Susahnya Cari Kerja [ II ]
Judul : Susahnya cari kerja
Oleh : Tembok hitam
Rama menghela napas, lagi-lagi lamaran pekerjaannya ditolak oleh perusahaan dengan alasan sedang tidak membutuhkan karyawan. Wajah lelahnya sangat terlihat, sudah seharian ini ia pergi mencari pekerjaan. Namun, sampai malam pun dia belum mendapatkannya.
"Lebih baik pulang saja dulu, Pak, besok baru cari lagi. Ini sudah malam, pasti orang rumah menunggu Bapak," ucap Junedi—satpam di perusahaan tersebut.
Rama kini tengah berada di pos satpam, dia menerima tawaran Junedi untuk beristirahat terlebih dahulu.
Rama bergumam, "Justru itu, mereka pasti menunggu kabar bahagia dari saya. Saya takut, ketika saya pulang, mereka kecewa karena tidak mendapat kabar yang mereka tunggu. Anak saya juga sebentar lagi sekolah, dapet biaya dari mana kalau saya tidak kerja?"
"Hidup memang keras, Pak. Terkadang, Tuhan memberi kita cobaan agar kita lebih berusaha lagi, sabar, dan terus berdoa," Rama menoleh karena ucapan Junedi.
Lelaki itu tersenyum, dia akhirnya tersadar bahwa dia harus berjuang dan tidak boleh patah semangat. Ia yakin, Tuhan akan mengabulkan doanya.
"Besok-besok kalau ada lowongan kerja di sini, saya kabari, ya," ujar Junedi sembari menepuk pundak Rama.
Rama mengangguk dan berucap, "Terima kasih, Pak."
•••
Keesokan harinya, Rama kembali mencari pekerjaan dengan harapan dan semangat yang tinggi karena semalam saat ia pulang, senyuman dan kata-kata dari putrinya mampu membuat semangat itu berkobar.
"Ayah, yang semangat, ya, cari kerjanya. Dina yakin, Allah akan kabulkan doa kita kalau Ayah semangat. Dina janji, deh, gak akan nakal dan banyak jajan."
Rama memasuki perusahaan demi perusahaan, tetapi hasilnya tetap sama—sebuah penolakan. Lelaki itu menghela napas, jika sampai sore nanti ia belum mendapatkan pekerjaan juga, mau makan apa ia dan keluarganya besok?
Saat pikiran itu masih berkelana, tiba-tiba matanya menangkap beberapa orang yang sedang mengangkat karung beras untuk dimasukkan ke dalam truk. Akhirnya Rama memutuskan menghampiri mereka.
"Maaf, Pak, apa di sini ada lowongan pekerjaan?" tanya Rama pada salah satu orang di sana.
"Ah, kayaknya ada, tapi jadi kuli panggul kayak saya. Kalau mau, coba masuk ke dalam toko, tanya sama yang punya."
Rama menatap orang itu yang sudah kembali mengangkat karung beras. Rama memejamkan mata, tidak ada pilihan, daripada anak dan istrinya tidak makan, lebih baik dia bekerja, walaupun hanya menjadi seorang kuli panggul. Toh, itu pekerjaan halal.
Memasuki toko dan menghampiri sang empunya, akhirnya Rama diterima bekerja di sana menjadi kuli panggul. Dia mengikuti yang lain, mengangkat karung-karung beras untuk dimasukkan ke dalam truk.
Keringat sudah membasahi tubuhnya saat hampir satu jam dia melakukan pekerjaan itu di bawah teriknya sinar matahari. Tak mau mengeluh, walaupun pekerjaan itu sangat berbanding terbalik dari pekerjaannya dulu, kerja di dalam gedung sebagai pegawai kantoran.
"Rama?" Rama menoleh saat seseorang memanggilnya.
"Lo inget gue?" tanya lelaki berjas hitam yang tadi memanggilnya.
"Ardi? Lo Ardi temen SMA gue, 'kan?"
"Iya. Emmm ... lo kerja di sini? Bukannya lo kerja di kantor, ya?"
"Kantor tempat gue kerja bangkrut, jadilah gue begini, daripada gak kerja, 'kan?"
Ardi tersenyum. Dia menepuk pundak Rama. "Wah, kebetulan banget. Salah satu staf di perusahaan gue ngundurin diri kemarin, lo bisa gantiin dia. Gue percaya kinerja lo."
Rama terkejut. Ya Allah, apakah ini jawaban atas doa dan usahanya? Alhamdulillah.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top