05. 24 di Jam 24

"Selamat ulang tahun Galang" sebuah notifikasi dari sosial media meluncur di layar gawai, bersama dengan suara lagu yang semua orang tau.

"Happy birthday to you, happy birtday to you, happy birthday, happy birthday, happy birthday to you."

Ibu jarinya menekan balon itu, membuatnya terlempar postingan 15 tahun lalu saat usiaku masih 9 tahun. Sebuah fotoku dengan Ben yang saat itu kami masih sekolah dasar. 

Memakai topi ulang tahun yang terbuat dari kardus murah. Kue dengan krim berlebih yang berlebih pula rasa manisnya, tidak heran kalau nenekku segan memakannya. Maafkan cucumu ini ya nek, yang tidak tahu diabetes itu apa. Sekarang aku tahu kalau itu penyebab kematian nomor satu di dunia. Mungkin nenek salah satu orangnya, telat sekali informasi penting datang.

Nenek di surga, semoga, mungkin sedang mengataiku sekarang. 'Sukurin hampir kena diabetes, karma is real, bro.' ya tidak seperti itu juga. Hanya terjemahan bebas tapi kamu tahu maksudku.

Takut tambah dewasa
Takut aku kecewa
Takut tak seindah yang kukira
Takut tambah dewasa
Takut aku kecewa
Takut tak sekuat yang kukira

Oh ya, Beni memberikan hadiah mainan mobil-mobilan. Yang mana, Beni lebih menginginkannya dibanding aku. Bahkan pernah suatu ketika dia mencurinya. Tidak terbayang bagaimana perasaan orang tuanya saat itu. Kemana mainan itu sekarang? Ibuku dengan memaksa memberikannya ke adikku. Pasti sekarang sudah rusak atau hilang entah kemana.

Balon notifikasi baru muncul. Masih dari media sosial, hanya beda platform.

Beni
P
Gas?

Aku
Gas, baru beres kerja ini

Beni
Otw, sekalian beli

Aku
Yang murah aja, ya
Belom gajian

Beni
Aman

Aku sudah dewasa. Aku sudah kecewa. Memang tak seindah yang kukira. Aku sudah dewasa. Aku sudah kecewa. Memang tak sekuat yang kukira.

Melihat jawabannya membuatku reflek mematikan gawai. Tiba-tiba tersadarkan dengan realita yang gelap, baik kiasan atau harfiah. Wajar, pukul 11 malam. Teman kerjaku juga setengahnya sudah pulang, setengahnya dikantor. Entah lembur, nunggu hujan, atau memang tidur di kantor karena kos terlalu mahal. Mengingatkanku dengan Om yang tidak bisa hadir saat ulang tahunku yang ke 11.

Aku memberanikan diri untuk menerobos hujan, bermodalkan ponco plastik yang mudah rusak. Jam 11 malam, ditambah dengan hujan adalah kombinasi yang membuat jalan sepi. Nyaris seperti di film scifi yang kutonton di ulang tahun yang ke 10, dimana manusia tiba-tiba hilang dari bumi.

Walaupun begitu, ancaman akan selalu ada. Saat berumur 7 tahun, ada teman yang mengundangku ke ulang tahunnya. Itu adalah ancaman, untuk aku dan orang tuaku. Temanku ini tipikal anak orang kaya, Mamah bingung ingin beli hadiah apa karena jika jelek, ada kemungkinan jadi bahan gosip ibu-ibu. Aku juga bisa jadi diejek oleh si mpunya acara.

Namun semakin umur bertambah, ancaman naik level. Hujan memang sudah berhenti, tapi jalan sepi malam hari selalu mengundang begal. Ibu kos pernah jadi korbannya, dia akhirnya dilarikan ke rumah sakit dan melewatkan ulang tahun anaknya di sana. Padahal masalah ini sudah ada dari mamah hamil tua. Bayangkan, 24 tahun sudah berlalu, pemimpin sudah berganti 5 kali, masalahnya tetap sama. Tidak heran jika pesta ulang tahun partai diwarnai aksi massa.

Tempat kerjaku dengan kosan berjarak cukup jauh, butuh waktu satu jam perjalanan. Kenapa bisa sejauh itu? Pertama, aku sudah bayar kosan 9 bulan. Kedua, aku dipindahkan ke kantor lain. 

Akhirnya sampai ke kos. Sudah ada Beni di sana, lengkap dengan botol anggur.

"Sedap nih," sapaku.

"Wah, selamat ulang tahun dan pulang lembur, kawan. Eh, gelas dimana ya?"

Kubantingkkan tubuh ke kasur selagi menujuk ke laci kecil. Jangan heran kalau Beni tiba-tiba di kos, aku memberikan kunci duplikat.

"Eh, jangan tidur dulu, besok kan libur, anggur ini juga gak akan habis kalau diminum sendiri. Lagian, sudah 5 tahun kita gak kayak gini." Beni membuka botolnya dan menuangkannya ke dua gelas.

Yah, beginilah pesta ulang tahunku. Kue diganti minuman keras, hadiah diganti dengan obrolan dan rasa terbang. Begitulah perayaan ulang tahun ke 24, di jam 24:00.

🍀🍀🍀

Penulis: Cacinggrama

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top