I'm The One
'Satu hal yang tak akan pernah kau ketahui adalah sisi gelapnya yang sesungguhnya.'
Seokjin melangkahkan kakinya menembus gelapnya malam, ia harus menemuinya dan memintanya untuk mengembalikan dirinya. Tak ada seorang pun di jalan tersebut, kecuali dia sang perantara.
"J?"
Sosok itu melangkah dari kegelapan. Walau tak terlihat jelas, tapi postur tubuhnya terlihat. Orang itu berpakaian serba hitam, mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki.
"Dimana dia?"
"Apa yang perbuat padanya?"
"Aku tak sengaja merusak miniatur unicorn miliknya, ia meletakkannya di pinggir meja hingga akhirnya terjatuh dan pecah berantakan."
Orang itu diam tak bergeming, ia memandang Seokjin dengan tatapan skeptis.
"Kau dokter psikiaternya, kenapa kau tidak bisa mengurusnya dengan baik?"
"Demi Tuhan, aku tidak sengaja! Kau tahu sendiri bukan seperti apa dirinya? Ia ceroboh dan sensitif, lebih baik kau lepaskan dia sekarang."
Orang itu bergerak untuk mengambil pisau miliknya, namun Seokjin tidak gentar. Ia sudah biasa melihat hal tersebut. Bukan pertama kali baginya juga saat orang itu mengancungkan pisau tepat di lehernya.
"Kau tahu, kan? Dia adalah aset berharga untukku, masa depan bisnis ini ada di tangannya. Jika kau gagal melindunginya, maka dia..."
Orang itu secepat kilat melempar pisau tersebut dan akhirnya menancap di wajah sebuah foto yang ditempel di sebuah papan dart.
Foto orang itu.
"Dia yang akan mati pertama kali."
Perkataan orang bernada dingin itu berhasil membuat Seokjin menggigil, wajah dokter itu memucat.
"Bertahanlah sebisamu, dan jangan coba-coba melarikan diri."
Orang itu memanggil seorang pengawalnya untuk membawa 'sang pasien', Seokjin menjemputnya dan memasuki kendaraan pribadinya.
"Apa ia kembali memukulimu?"
Diam, hanya bunyi kipas AC dan mesin mobil yang menyahut.
"Aku minta maaf, mulai saat ini aku akan mengurusmu dengan baik."
"Apa tidak apa?"
Seokjin menoleh, orang itu sedang menatap dirinya. Seokjin kembali memalingkan wajah ke jalanan.
"Apa maksudmu?"
"Kau sudah berkeluarga, apa tidak apa aku tetap merepotkan dirimu?"
"Setidaknya aku tidak tega melihatmu dipukuli oleh ayahmu, lebih baik kau menetaplah di panti rehab. Tidak ada yang tahu kau berada di sana bukan?"
Orang itu menggeleng, sempat hening beberapa saat hingga...
"Kau tahu, aku menyukai seseorang sejak kecil. Tapi, ia tak pernah menyadari keberadaanku. Ia sederhana, aku sangat menyukainya. Tapi..."
Senyuman itu luntur, digantikan ekspresi amarah yang sanggup membuat bulu kuduk Seokjin berdiri hanya dengan merasakan auranya.
"Ia lebih memilih bersamanya. Aku tidak terima, apa pun yang terjadi dia milikku."
Matanya kali ini melirik Seokjin, membuat empunya sadar dan menoleh saat lampu lalu lintas berwarna merah. Mata itu menggelap, seolah ada tirai yang menutupi kecerahan di mata itu sebelumnya.
"Apa ya kira-kira, cara terbaik untuk membunuhnya?"
...
..
.
..
...
Suara sol sepatu menggaung di koridor sekolah, orang itu berjalan dengan penuh wibawa. Tapi sesampainya di pintu kelas tersebut, ia membanting benda mati itu hingga menggetarkan hati juga botol minum yang kebetulan berada di dekat sana.
"HAHAHA! APA KALIAN SENANG MELIHATKU?!"
Semua orang melongo parah, tak ada yang menyangka orang itu akan bergabung dengan mereka.
BLETAK!
"BERANI-BERANINYA KAMU MEMBUAT KERIBUTAN DI KELAS SAYA?! KELUAR!"
