Cermin #6: Bintang

Bintang yang sama tak akan jatuh untuk kedua kalinya--Anonymous

Aku ingin menjadi anak-anak. Aku bisa menyanyi lagu Bintang Kecil sambil berteriak lantang. Tidak akan ada yang menghakimiku. Ayah bahkan akan memelukku saat aku menjadi bintang kelas dalam setiap ujian semester. Ayah akan duduk di sampingku, merangkul, dan menceritakan keberhasilanku kepada Ibu yang katanya sudah menjadi bintang. Ayah selalu menunjuk bintang paling terang sebagai simbol ibu.

Sekarang, aku ingin bertemu Ibu. Di atas balkon kamar Ardia, aku menatap ke langit yang seakan dipenuhi pecahan kaca. Aku bertanya-tanya, apa Ayah bertemu dengan Ibu dan menjadi dua bintang yang mengawasiku?

Aku ingin sekali mereka memelukku saat rapuh seperti ini. Tak berdaya seorang diri. Suamiku, Nawa belum kembali sejak siang. Dia sangat marah saat pergi dan itu membuatku ketakutan.

Untungnya, saat pertengkaran kami terjadi, Ardia tidur sangat pulas. Seakan bocah itu memberiku jeda dan waktu untuk diriku sendiri. Aku menoleh ke jendela kaca melihat keberadaan Ardia dari sini. Semua masih aman dan bisa kukendalikan, kecuali perasaanku.

Kata Resha, aku bisa menanyakan pendapat ibuku walau sudah meninggal. Berarti, sekarang aku bisa bertanya kepada Ayah dan Ibuku yang sudah menjadi bintang. Bintang-bintang itu akan berkedip satu kali jika berkata iya dan berkedip dua kali jika berkata tidak. Apa aku harus melakukan itu?

"Apa menurut Ayah dan Ibu aku siap meninggalkan Nawa demi Ardia Bintang Nugroho?"

Aku terus mendongak berharap dua bintang itu berkedip satu atau dua kali. Namun, awan pengarak hujan bergerak menutupi sebelum aku mendapat jawaban itu.

30 okt 2022

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top