Who Are You?

Headline News

Ditemukan mayat seorang gadis dalam Rumah Sakit "X". Diduga penyebab kematian akibat racun yang disuntikkan ke dalam tubuhnya. CCTV telah dirusak, tak ditemukan petunjuk apapun baik sidik jari maupun jejak kaki.

--- *** ---

'Cukup!'

Taehyung meremas koran di hadapannya saat ini, membuat Namjoon keheranan melihatnya. Rasanya ia yang menangani kasus ini, kenapa jadi adiknya yang stres?

"Bro, kau baik-baik saja?"

"Hyung, aku rasa aku berangkat bersamamu saja hari ini."

"Kemana?"

"Kantor polisi."

...
..
.
..
...

Jimin melangkahkan kakinya, mencari keberadaan Yoongi yang saat ini tak diketahui keberadaannya. Bahkan Hoseok tidak mengetahui keberadaan gadis pujaannya tersebut.

Jimin melangkahkan kedua kakinya menyusuri koridor sekolah untuk mencari keberadaan Yoongi, gadis itu bagai hilang ditelan perut bumi. Jimin nyaris putus asa sampai tiba-tiba seseorang menabraknya dan membuatnya nyaris terjengkang.

"Ish! Siapa s- eh?"

Jimin terkejut saat melihat sosok yang ia kenali mendadak berlari seperti maling sandal yang dikejar massa. Dia adalah Lee Jeongsuk, preman kelas teri di sekolahnya. Seangkatan dengan Hoseok dan Yoongi, juga orang yang hobi membully murid yang tidak populer (sekelas Jungkook).

"Lho, Jimin-ssi?"

Jimin menoleh dan mendapati Jungkook di sana, gadis itu tampak kacau. Dengan seragam yang ternodai bercak tanah, rambut acak-acakan seperti orang gila, coreng-moreng pada wajah yang membuatnya terlihat seperti baru mengikuti tawuran. Namun, ada satu hal yang sempat Jimin lihat saat angin menyibak rambut lengan seragam Jungkook. Terdapat lebam di lengannya, tepat di bawah garis panjang lengan seragam.

"Kook, kau kenap- Ya!"

Jungkook melarikan diri entah mengapa, itu membuat Jimin keheranan. Ia agak kesal karena sedari tadi tidak mendapatkan kesempatan untuk menyelesaikam ucapannya. Satu hal lagi yang dapat membuatnya sangat terkejut adalah, ia melihat banyak sekali luka di betis Jungkook. Bahkan ada yang mulai mengeluarkan darah, membuat noda merah para kaus kaki putih Jungkook. Walau ada juga beberapa yang telah mengering, seolah luka itu kembali terbuka.

"Astaga! Sebenarnya ada apa ini?"

Jimin yang kebingungan mendadak mendapat tepukan pelan yang nyaris membuatnya menyikut orang tersebut, untung saja belum. Karena ternyata, orang itu adalah Min Yoongi.

"Kudengar kau mencariku, ada apa?"

Jimin segera menoleh ke kanan dan ke kiri, seolah takut terpergok oleh orang lain. Ia menarik lengan Yoongi, membawanya jauh dari sana.

"Kau ini kenapa? Seperti sehabis melihat hantu saja."

"Yoongi-a, apa kau melihat Jungkook tadi?"

Yoongi mengernyitkan keningnya, ekspresi wajahnya menunjukkan bahwa terlihat kebingungan. Setelahnya, ia menggeleng.

"Aku tak melihatnya, kenapa?"

"Aku.... ngg..."

Bingung, apa yang harus Jimin katakan? Haruskah ia mengatakan yang sebenarnya? Bisa apa ia tanpa bukti? Yoongi tak akan mempercayainya begitu saja.

"Kelamaan, giliranku yang bertanya. Kenapa kau mencariku? Setelah ini aku masih ada urusan, jadi cepatlah."