--- *** ---
Semenjak kejadian pagi itulah, kantin dipenuhi dengan berbagai ocehan mengenai orang tersebut. Tak ada satu pun yang tak membicarakan dirinya, termasuk orang yang duduk di hadapannya saat ini.
"Kau gila, huh? Seenaknya saja menerobos masuk saat pelajaran Mr. Lee, kau lupa kalau dialah yang membuat kita semua menulis 20 essay tentang manfaat tusuk gigi saat kita tak sengaja memecahkan jendela ruang guru?"
"Tentu aku ingat! Tugas itu membuatku nyaris gantung diri. Bahkan aku juga menuliskan, 'tusuk gigi bisa digunakan untuk dijadikan korek kuping dadakan'."
Jungkook baru tahu ternyata Taehyung sebodoh itu. Namun di saat putus asa, segala hal akan dihalalkan. Termasuk hal konyol dan bodoh lainnya.
"Hei, jangan buat dirimu terlihat bodoh kawan. Kau ini, memalukan sekali."
Hoseok, menimpali sembari menjitak kepala Taehyung. Tapi hanya ditanggapi dengan cengiran oleh empunya kepala.
"Sesekali boleh lah, hyung."
"Sesekali? Bukannya sering?"
"Astaga, bisakah kalian berhenti berdebat?"
Ucapan Jungkook berhasil membuat mereka semua terdiam membisu. Jungkook sendiri tak habis pikir mengapa ia bisa terjebak di meja yang sama dengan mereka. Ini semua karena Taehyung yang menyeretnya, lagi pula kantin sangat ramai. Awalnya ia pikir tak masalah daripada tidak dapat tempat, tapi ia menyesalinya sekarang.
"Kita hentikan saja topik ini, ngomong-ngomong kalian tahu berita terbarunya? Gadis yang waktu itu menjahili Jungkook, kemarin kecelakaan lho!"
Telinga mereka seolah berdiri setelah mendengarnya.
"Serius? Jangan asal bicara Jim, memang kau tahu dari mana?"
"Enak saja! Aku tahu dari gosip sih, tapi memang orang tua anak itu memberikan surat izin. Kudengar tangannya sampai putus dan rambutnya sampai harus diplontos!"
Wajah ketiganya terkejut. Terutama ekspresi Jungkook, Taehyung sempat kebingungan namun ia menepis pikiran itu dan memfokuskan dirinya pada Jimin.
"Chim, kau tahu dia di rumah sakit mana sekarang?"
"Entah, tapi stampel di suratnya ada nama rumah sakitnya. Aku lupa namanya."
Taehyung menghela nafas kecewa, tapi Hoseok yang belum bisa memuaskan rasa penasaran pun bertanya banyak. Tapi pertanyaan itu akhirnya terhenti hingga suara Jungkook terdengar.
"Apa itu sungguh sebuah kecelakaan?"
Pertanyaan itu membuat mereka merenung. Tapi berbeda dengan Taehyung, ia justru menatap Jungkook tajam.
"Kenapa kau bisa seyakin itu?"
"Aku tidak mengenal baik dirinya, namun aku cukup tahu kalau ia adalah orang yang penuh ketelitian dan kehati-hatian."
"Bagaimana kau bisa tahu semua itu?"
"Aku cukup sering memperhatikannya."
"Untuk apa?"
Jungkook mendadak tampak tersinggung, ia menatap Taehyung datar.
"Apa kau menginterogasiku?"
"Apa kau merasa diinterogasi?"
Jungkook terlihat menghela nafas menahan kekesalan, ia beranjak sembari membawa buku bacaan miliknya tanpa berniat menoleh pada ketiganya.
"Tae, apa itu barusan?"
Jimin tentu keheranan karenanya, tak luput Hoseok pun terlihat seperti itu.
"Entahlah, aku hanya... Argh sial! Aku akan mengejarnya!"
Jimin melongo, sedangkan Hoseok mengerutkan kening sembari matanya mengikuti arah kepergian Taehyung.
"Dia kenapa, sih?"
"Entah."
...
..
.
..
...
