Cermin #1: Aku Bisa Menolak!

"Berpisah bukan untuk menyerah, melainkan memberi dia masa depan cerah. Itu lebih baik daripada menahan hati yang tercabik."--Shannara

Aku bisa menolak demi dia.

"Dua detik terakhir bisa mengubah hidupmu," kata Resha. Kedua tangannya sudah meremas telapak tanganku seakan dengan begitu dia bisa menyerap semua duka yang aku alami. Kuhindari tatapan matanya yang menghanyutkan. Entah sudah berapa kali Resha berusaha membujukku.

Berpisah adalah pilihan terbaik!

Aku hanya menggeleng mantap. Itu hanya pendapat sepihak Resha saja. Sejak awal, dia tidak menyetujui hubunganku dengan Nawa.

"Ini hanya kecelakaan kecil," kataku. Kuharap bisa menyembunyikan getaran suara diujung kalimat. Seakan aku sedang meyakinkan seseorang. Entah itu Resha atau diriku sendiri. "Nawa tak bisa mendapat hukuman seberat itu untuk hal ini. Aku bisa menahannya."

"Kamu masih bisa memilih, Shana."

"Resha, aku sudah memilih. Aku mempertahankan rumah tangga demi Ardia," jelasku dengan penekanan di setiap kata. "Aku bersumpah bisa memaafkannya."

Resha tak menjawab, dia menatapku dengan sorot mata penuh kepedihan dan kekecewaan. Aku memilin ujung rambut, menenangkan diri, dan memberi afirmasi positif semampu yang aku bisa: Nawa tidak bersalah, dia tidak seperti kakekku yang suka mendorong ayah. Nawa berbeda!

Apa aku salah mengambil keputusan? Bisa saja aku salah mengambil keputusan. Seketika aku diliputi keraguan yang pekat. Selama ini, aku pikir wanita yang hebat adalah mereka yang bertahan dalam biduk rumah tangga. Namun, bagaimana jika keputusan bertahan hanya menghancurkan batasan saja? Semakin lama hanya sebuah pemakluman untuk sesuatu yang salah. Menormalisasi sesuatu yang tidak benar. Bagaimana jika Resha benar, berpisah adalah keputusan terbaik?

Ardia alasanku bertahan.

Apa keamanannya akan terjamin? Apa anak semata wayangku akan dibesarkan di lingkungan keluarga yang toksik? Aku yakin bisa mengambil keputusan terbaik.

💫💫💫

25 okt 2022

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top