Ketus, tapi Jimin suka. Masokis? Itu sifat dasarnya jika berhadapan dengan Yoongi. Susah memang, menghadapi remaja yang sedang kasmaran.

"Aku merindukanmu."

Yoongi terdiam, wajahnya sedikit merona. Tapi segera ia tepis dengan wajah ketusnya.

"Penting? Sudahlah, aku harus per-"

Yoongi tak sempat menyelesaikan ucapannya saat tiba-tiba Jimin memeluknya.

"Kapan kau akan menyadari, perasaanku yang tulus ini padamu?"

Tuhan, izinkanlah Yoongi untuk meleleh sekarang. Mereka masih berpelukan karena tak ada satu pun yang berniat melepaskan pelukan itu, hanya saja Jimin tak menyadari bahwa setitik air mata lolos dari mata Yoongi.

'Maaf Jimin, aku tidak bisa. Tidak akan pernah bisa menerimamu, aku kotor. Namun terkadang, aku tetap membutuhkanmu sebagai sandaranku. Terima kasih telah mencintaiku, Jimin. Biarlah tetap seperti ini, bahkan jika itu harus memakan waktu selamanya.'

...
..
.
..
...

[ Flashback ]

Sesampainya di rumah, Jungkook menyadari semua orang menungguinya. Ayah, ibu, dan Wonwoo, semuanya duduk di ruanh tamu. Jungkook dengan takut-takut melangkah masuk, namun sang ibu langsung menarik lengan Jungkook dan mendorongnya ke tengah-tengah ruangan seolah ia siap di eksekusi.

"Apa-apaan kelakuan kamu, huh?"

Jungkook mengernyit kebingungan, ia tidak mengerti.

"A-aku tidak menger- AAKH!"

Rambut Jungkook dijambak kuat-kuat oleh sang ibu, sedang Wonwoo memandang malas kejadian tersebut. Ayah pergi menuju kamar, kelihatan tidak berminat dengan apa yang terjadi di hadapannya saat ini.

"Dasar anak durhaka! Sekolah tidak becus, tapi berani main gila rupanya! Dasar pelacur!"

Jungkool terkejut, apa-apaan maksud ucapan ibunya?

"Pe- apa?! Apa-apaan ini? Apa yang telah aku perbuat?!"

"Jangan pura-pura kamu! Wonwoo, mana fotonya?!"

Wonwoo berdiri dan menyerahkan foto itu, sang ibu mengambilnya lalu melemparnya tepat di wajah Jungkook. Gadis itu meraih foto tersebut dan terkejut dibuatnya.

Foto pertama menunjukkan bahwa dirinya sedang menjamah seorang pria yang tak ia kenali dalam keadaan tak berbusana, wajahnya seolah menunjukkan permohonan secara tersirat tuk disetubuhi.

Foto kedua, tampak dirinya sedang berciuman dengan penuh nafsu dengan pria lainnya. Berbeda dengan pria yang di foto pertama. Bahkan terlihat lebih erotis karena angle yang didapat begitu pas sehingga menambah kesan estetis sendiri di dalamnya.

Foto yang ketiga nyaris membuat Jungkool tersedak, foto itu adalah dimana Jungkook sedabg disetubuhi oleh dua pria sekaligus. Kali ini, kedua pria itu tak terlihat hingga Jungkook tak bisa membedakan pria tersebut dengan dua foto lainnya.

Demi Tuhan! Jungkook berani bersumpah ia tidak melakukan apa pun! Ia bahkan tidak pernah berdekatan dengan lelaki mana pun, tidak terkecuali Wonwoo. Bahkan ia dengan Wonwoo tidak sedekat itu, yang notabene adalah keluarga sendiri.

"Ini bukan aku! Aku berani bersumpah, aku tidak pernah melakukan ini!"

"Lalu siapa yang ada di foto, huh? Kembaranmu?"