[ Jungkook POV ]
Marah? Tentu saja! Hey, aku hanya mengungkapkan apa yang ada dipikiranku. Maksudku, yah bisa saja itu tak disengaja, tapi tidak menutup kemungkinan ia itu disengaja bukan?
Aku bukannya sombong tapi aku sangat pandai mengobservasi, aku tak bodoh untuk tak menyadari betapa banyak musuh gadis itu. Dibalik popularitasnya, sudah mengantre juga orang yang ingin membinasakannya.
Aku tak bohong tapi sumpah demi apapun yang ada di dunia ini, gadis itu luar biasa menjengkelkan. Ia sangat... bagaimana menyebutnya? Sensi? Semacam itulah. Sedikit kesalahan sanggup meledakkan seisi sekolah atau tempat yang saat itu disinggahinya saat ia mengomel. Tapi aku tak bisa menyalahkannya, orang tua Anne dikenal berdisiplin tinggi dan tingkat keperfeksionisitas mereka sudah mencapai level maksimal. Tak heran jika anaknya juga seperti itu, bukan?
Sebenarnya aku cukup membencinya, aku rasa ia kesal karena merasa tersaingi olehku. Ayolah, aku bukan seorang yang perfeksionis. Hanya kebetulan semua kulakukan dengan rapi hingga membuatku terlihat lebih perfeksionis dari dirinya, memangnya aku tahu kalau ia akan dimarahi kedua orang tuanya karenaku? Marah saja sana sama orang tuamu! Kau pikir hidupku saat ini kurang rumit?
Belum lagi oppa-ku Jeon Wonwoo, beruntung sekali ia memiliki kepintaran dan segala yang tiada tara dalam dirinya. Aku hanya seorang bertubuh gempal dengan tinggi... cukup ideal, sih? Menurut beberapa orang yang pernah bertemu denganku. Namun, masa depanku suram. Apa yang bisa dimiliki oleh seorang anak sepertiku?
Belum lagi Taehyung, apa-apaan dia itu? Apa dia mencurigaiku? Demi segala kasus pembunuhan di novel detektif yang kubaca, aku berani sumpah belum pernah menemukan fenomena ini. Hanya karena kau mengungkapkan kemungkinan lain, kau justru dituduh pelaku dan diinterogasi terang-terangan di depan orang lain.
Eh, bukannya tidak ada juga sih? Tapi situasi dan kondisinya berbeda, dan intinya aku kesal!
Lupakan topik ini, aku sedang membawa diriku menuju halaman belakang sekolah. Daerah kekuasaanku, sekaligus tempat paling anker. Aku tak paham darimana unsur ankernya, jujur saja aku tak pernah menemui mahluk astral lainnya di sini. Yah, kecuali yang saat itu. Ku kira ia mahluk astral sungguhan, tapi kurasa lebih baik menemui mahluk astral sungguhan.
"Jungkook!"
Astaga, jantung! Kumohon tenanglah, kenapa kau selalu berdetak seperti orang gila hanya saat mendengar atau melihat dirinya? Ini agak tidak normal, tapi kejadian itu membuatku banyak merasakan hal aneh. Apa ini karena aku takut padanya? Jujur saja, reputasinya yang menakutkan cukup membuatku selalu gemetar saat melihatnya. Tapi rasa takut itu agak berkurang bebelakangan ini.
"Kook, hei..."
Ia menarik tanganku menahan laju kakiku. Rasanya lagu 2PM sedang disetel di dalam hatiku. Listen to My Heartbeat 😂.
Oke, fokus Jungkook. Kenapa aku justru melantur begini? Dulu boleh saja aku terlihat seperti pengecut dihadapannya, tapi tidak kali ini. Aku mengadahkan kepala berusaha menatapnya tajam, namun nyaris menciut nyaliku saat menatap matanya yang seolah sanggup mengulitiku saat ini juga.
"Aku tak bermaksud, kay? Hanya saja aku sedang banyak pikiran, lalu automatically berkelakuan kasar."
Hah! Dia pikir aku bodoh rupanya, mana bisa aku ditipu oleh ucapan manisnya?
"Haha, oke. Tapi bisa tolong lepaskan tanganku sekarang?"
