teh yang ada di dongeng Alice---The Mad Tea Party---di area ini pula, para tamu bisa mengambil beberapa foto untuk di abadikan.
Oiya, sebelumnya klub koran memang sudah meminta izin pada Wakil Kepala Sekolah untuk meminjam kebunnya demi kepentingan festival. Untungnya permintaan mereka disetujui. Jadi tidak masalah mereka meminjam kebun itu.
Melihat dari hasil akhir persiapan klub koran dan klub doujin, dapat dibilang mereka sangat niat---
Pengaruh paling besar adalah: keterbatasan dana.
---maka yang dapat diandalkan adalah kreatifitas dan tenaga. Jadilah dekorasi klub koran walau dari bahan seadanya tidak kalah bersaing dengan klub yang lain.
🎉
🎉
🎉
Pukul sembilan tepat, waktu Chaldea---
Gerbang dibuka.
Suara riuh disekitar akademi semakin menjadi-jadi ketika para tamu festival mulai memasuki gerbang. Kedok dari festival ini kan open house, jadi semua kalangan diperbolehkan masuk. Antusias para tamu bukan sekedar karena festival saja, tapi karena isi dari akademi itu sendiri. Hal yang tidak biasa ketika mereka bisa berkunjung ke akademi internasional yang sebagian besar muridnya adalah orang asing. Terlebih lagi, Akademi Chaldea termasuk akademi elit---sangat elit.
Tujuan lain para tamu lainnya adalah: nyari jodoh.
---siapa tau nemu jodoh bule.
Acara belum dimulai sebelum Kepala Sekolah---Marisbilly Animusphere---membukanya dengan memberikan pidato sambutan untuk para tamu. Pidato dilangsungkan di panggung utama, tempat dimana nanti setiap perwakilan dari klub akan mementaskan keterampilannya.
Kira-kira tamu seperti apa saja yang akan mengunjungi akademi?
Apa mungkin tamu lintas dimensi? Siapapun bebas datang ke Chaldea, toh di festival ini mereka tidak perlu takut kena zonasi.
🎉
🎉
🎉
Tidak perlu waktu lama untuk membuat Gilgamesh bosan. Letakkan dia seperti patung berhala saja selama dua jam, pasti dia langsung melambaikan bendera putih. Bagaimana tidak kesal, yang Gilgamesh lakukan sejak festival dimulai hanya sebatas duduk diatas sofa mewah lalu menebar senyum pada seluruh tamu yang mengunjungi klub. Bibir Gilgamesh bisa-bisa kram jika terus seperti ini.
Hal lain yang menghancurkan mood-nya adalah---
Hampir setiap tamu yang datang ke klub adalah para gadis kesepian yang butuh belaian.
Sialan. Daripada meladeni gadis-gadis gaje itu, lebih baik Gilgamesh kabur saja. Lagipula, Gilgamesh sudah bosan karena sejak tadi wajah hensem-nya secara cuma-cuma harus rela diabadikan oleh kamera ponsel milik para tamu tadi.
Setelah minta izin pada Chiron-sensei selaku pembimbing klub kyuudo, Gilgamesh akhirnya bisa merasakan kebebasan.
"Senpai?"
Gilgamesh menoleh ke arah suara. "Arthuria?"
Arthuria tersenyum, "Sedang apa disini? Apa kau tidak dimarahi karena keluar dari klub?"
"Chiron-sensei sudah memberi izin." Jawabnya singkat.
Arthuria mengerjap pelan, "Kalau begitu, apa kau mau berkunjung ke klub kendo?"
"Maaf tapi aku---"
Tanpa membiarkan Gilgamesh menjawab---karena Arthuria yakin Gilgamesh menolak ajakannya---ia dengan cepat segera menarik tangan Gilgamesh agar ia ikut bersamanya. "Ayolah, pasti Nii-san senang jika kau berkunjung. Oiya, disana kami punya beberapa cake yang enak, kau harus mencicipinya, ya!"
Gilgamesh tidak punya pilihan lain. Secara tidak langsung, ia malah terjebak masuk ke dalam penjara yang baru.