"Eomma, oppa, percayalah! Ini bukan aku, aku bahkan nyaris tidak pernah keluar rumah!"

"Lalu, siapa laki-laki yang waktu itu mengantarmu pulang? Apa dia juga salah satu teman tidurmu?"

"Berhenti menghinaku!"

PLAK !!

Jungkook kembalu mendapati tamparan pada pipinya, namun kali ini Wonwoo lah yang melakukan hal tersebut.

"Kau berani menentang eomma?"

Nada dingin itu seolah merasuki diri Jungkook, Wonwoo terlihat begitu membencinya sekarang.

"Kau hanya tahu membuat malu keluarga, enyah kau dari rumah ini."

Ujar Wonwoo, tangannya hendak menyeret Jungkook keluar dari rumah sampai sang ayah menahan langkah putranya.

"Tunggu Wonwoo."

Ia membawa cambuk, sang ayah menarik Jungkook dan membawa gadis malang itu ke gudang diikuti sang ibu dan Wonwoo. Ia mengikat tangan Jungkook dan membalik gadis itu dalam posisi belakang. Tak butuh waktu lama hingga suara cambukan itu menyapa betis Jungkook dengan begitu kuat.

"AAKH! APPA, APPO!"

Cambukan itu tak kunjung berhenti, namun sang ibu dan Wonwoo justru menyeringai puas melihatnya.

"Dasar anak jahanam!"

SYAAT!

"Tidak tahu diri!"

SYAAT!

"Pelacur!"

SYAAT!

"Harusnya kami tak pernah menerimamu di keluarga kami! Kau aib dan beban kami!"

SYAAT!

"Matilah kau anak setan!"

SYAAT!

SYAAT!

SYAAT!

SYAAT!

SYAAT!

Jungkook nyaris tak bisa mendengar apa lagi makian yang dikeluarkan sang ayah padanya. Namun, sesudah itu, ayahnya meninggalkannya dan ibunya kembali mencengkeram lengannya yang sempat dicengkeram sebelumnya.

"Kau sudah tidak pantas berada di sini, pergi kau dari sini!"

Sang ibu menyeretnya keluar, disertai Wonwoo yang ternyata sudah menyiapkan barang-barang Jungkook dan melempar semua barang itu keluar tepat saat Jungkook sudah berada di luar.

"Ambil semua barangmu, pelacur! Bawa semua barang haram milikmu sebelum kami tertimpa sialnya!"

Tentu saja keributan itu membuat heboh para tetangga, mereka mengintip keluar dan mendengar makian itu dengan jelas. Semua orang sibuk membicarakan Jungkook.

"Jadi, Jungkook itu kupu-kupu malam?"

"Tch! Dasar perempuan najis! Baru anak sekolah, tapi sudah berbuat zina!"

"Orang tuanya terlalu baik, kalau aku jadi orang tua Jungkook sih langsung ku lempar saja dia ke pria hidung belang."

"Mujur nasibnya hanya diusir dari rumah."

"Kalau dia anakku, sudah kupukuli sampai mati!"

"Yang namanya pembawa sial, seumur hidup akan menjadi seperti itu."

Tak tahan mendengar hinaan lainnya, Jungkook segera melarikan diri ke dengan membawa barang miliknya. Isak tangisnya tak juga berhenti, hatinya terasa begitu sakit. Siapa yang tidak sakit hati coba difitnah seperti itu?

Merasa tidak memiliki tujuan lain, Jungkook pun memutuskan untuk pergi ke sekolah. Setidaknya, di sana ia bisa menumpang sejenak karena ia mengenal baik para ahjumma cleaning service di sana yang mungkin bisa membantunya.

Kaki Jungkook terasa begitu ngilu sehabis dicambuk, ia sudah tak sanggup melihat seperti apa luka di kakinya. Sesampainya di sekolah pun, ia tak menemui seorang pun ahjumma. Ia hanya bertemu satpam yang biasa menjaga pintu, satpam itu terkejut melihat Jungkook yang kembali ke sekolah dalam keadaan urakan.