Menyadari maksud ucapanku, ia segera melepaskan genggaman tangannya padaku. Aku berbalik tanpa menyadari bahwa ada orang lain dihadapanku hingga aku pun tak sengaja menabrak dirinya. Orang itu adalah Kim Jong In.
"Apa-apaan sih kau ini? Minggir! Ganggu orang saja!"
Jong In mendorongku hingga aku menabrak dinding di belakangku. Aku sudah biasa diperlakukan seperti ini, namun sepertinya orang yang sedang berada di dekatku tidak.
"Hei,"
Jong In terlihat agak gentar saat melihat keberadaan Taehyung yang sempat tak disadarinya. Namun ia memasang wajah galak, seolah dengan begitu akan menutupi kebusukannya.
"Oh maaf kawan, aku tidak me-"
BUGH!
Oke, tanpa kusadari aku ingin sekali ngakak saat ini.
"Tak perlu dilanjutkan, aku muak mendengar suaramu. Pergi sana."
Aku sedikit terharu mendengar bahwa ia membelaku, namun baru ku sadari gengsiku setinggi langit. Aku justru terlihat kesal dan berusaha meninggalkannya, namun ucapan itu tetap saja lolos dari mulutku.
"Terima kasih."
Setelah itu, aku pun menghilang dari hadapannya.
[ Jungkook POV End]
...
..
.
..
...
[ Taehyung POV ]
Aku tahu aku bodoh, tak usah diperjelas lagi. Bisa-bisanya aku begitu saja mencurigainya? Aku sungguh naif.
Kalian tentu kepo bukan dengan apa yang kudapati kemarin bersama Namjoon hyung saat terjun langsung ke penyelidikan? (Yang membuatku merelakan uang jajanku demi persyaratan Namjoon hyung, membelikan dia kacamata hitam keluar terbaru yang harganya setara sepatu PUMA keluaran terbaru. Aku gagal mendapatkan sepatu itu karena dirinya).
Jawabannya adalah, tidak ada yang ku dapatkan di sana. Aku tidak bermaksud membuat kalian kecewa kawan.
Aku sudah menemukan petunjuk Bunny JK itu, namun tentu saja belum cukup. Kami menelusuri satu ruangan penuh, ternyata, gadis bernama Anne Go Shujo ini memiliki turunan darah Jepang. Namanya memang cukup aneh untuk nama orang Jepang. Dari penyelidikan ini juga, kami menemukan petunjuk lain, ia sempat menuliskan sebuah nama :
'Ken Go Shujo'
Kami mencari sisilah keluarganya dan ternyata itu adalah nama kakak laki-lakinya yang meninggal 10 tahun yang lalu. Kami mengalami jalan buntu hingga akhirnya memutuskan untuk menggantungkan kasus ini tuk sementara waktu.
Berarti saat ini, satu-satunya petunjuk yang ku dapat hanyalah Bunny JK. Semalaman aku memikirkan nama ini, JK terasa familier di telingaku. Namun, hanya satu nama yang terus menggaung di telingaku yaitu...
Jung Kook
Tidakkah kalian merasa ini begitu aneh? Nama itu begitu jelas, bahkan tambahan bunny itu pastilah karena gigi Jungkook yang bunny teeth (bukan karena aku memperhatikan giginya lho, lagi pula memang giginya maju kok. Tapi ia terlihat imut).
Yah, itu keanehan pertama. Maksudku, jika si pelaku memang memiliki nyali sebesar itu, bolehlah. Satu hal lagi, Ken Go Shujo. Itu sedikit mengganjal sebenarnya, seperti apakah wujud sang kakak itu?
Jeda usia Anne dengan sang kakak itu 5 tahun. Ken meninggal pada umur 6 tahun, berarti saat itu Anne baru berumur 1 tahun (aku lupa menjabarkan ini rupanya). Anne mengetahui mengenai kakaknya, namun kami tak menemukan apa-apa.
Tidakkah kalian merasa aneh juga? Biasanya dalam sebuah keluarga, terdapat yang namanya album foto. Namun, kami tak menemukan apa-pun, sekalipun itu foto Ken kecil. Lalu, darimana Anne tahu soal Ken?
Alm. Ibunya kah? Andai beliau masih hidup, pasti ada yang bisa kami tanyakan padanya.