🎉
🎉
🎉
"Astaga---"
Gilgamesh tepok jidat. Ia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini.
"Nii-san seperti magnet juga, ya?" Tambah Arthuria.
Tidak jauh berbeda dengan keadaan Gilgamesh beberapa menit yang lalu, Arthur malah lebih parah. Klub kendo membuat Host Club dan bintangnya---alias maskot---adalah ketua klub itu sendiri, Arthur Pendragon.
Perbedaan kondisi antara Arthur dan Gilgamesh hanyalah dari mood. Jika Gilgamesh mudah sekali jengah dan seenak jidatnya kabur dari tugas di klub, Arthur yang anak soleh malah terus menuruti tuntutan selaku seorang Host di klubnya sendiri. Arthur terlalu pasrah.
Dan sekarang, Arthur sedang terjebak dalam fase kekenyangan. Kekenyangan yang tidak dapat dia hentikan.
"Kalau sudah kenyang begitu, kenapa dia tidak menolaknya saja?" Rutuk Gilgamesh.
Arthuria tersenyum kecut, "Nii-san terlalu baik."
"Tidak. Dia cuma awkward dan pada akhirnya sulit untuk menolak." Gilgamesh ingin ngakak tapi ingat sikon.
Didepannya, Arthur sedang dirubung oleh sekelompok gadis dan terus-terusan dicekoki cake. Gilgamesh lebih pas menyebutnya bagai sekelompok piranha sedang mengerubungi mangsa. Arthur tidak bisa menolak permintaan para tamu yang memintanya untuk memakan cake tapi malah berujung menyuapinya terus-menerus. Arthur khawatir dengan keadaan giginya---bagaimana juga kalau berat badannya naik, papah Uther pasti murka.
Sebagai teman yang---katanya---baik, Gilgamesh menghampiri Arthur yang duduk di sofa-nya. Dari wajah Arthur saja Gilgamesh sudah dapat menebak apa yang tersirat disana, "Tasukete kudasai!"
"Gil ... apa kabar...?" Arthur menitikkan air mata, walau sebesar biji jagung. Cake yang semula adalah belahan jiwa-nya kini berubah jadi sebaliknya. Bahkan krim cake yang semula Arthur sukai sekarang mulai merubah pikirannya---
Mungkin, ia akan hiatus makan cake untuk waktu yang tidak dapat ditentukan...
"Mau sesuap?" Arthur memberikan sepotong cheese cake pada Gilgamesh. Dari raut wajahnya, Arthur terlihat sedang menahan diri untuk memuntahkan kembali cake yang telah ia makan.
Gilgamesh duduk di sofa yang berseberangan dengan Arthur, dengan sekali suap ia langsung memakan cheese cake yang tadi diberikan Arthur. Saat Gilgamesh menyuapkan cheese cake, para gadis tadi banyak yang berteriak "Kya~~~"---ngapain coba?
Mungkin gadis-gadis ini baru melihat penampakan cowok ganteng.
Gilgamesh melihat seorang lelaki bersurai pirang muncul dibelakang Arthur---
"Arthur, kau boleh istirahat. Biar kami yang urus disini!" Ia Richard Leonhart, teman sekelas Arthur dan Gilgamesh. Gilgamesh sendiri lumayan mengenal Richard dengan baik.
"Richard ... makasih!" Arthur merasa cahaya ilahi yang menghangatkan jiwa sedang meneranginya dan memeluknya dengan lembut.
Gilgamesh segera beranjak, "Kalau begitu, aku juga akan pergi. Tidak ada alasan lain untuk berada disini lebih lama."
"Selamat menikmati harimu, Gil..." ucap Richard. Ia terkekeh pelan.
Gilgamesh tersenyum, "Tidak perlu menyuruh, aku pasti akan melakukannya!"
Gilgamesh dan Richard kembali tertawa bersama. "Arthur, mau ikut jalan-jalan?" Tanya Gilgamesh.
"Kemana?" Semangat Arthur kembali berkobar.
Gilgamesh menyeringai, "Klub koran."
🎉
🎉
🎉
Baru kali ini Karna memiliki pengalaman tidak mengenakkan saat ia menikmati secangkir darjeeling. Alih-alih menenangkan, faktanya malah membuat depresi.