"Astaga, kau tidak apa, nak?"

"Ahjussi, boleh menumpang di sekolah ini tidak? Kumohon."

Jungkook sampai jatuh berlutut, memohon akan tempat untuk disinggahi sementara waktu. Merasa iba, sang satpam akhirnya membiarkan Jungkook masuk. Satpam itu sudah cukup berumur, jadi ia sedikit demi sedikit merasakah ke khawatiran seolah Jungkook adalah putrinya. Namun, begitu mendengar penjelasan Jungkook, rasa amarah memuncak dalam dirinya.

"Ya ampun! Tega sekali orang itu! Karena perbuatannya, kau harus menderita seperti ini. Malang sekali nasibmu, nak."

Jungkook tersenyum lalu ia pun segera menggeleng, wajahnya berusaha tuk kembali ceria.

"Tidak juga ahjussi, setidaknya aku lega aku bisa bercerita pada ahjussi saat ini."

Sang satpam tersenyum, ia menepuk pucuk kepala Jungkook seperti memanjakan anak kucing.

"Kamu memang anak yang baik, sayang orang tuamu tak menyadarinya."

Satpam itu terpekur sejenak. Seolah tersadar akan suatu hal.

"Lalu, bagaimana rencanamu ke depannya, nak?"

"Entahlah, aku rasa aku perlu mencari pekerjaan. Apa ahjussi tahu kenalan yang sedang membutuhkan lowongan?"

"Hm... ada sih, tapi ahjussi tak yakin. Sedang mencari lowongan pengurus rumah, lokasinya juga tak begitu jauh dari sini."

"Benarkah?! Dimana ahjussi?"

"Nanti ahjussi tanyakan lagi ya, kalau kamu memang mau nanti ahjussi tawarkan."

"Terima kasih ahjussi!"

Jungkook melakukan pose hormat dengan senyum kelinci khasnya, membuat sang ahjussi tertawa melihatnya.

"Lebih baik kamu tinggal dulu saja di UKS, nyalakan saja AC dan lampu jika kau takut gelap. Ahjussi yang akan menjelaskannya pada pihak sekolah."

"Apa tidak apa, itu merepotkan ahjussi."

"Tidak, nak. Sudah sana, katakan saja jika ada yang kau butuhkan. Sekarang segeralah tidur, semua perlengkapanmu ada di dalam koper itu bukan?"

"Ya, sepertinya kamarku benar-benar dikosongkan oleh keluargaku. Bahkan barang yang ku kunci di dalam laci saja, juga ada di dalam koper ini."

Wajah sang ahjussi mendadak murung mendengar ucapan Jungkook, ia tak terbayang betapa banyak luja yang harus Jungkook tampung di dalamnya.

"Kalau begitu, aku pergi dulu ahjussi. Selamat malam."

"Selamat malam, nak. Mimpi indah."

Jungkook masuk ke gedung sekolah dan memasuki ruang UKS, ia mengunci pintu ruang UKS tuk berjaga-jaga dan hanya menyalakan AC ruangan. Ia tidak berani menyalakan lampu, lagi pula cahaya bulan sudah dirasa cukup baginya. Setelah membenahi dirinya sedikit, Jungkook beranjak tidur di atas brankar kasur di ruang UKS. Perlahan matanya menutup dan kegelapan menerpanya, bersiap tuk menghadapi hari esok.

--- *** ---

Jungkook bangun seperti biasa dan segera membenahi diri, bersiap untuk menjalani hari sekolah. Ia menggendong ransel dan berjalan menuju kelas setelah menitipkan barang lainnya pada ahjussi yang baik hati. Namun, baru saja ia sampai mendadak sebuah tangan menjambak rambutnya.

"Eh~ masih punya muka tuk pergi ke sekolah ya?"