Aku merasa ayah mereka itu aneh, sikapnya dingin sekali. Mungkin seperti yang dirumorkan, orang tua Go itu sangatlah temperamen. Mungkin sifat mereka menurun dari ayahnya?
Yang pasti saat ini, kami hanya bisa menunggu Anne sadar dari komanya yang entah kapan itu. Ngomong-ngomong, agar tidak membingungkan kalian, Anne lah yang tadi dibicarakan Jimin.
Aku tahu, aku berbohong. Bertindak tidak mengetahui apa pun dan berpura-pura baru mendengarnya. Aku belum bisa mempercayai siapa pun, mereka semua mencurigakan. Apa lagi, menurut Namjoon hyung, pelaku dari kejahatan ini sebagian besar mengincar siswa/i di sekolah ini. Otomatis, pelakunya pasti juga orang di sekitar sini. Entah guru, office boy, atau kemungkinan terbesarnya adalah murid sekolah ini sendiri.
Intinya ini semua memusingkan, dan belum sampai di sana. Aku baru sadar kalau aku sudah membolos satu jam pelajaran demi mencari bukti di sekitaran sekolah. Well, tak sepenuhnya membolos sih. Tadi aku izin ke toilet, tapi adakah orang yang izin ke toilet hingga satu jam pelajaran? (Ada sih, kalau panggilan alam kan lain cerita).
Oke, menurut penyelidikanku. Pastilah ada sesuatu yang bisa menjadi petunjuk mengenai kematian Anne, -eh?- tunggu, dia belum mati (amit-amit!). Apakah ia sempat diancam atau hal lainnya, hasilnya ..... nihil. Jujur, ini menyebalkan sekali.
Sudahlah! Lebih baik aku kembali masuk kelas saja, begini-begini aku sudah masuk kelas A. Otomatis, nilai eksitensiku ikut dipertaruhkan. Semakin sering aku membolos, maka guru-guru akan semakin bersenang hati menendangku kembali ke kelas E. Aku tak sebodoh itu mengorbankannya, bung.
Namun, baru tiga langkah aku berbalik. Aku mendengar suara semak berdesis. Aku sedang berada di taman sekolah, tak heran ada keberadaan semak. Yang membuatku heran adalah, sebuah pisau. Aku berani sumpah, ada sebuah pisau teracung tadinya. Namun, aku berusaha menepisnya dan segera menuju kelasku. Bukan karena aku takut, tapi tidak lucu kalau aku mati konyol saat berada di sekolah.
[ Taehyung POV End ]
...
..
.
..
...
Kakinya melangkah perlahan, mendekati sosok dihadapannya. Bukan perlahan untuk mengendap, melainkan ekspresinya yang begitu tenang membuat siapa pun yang melihatnya merasa gentar.
Tangan kanannya memegang sebuah jarum suntik, ia berpakaian layaknya seorang suster dengar masker putih di wajahnya. Rambutnya digelung dan disembunyikan di balik topi putihnya.
Perlahan namun pasti, ia mengangkat jarum itu. Menusukkannya pada sang pasien di atas brankar itu, lalu berbalik dengan ekspresi wajah tenang.
Tepat saat ia menutup pintu ruangan tersebut, elektrokardiogram menunjukkan flat line.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
( A/N )
HEY GUYS! 😂😂
Waduh, udah berapa lama FF ini author tinggal coba? T^T
Maap saya telat banget update karena tugas sekolah lagi gila banget. Author juga belom kelar PR neh T^T, kemaren baru pulang Bina Iman juga~
Btw, ada yang sadar ga cerita ini mulai menyimpang banget dari aslinya? XD. Ini mendadak jadi FF misteri ya? Padahal awalnya family angst T^T, maapkeun kawan-kawan.
Misterinya aslinya udah author bikin perpecahannya, tapi sekarang author lagi otw bikin kerangka ceritanya. Ada angst sih tetep, tapi agak beda genre nantinya. Semoga reader-nim suka^^
Thx buat kalian yang tetep setia sama cerita ini, 사랑해 ~
Feel free to gimme critics and else~
And as always, I still love to quoting XD. Not much like before, but hope u guys love it ~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top