"Kau kenapa?" Shamhat yang melihat perubahan ekspresi dari Karna sedikit khawatir.
Karna mengerjap pelan, "Kenapa tiba-tiba aku depresi, ya?"
Arjuna yang duduk berseberangan dengan Karna menyeruput darjeeling-nya perlahan. Ia kemudian menimpali Karna dengan santai, "Jangan bilang karena sayup-sayup kau mendengar Ashwhattama yang lagi nge-band di panggung."
Anjir---
Karna baru sadar!
Shamhat terkekeh, "Sepertinya Ashwhattama benar-benar membuat batinmu tersakiti, ya?"
"Wajar saja, Karna kan sekamar dengan Ashwhattama. Selama tiga tahun." Kata Arjuna.
Karna memegangi kepalanya, pening. "Kau lupa, ya? Dari sejak TK kan aku memang selalu bersama Ashwhattama."
---duh ... gak kebayang seberapa hancurnya mental Karna.
"Yang aku tidak habis pikir, bisa-bisanya pita suara Ashwhattama tidak rusak walau sering nyanyi lagu metal." Tambah Karna.
"Alih-alih pita suara Ashwhattama yang rusak, malah gendang telinga-mu yang rusak karena terlalu sering terpapar suara Ashwhattama, ya?" Ucap Arjuna.
Karna mendengus, "Ya logika-nya aja pikir!"
Arjuna tersenyum angkuh. Ia sedikit bangga, "Berarti masih lebih bagus suaraku, ya?"
"Hah? HAH?!" Karna ter-trigger, "Bagus apaan, setiap nyanyi lagunya itu-itu aja!"
Terngiang suara Arjuna yang sedang menyanyi di telinga Karna---
"Akulah Arjuna~~ yang mencari cinta~~"
"Suaramu bagus. Saking bagusnya malah mengundang amarah Abah Hassan." Ucap Karna setengah mengejek. Setelah itu, Karna dan Arjuna saling tatap.
Blitz!!
Kenapa Shamhat melihat adanya percikan listrik yang beradu, ya?
Demi keselamatan jiwa, Shamhat melipir cantik keluar dari zona duo Mahabharata yang kurang harmonis ini. Pasalnya sensor Shamhat sudah mengatakan jika ia harus waspada akan terjadi-nya baku hantam.
"Shamhat, bisa tolong bantu disini?" Beruntungnya, panggilan dari Billy bisa jadi alibi Shamhat untuk melarikan diri.
"Aku datang!"
Shamhat berlari-lari kecil ke arah Billy, meninggalkan zona The Mad Tea Party yang sedang bergejolak.
---
----baru saja Shamhat mau mencatat pesanan tamu, ia kembali terganggu dengan kedatangan mahluk-mahluk kasta atas yang tiba-tiba terdampar di klub koran yang sebagian besar isinya hanyalah rakyat jelata. Rakyat jelata yang hobi nge-bolang.
"Gil, halo!" Shamhat melirik dua orang lain yang ada dibelakang Gilgamesh, "Halo juga Arthur, Arthuria!"
Arthuria melambaikan tangan pada Shamhat dan Tersenyum. Sementara Arthur sendiri masih menata hati karena dia jadi fobia makan cake. "Apa ada tempat kosong?" Tanya Gilgamesh.
Shamhat mengerjap. Melihat sekeliling, Shamhat menyesal tidak menemukan kursi kosong barang satu saja. "Sepertinya, kami penuh..." katanya.
"Yasudah, kalau bagitu dimana Enkidu?" Tanya Gilgamesh lagi.
"Enkidu, ya? Baru saja lima menit yang lalu ia pergi menuju panggung bersama Atha, Rei, Mashu, Galahad dan Mordred." Jawab Shamhat.
"Eh, mereka mau tampil sekarang?" Arthur mulai sewot.
Shamhat tersenyum, "Belum, kok. Di jadwal, mereka tampil setelah klub drama. Tapi katanya Atha dan yang lain sudah janji pada Nefertari kalau mereka akan menonton pementasan klub drama."