Nada manja menyebalkan yang disuarakan salah satu musuh bebuyutan Jungkook terdengar. Mereka memang kebetulan juga berada di kelas yang sama.

"A-apa mak-"

"Halah! Nggak usah banyak alasan, deh!"

Sosok lain muncul, ia adalah Kim Jongin yang pernah menabraknya waktu itu. Ia menghampiri Jungkook dan mengibaskan beberapa lembar uang dihadapannya.

"Segini kurang tidak?"

Tanyanya dengan nada menghina, Jungkook langsung menyadari apa maksud mereka.

"Itu fitnah! Aku tidak pernah m-"

"Bawa dia!"

Jongin memerintahkan teman-temannya (re: budak-budaknya) untuk menyeret Jungkook. Mereka menanggalkan tas gadis itu di depan kelas dan menyeret gadis itu menuju sebuah koridor yang memang jarang dilewati oleh penghuni sekolah. Koridor itu memang berada di area terluar sekolah, tak heran jika jarang dilewati.

"Sekarang jujur saja, sudah berapa banyak pria yang kau ajak tidur, hm?"

Jungkook masih berusaha melepaskan diri, namun usahanya tentu sia-sia. Justru mereka menjambak rambut Jungkook kuat-kuat.

"Apa mereka bermain kasar juga denganmu? Wah, lihat saja betis mulusmu itu."

Jongin melepas ikat pinggang yang ia gunakan, lalu tanpa aba-aba ia langsung menyabet betis Jungkook dengan ikat pinggang itu hingga membuat Jungkook menjerit kesakitan.

"Ah, sakit ya? Kupikir nikmat."

Jongin kembali mencambuki kaki Jungkook dengan gesper miliknya, teman-teman Jongin juga menyumpal mulut Jungkook dengan kain agar suara jeritan gadis itu teredam.

Jungkook terlihat kacau sekali, dirinya tak menyangka dalam semalam kehidupannya bisa sehancur ini. Terutama saat Jongin sudah puas memukulinya, kali ini dirinya menatap Jungkook dari atas ke bawah seolah menilai gadis itu. Ia menarik dagu Jungkook agar menatapnya.

"Kalau dipikir-pikir, kau ini cukup cantik dan seksi juga."

Jongin menatap lekat wajah Jungkook, dirinya pun segera menyeringai seolah mendapat pencerahan.

"Bagaimana jika kau kembali melakukannya lagi? Maksudku, memuaskan pelangganmu selama ini. Aku akan membayarmu, tergantung seberapa hebat kau melakukannya."

Jungkook membelalakkan mata terkejut dan semakin heboh memberontak saat mereka mulai mencoba tuk membuka pakaiannya, mendadak sebuah batu kerikil menyapa kepala Jongin.

"Hei! Siapa yang melakukannya?!"

Hening, sampai batu lainnya satu per satu mengenai teman Jongin lainnya dari arah yang berbeda-beda.

"Kurang ajar! Siapa yang bera-"

SYUUT!

Nyaris saja anak panah itu menancap di pelipis Jongin, namun anak panah itu justru menancap di tanah yang saat ini menjadi tempat Jungkook yang terbaring mengenaskan. Terdapat sepucuk surat dengan tulisan darah di sana.

...

Kalau kau berani melakukannya, ku pastikan tidak akan ada hari tenang bagimu.

...

"HAH! Hanya ancaman picisan! Beraninya hanya surat-suratan, tunjukkan dirimu kalau berani!"

SYUUT!

Kembali anak panah itu melesat, namun kali ini anak panah sukses menggores pipi Jongin hingga meneteskan darah segar di sana.

...

Apa kau sungguh ingin mengetahui siapa aku? Jika iya, maka kau akan menyesalinya bung. Mengenalku, berarti mati.

...

Tak butuh waktu lama sampai panah ketiga menancap di tanah.

...

