Cermin #4: Janji

Sumpah! Terjebak dua janji yang menuntut ditepati, sama seperti dipaksa memakan buah simalakama. Dan, aku tak bisa memilih keduanya.

___

Aku pernah bersumpah akan selalu ada buat Nawa. Aku tidak akan seperti orang tuanya. Namun, aku juga bersumpah kepada Resha aku akan bahagia. Sampai detik ini, aku bahkan tidak tahu apa yang kurasakan. Atas janjiku kepada Nawa juga Resha.

Tak pernah dimungkiri, saat bersama Nawa aku merasa utuh. Hanya saja di satu titik, suamiku itu sangat menakutkan. Jejak perbuatannya bisa kulihat ketika aku becermin.

Tanda merah di leher, bekas tancapan gigi di telinga. Dan mata bengkak dikelilingi warna ungu kehitaman. Rasa perihnya membuat air mataku terus mengalir. Aku mengamati diriku sendiri dan mengingat semua sumpah yang kuucapkan atas nama Tuhan.

Aku sudah mendapat sumpah serapah yang terdengar bodoh dari Nawa. Dia menganggapku sangat murahan dengan membela Resha di depannya. Sekarang, Nawa membuktikan bahwa aku telah berkhianat dengan memilih Resha. Padahal tidak, aku tidak memilihnya. Aku hanya ingin cara Nawa memandang Resha berubah. Sahabatku tak seburuk itu. Namun, semakin aku membelanya, semakin buruk aku di mata Nawa.

Menepati sumpahku kepada Nawa, otomatis melanggar sumpahku yang lain.

Aku sama sekali tak bisa memilih di antara Nawa dan Resha. Keduanya berarti dengan cara yang berbeda. Aku bersumpah, aku telah menyesal mengambil sumpah-sumpah itu. Saat aku mengambil cutter dari kotak riasku dan menempelkannya ke pergelangan tangan, Ardia menangis. Tangisannya sangat keras sampai aku tersadar, ada hal lain yang harus aku perhatikan.

Dengan cepat kuambil segenggam tisu dan menghentikan pendarahan secepat mungkin. Aku berjanji akan hidup. Demi Ardia!

28 Okt 2022

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top