Gilgamesh menghela nafas, "Kalau begitu, aku menyusul mereka saja. Terimakasih, Shamhat."
"Kalau begitu, aku ikut! Aku juga sudah janji pada Rei akan menonton pentasnya." Ucap Arthur.
Arthuria ikut menimpali, "Aku ikut!"
🎉
🎉
🎉
"Uwaaaa ... disini berisik sekali!" Mashu menutup telinga-nya menggunakan kedua tangan. Tidak tahan mendengar suara tabuhan drum dari speaker.
Mordred melakukan hal yang sama seperti Mashu, "Wajar saja, kita kan ada di belakang panggung. Setidaknya suara bising disini lebih keras daripada di tempat-tempat lain."
Atha menambahkan, "Apalagi, Ash-senpai sedang berusaha menghancurkan gendang telinga penonton dengan genre musik yang nggak santuy!"
"Ayo cari Nefertari!" Kata Rei.
"Logika, Rei! Lautan manusia dengan berbagai macam kostum tumpah disini, akan sulit untuk mencarinya." Rutuk Galahad.
Rei memberengut, "Iya, aku tahu. Tapi kan disini lebih banyak anggota klub drama-nya. Sebentar lagi mereka tampil, kan?"
Atha menoleh ke segala arah, siapa tahu dia menemukan seseorang yang ia kenal. Sebuah keberuntungan jika yang Atha temukan Nefertari langsung. Tapi yang ada hanya orang-orang yang tidak Atha kenal. "Hei, kalian tunggu disini sebentar, ya. Aku lihat ke arah sana dulu." Katanya.
"Roger!"
---
----
Rasanya Atha sudah berjalan sampai ke ujung, tapi kenapa ia tidak menemukan Nefertari, ya?
Belum lagi jika dia kembali, ia harus melewati lautan manusia yang saking penuhnya, Atha harus rela bertubrukkan dengan mereka. Mungkin jika Rei yang ada di posisi Atha, gadis itu sudah terpental jauh karena tubuhnya terlalu mungil---Atha saja yang tubuhnya standar masih kewalahan.
"Balik lagi, deh..." Atha menghela nafas lelah.
Baru saja beberapa langkah ia melewati beberapa orang, Atha sudah ditabrak oleh seseorang dari belakang. Hampir terjatuh, untungnya tidak jadi. Itu karena seseorang---di waktu yang sangat tepat---menahan tubuhnya.
"Atha?"
---Charlemagne ada disana, tengah memegangi tangan Atha.
"Charlie-senpai?!" Atha mengerjap, "Eh? Benar, kan itu kau?"
Atha memerhatikan Charlemagne dari ujung kaki hingga kepala. Sialan. Kostumnya niat banget. Bahkan karena kostum itu, Atha jadi tidak mengenali Charlemagne---ia memakai baju zirah berwarna perak dengan atribut pendukung lain yang membuatnya terlihat lebih nyata.
Charlemagne terkekeh geli, "Kenapa? Aneh?"
Atha buru-buru menggeleng, panik. "Tidak, bukan itu! Kostum senpai terlalu niat, ya? Aku sampai tidak mengenalimu jika memakai kostum itu."
"Aku kan mendapat peran sebagai ksatria." Kata Charlrmagne.
Oiya, hampir lupa---
"Senpai, lihat Nefertari tidak?" Tanya Atha.
"Nefer?"
Charlemagne menoleh ke satu titik, "Itu Nefertari. Disana juga ada beberapa anggota klub drama lainnya."
Atha menyipitkan mata, "Mana?" Penghihatan Atha memang terganggu jika harus melihat dari jarak lima meter lebih, ending-nya malah muka rata.
"Disana!" Charlemagne menolehkan wajah Atha dengan menggunakan sebelah tangannya, "Kelihatan?"
"Ah, iya! Itu Nefer!"
"Mau kuantar kesana?"
"Aku panggil Rei dan yang lainnya dulu."
Charlemagne tersenyum, "Kalau begitu, aku akan mengawalmu ya, Nona kelinci."
"Tapi aku tidak perlu dikawal, senpai."
