Vlogger [ III ]
Judul: Vlogger
Karya: Karung Goni
Empat orang remaja baru saja turun dari kapal. Mereka merencanakan pembuatan konten di sebuah pulau yang _katanya_ terlarang. Siapa saja yang pergi ke sana tak akan pernah kembali. Begitu rumornya.
"Ayo, kita rekam mulai dari sini," ucap Putra-laki-laki yang memegang kamera.
"Boleh aja, kita mulai petualangan!" Reza berseru girang. Keempat remaja itu mulai berjalan perlahan sambil memperlihatkan kondisi sekitar ke arah kamera.
Mereka mendekati sebuah jembatan kecil yang terbuat dari bambu. Perlahan-lahan mereka melangkah berharap bambu yang mulai lapuk itu tak runtuh dan membuat mereka terjatuh ke rawa.
_"Putra!"_ sebuah suara memanggil membuat seluruh teman Putra menoleh, namun tidak dengan si pemilik nama.
"Put, lo denger barusan ada yang manggil lo gak? Suaranya cewek, Bro," tutur Rayga sambil menepuk pundak temannya. Putra hanya mengedikkan bahu sambil melanjutkan langkah dan berbicara ke arah kamera.
_"Reza!"_ Lagi-lagi suara yang sama membuat semua menoleh, kecuali Putra. Reza memegang leher yang terasa meremang.
"Itu suara siapa, sih, bercanda mulu dari tadi." Reza berjalan lebih cepat menyusul Putra dan ikut ke dalam rekaman laki-laki itu.
"Konon katanya, siapa aja yang ke tempat ini gak bisa balik lagi. Apakah kita bisa balik. Yuk, kita lihat aja setelah petualangan ini usai!" Putra terlihat bersemangat tanpa merasa terganggu dengan sekitar. Dia tak memedulikan teman-temannya yang terus mengoceh sepanjang perjalanan karena adanya suara wanita asing yang memanggil.
"Satu lagi, katanya kalau ada yang manggil kita gak boleh noleh. Terus, kalau merasa terganggu kita harus berusaha sesantai mungkin. Maka dari itu gue sejak tadi anteng-anteng aja," ucap Putra membuat teman-temannya terbelalak.
"Kenapa lo gak bilang dari tadi!" Tristan terlihat kesal pada temannya itu. Putra hanya terkekeh pelan dan melanjutkan menyusuri tempat-tempat di sana.
***
"Yakin ini jalannya?" Reza bertanya saat melihat adrenalin yang akan mereka lewati. Hanya ada sebuah kayu besar yang menjadi penghubung untuk tiba di seberang, sementara di bawahnya masih rawa-rawa.
"Memangnya mana lagi? Emang ini doang, 'kan?" Putra mulai meniti jalan perlahan diikuti yang lain. Tanpa dia sadari, temannya mulai menghilang satu per satu.
"Alhamdulillah, kita akhirnya sampai!" Putra mengarahkan kamera pada pemandangan sekitar. Masih tempat yang suram, penuh oleh pohon bakau, dan menyeramkan.
"Kalian gak bangga?" Putra menoleh ke belakang saat merasa tak ada seruan dari teman-temannya. Dia menyapu pandangan ke seluruh tempat, namun nihil. Dia tak mendapati seorang pun temannya.
"Kalian ke mana, woi? Jangan bercanda!" Putra berteriak mencari teman-temannya. Setelah beberapa lama, dia tetap tak menemukan keberadaan yang lain.
Putra berjalan tak tentu arah hingga akhirnya tiba kembali di kapal-masih dengan kamera yang menyala. Laki-laki itu masuk dan ternganga saat mendapati hal yang dicari. Reza, Rayga, dan Tristan tengah tertidur di dalam kapal seolah tanpa beban.
"Kalian ngapain di sini? Kapan baliknya?" Suara Putra membuat ketiga temannya terbangun. Mereka mengerjap-erjapkan mata berusaha menetralkan cahaya.
"Udah sampai?" tanya Reza setengah sadar.
"Apa maksud lo? Gue nyari lo sama yang lain dari tadi," ucap Putra tak habis pikir.
"Kita tidur dari tadi, 'kan?" tanya Tristan bingung. Putra mengecek kembali hasil rekamannya berpetualang tadi. Kakinya terasa lemas membuat dia terduduk di atas kapal.
"Apa ini?!" Reza hampir saja melempar kamera Putra saat melihat laki-laki itu merekam sekitar seorang diri dengan pemandangan tiga hantu berlumur darah di belakangnya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top