Kuberi 10 detik, lewat dari itu maka katakan selamat tinggal pada dunia.

...

Takut akan ancaman itu, mereka segera kabur meninggalkan Jungkook. Jungkook segera berdiri berniat mencari tahu siapa yang telah menolongnya, namun ia tak menemui siapa pun.

'Aneh.'

[ Flashback Off ]

...
..
.
..
...

Gadis itu menggebrak meja di hadapannya, melampiaskan amarahnya pada meja tersebut.

"Apa maksud anda melakukan ini?! Anda menyeretnya dalam masalah ini, dia tidak ada sangkut pautnya!"

"Oh tentu saja dia ada, dia orang yang dicintainya."

"Tidak cukupkah anda menyeret saya saja?"

"Tck tck tck, kau sungguh tidak tahu cara berbisnis rupanya."

"Anda keterlaluan!"

"Begitulah sebuah bisnis berjalan, aku memiliki caraku sendiri untuk menjalankan apa yang kuinginkan. Kepalang tanggung, lebih baik dilanjutkan saja. Lagi pula, ada yang akan melindunginya."

"Saya sudah bilang bukan, dia bukan orang sembarangan yang mudah dikelabuhi."

"Itulah tugasmu, lakukan sebaik mungkin agar ia tak mengetahui kejadian ini."

"Kau gila!"

"Memang, karena jika tidak, aku tidak akan pernah bisa membangun semua ini. Kerjakan apa yang telah kutugaskan padamu, setelahnya akan kuurus. Perjanjian kita masih sama, aku tak akan menyakitinya selama kau tidak ceroboh."

Gadis itu terlihat enggan, tapi ia tetap memasang wajah dinginnya.

"Tepati janjimu itu. Karena kalau tidak, kau juga sudah tahu konsekuensinya."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

( A/N )
FAST UPDATE YEAY! Percaya ga sih kalo author bilang author bikin chapter ini dalam sehari XD. Chapter ini sebenarnya udah selesai pas Selasa, 3 Oktober 2017 tapi author postnya telat T^T.

Curcol dikit nih, author agak galau._.

Btw, author minta maap karena menghilang setelah beberapa hari karena author sibuk aje gile T^T

Dan juga, author lagi depresi pas hampir setengah dari notes author ilang T^T. Yang ke backup cuman sampe tanggal 6 Juni 2017, otomatis hampir setengahnya ilang dan jujur author pen nangis pas liatnya. Karena semua story author yang terbaru otomatis ikut ilang juga T^T.

Apa ada yang pernah penasaran kenapa author pertahanin Lovasket sama crita author ada yang double?

1. Karena Lovasket itu cerita pertama author, jujur aja walu itu ke discontinue tapi buat author yang namanya pertama kali itu spesial. Author ga sanggup deletenya T^T

2. Yang Stuck With You, itu sebenarnya ada kesalahan teknis dari sananya. Jujur aja, setelah semua berakhir author kemungkinan aku ngehapus Stuck With You yang ceritanya kepisah ama 21st Century Girl. Kenapa? Karena author baca semua komen dan itu membuat author menghangat, walau cuman random chat tapi author seneng karena tetep ada yang Vomment. Tapi kalau author tetep ga tega, author mungkin ga akan apus dua2nya.

Ekhem... author tahu ini agak melankolis dan ga penting banget. Soalnya, author seneng ternyata tetep ada yang vomment walau cuman sedikit~ terima kasih semua yang udah setia ^^

Sama buat oppa, eonnie, dongsaeng, dan bestie here. Miss u and ily too ~ sry to make u guys worried XD

Banyak sih yang pen author obrolin, tapi nanti malah jadi crita baru dong ? XD

Also thanks for 100 followers and 450+ readers! ^^

As always, quotes! ^^


Also, Happy Halloween !!

31st Oct' 2017

Newest picture
Inspired : The Recall by rainbow_bangtan

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top