"Bagaimana jika kau terjatuh lagi?"
Atha mengerjap, "Kalau jatuh pasti kebawah, senpai. Kalau keatas namanya terbang."
Pffft!
"Sudah, ayo!"
Charlemagne buru-buru menyambar tangan Atha dan menariknya.
---
----
"Atha!! Rei!! Kalian semua datang!!" Nefertari heboh sendiri ketika melihat Atha dan yang lainnya muncul.
Rei melongo parah, pasalnya Nefertari benar-benar disulap menjadi seorang Putri yang ada di negeri dongeng. Gaunnya terlihat simpel tapi elegan---siapa dulu yang merancangnya, Shakespeares!
"Kau cantik!" Kata Mashu.
"Semangat, ya! Sebentar lagi giliranmu!" Tambah Galahad.
Mordred menggenggam kedua tangan Nefertari yang dingin karena gugup. "Nefer pasti bisa!"
"Ngomong-ngomong, dimana Ramses?" Enkidu tiba-tiba muncul di belakang Atha. Sedikit mengagetkan tentunya.
Pipi Nefertari merona merah, "I-itu Ramses..."
Mengikuti arah yang ditunjukkan oleh Nefertari, mereka menatap heran sosok laki-laki yang sedang didandani dipojok. Tubuhnya besar---bukan, tapi sengaja dibuat lebih besar. Sebagian wajahnya ditutupi oleh bulu, jadi jika Nefetari tidak menunjukkannya pasti mereka tidak mengenali Ramses.
"Totalitas..." gumam Rei.
"Ini masih dalam bentuk monster. Nanti saat berubah jadi Pangeran, beda lagi." Kata Charlemagne.
"Oiya, kalian tampil setelah kami, kan?" Tanya Nefertari.
Mashu mengangguk, "Ya, jadi maaf kami tidak bisa menonton kalian dari barisan penonton. Giliran kita terlalu berdekatan."
"Tidak masalah," Nefertari terkekeh, "Begini saja sudah cukup. Terimakasih ... berkat kalian aku jauh lebih tenang."
"Nanti do'akan kami juga, ya!" Kata Mordred.
Nefertari tersenyum, "Tentu!"
🎉
🎉
🎉
"Kalian ada disini juga?" Arthur mengernyit .
"Memang kenapa?" Tanya Tristan sok polos.
Gawain membela diri, "Mordred tampil setelah ini, kan? Aku tidak mau ketinggalan!"
"Hai Arthur-senpai!" Sapa Gareth.
Disamping itu semua, ada dua sosok lain yang tidak asing. Nyempil diantara para mahluk gaje---
"Halo Arthur-senpai, Gilgamesh-senpai, Arthuria-senpai!" Sapa Ritsu.
Disamping Ritsu ada Bedivere yang tersenyum masam, "Maaf tapi ... aku ditarik oleh mereka kemari."
Arthur tepok jidat. Jadi, jika mahluk-mahluk ini ada dibarisan penonton---dengan kata lain membolos dari tugasnya di klub---siapa yang meladeni para tamu?
"Jangan pikirkan yang lain dulu! Masalah klub lupakan saja sebentar. Kita lihat dulu pentas klub drama dan klub koran. Sepertinya seru." Kata Gawain.
Dasar syesyat!
---
----
Pentas klub drama dimulai.
Hampir seluruh penonton yang melihatnya terpukau dan berdecak kagum. Dari segi komposisi musik yang dipakai untuk mengiringi setiap scene drama sudah masuk kategori high level. Lalu soal percakapan antar pemeran juga sangat bagus. Kolaborasi antara Mozart dan Shakespeares dalam drama ini harus diacungi jempol.
Mungkin hanya Gilgamesh yang tidak fokus pada pentas drama yang sedang berlangsung dihadapannya. Dia malah sibuk mencari sosok alien yang bertelinga kelinci diantara kumpulan manusia yang ada di belakang panggung. Arthuria yang terus memerhatikan sikap Gilgamesh sejak tadi tidak bereaksi banyak, hanya cukup menampakkan sorot mata yang sulit diartikan.
Sampai di scene terakhir. Scene yang sangat ikonik dan paling sangat dinanti oleh para penonton. Scene saat si Buruk Rupa berubah menjadi Pangeran---
"Ini dia..." ucap Mashu setengah berbisik.
"Atha, minta tisu!" Ingus Rei sepertinya sudah mulai mencuri start keluar dari lubang hidungnya.
Si Buruk Rupa berubah. Semua penonton berdecak kagum. Apalagi saat Belle---Nefertari---memasang mimik wajah yang sangat natural ketika ia berpandangan langsung dengan si Pangeran.
"Kau lihat?" Bisik Enkidu pada Atha.
"Eh?" Refleks Atha menoleh pada Enkidu yang ada di sampingnya.
"Menurutmu, apa Nefertari disana hanya sebatas mendalami peran atau memang nyata?"
Atha tidak mengerti apa yang Enkidu maksud, "Aku tidak mengerti tapi ... bukannya memang Nefer itu mendalami peran, ya?
Enkidu tersenyum lagi, "Lain kali kau harus bisa membedakan, mana yang dibuat-buat dengan mana yang asli..."
"Maksudnya?"
Enkidu nyengir, "Yang kulihat disana, ada cinta di mata Nefertari dan Ramses. Dan saat ini, perasaan itu saling bersatu ... walau hanya beberapa detik."
---
----
"Kya---"
Ramses menangkap tubuh mungil Nefertari yang hampir saja terjatuh karena tersandung gaun yang dipakainya. "Kau tidak apa-apa?"
"Maaf, Ramses..."
"Nah, ayo." Ramses menggenggam tangan Nefertari dan melanjutkan langkahnya.
Apasih, Nefer! Kenapa setelah pentas tadi dirimu malah canggung pada Ramses? Nefertari segera membuang jauh-jauh perasaan aneh yang menumpuk di otaknya. Tapi tetap saja ritme jantungnya berdetak lebih cepat disetiap detiknya. Terutama saat Ramses menggenggam tangannya. Astaga!
"Syukurlah tidak terlambat!" Ucap Ramses.
"Yo! Penampilan kalian berdua sangat bagus tadi!" Kata Gilgamesh.
Arthur terkekeh, "Aku baru tahu kalau Nefertari berbakat dalam bermain seni peran. Penampilanmu tadi sangat luar biasa!"
"Nefer, tadi bagus sekali!" Kata Ritsu.
Adakah kantong plastik atau apapun yang bisa digunakan Nefertari untuk menyembunyikan wajahnya yang sudah semerah kepiting rebus?
Bedivere membuyarkan suasana, "Hei, mereka sebentar lagi tampil!"
---
----
Otak Rei blank secara tiba-tiba karena terlalu gugup. Bahkan ia lupa lirik lagu yang sudah mati-matian ia hafalkan selama berminggu-minggu. Bagaimana ini?
Mordred memegang tangan Rei, "Tidak usah gugup. Ingat kata Salieri-sensei---"
"---Lepaskan saja semuanya. Jangan pedulikan penilaian orang lain. Cukup nikmati permainanmu, maka itu sudah lebih dari cukup." Lanjut Atha.
"Rei, tenang ... kamu tidak sendiri." Mashu memegang tangan Rei yang satunya.
"Ayolah Alice! Jika kau gugup, bagaimana caranya dirimu mengalahkan Red Queen?" Tambah Galahad.
Enkidu yang berdiri di belakang Rei mengelus lembut puncak kepala gadis itu, "Biar kuberi kata-kata penyemangat ... banggalah pada dirimu sendiri."
Rei terkekeh. Setelah mendengar kata-kata bijak dari semuanya, beban Rei seakan menguap ke udara.
"Aku sudah siap. Terimakasih, semuanya!"
Terdengar basa-basi dari MC yang ada di atas panggung, Sheba dan Da Vinci.
Lalu tidak lama kemudian, klub koran dipanggil menaiki panggung.
"Band dari klub koran, kita panggilkan ini dia---
LTC!!"
🎉
🎉
🎉
🎵 Mili --- Ga1ahad and Scientific Witchery
Tebak, LTC singkatan apaan? 😂
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top