Petualangan Apa?!

Judul: Petualangan Apa?!
Karya: Masker Murah

Anastasius menghela napas. Ia sangat bosan dengan kegiatannya selama di kampung halaman. Ia pun terpikirkan untuk mengajak saudaranya yang sama-sama dari Jakarta. Namanya Calius.

Mereka sudah berjanji akan berjalan-jalan melepas penat di bukit belakang rumah Anastasius. Jangan meremehkan, bukit di belakang rumah Anastasius mempunyai rumor seram. Salah satunya adalah rumor bahwa, bukit ini sering membuat pendatang baru tersesat dan tidak bisa pulang ke rumah.

Singkat cerita, mereka sudah sampai di bukit itu. Calius sudah berkali-kali ke sana, jadi dia sudah sedikit hapal denah bukit itu. Sedangkan, Anastasius baru pertama kali ke sana.

Mereka mulai berjalan. Awalnya jalan yang mereka lewati datar, semakin lama jalan yang mereka lewati semakin menukik.

"Lius, apa lo yakin kita lewat sini?" tanya Anastasius dengan wajah datar.

Calius mengangguk-angguk. "Bener, kok."

"Eh, katanya, bukit ini sering bikin orang-orang hilang. Emang, iya?"

"Hem, sebenernya enggak juga, sih. Biasanya yang kayak gitu, ya, karena kejebak di perangkap pemburu dan gak bisa selamat. Jadi ...."

"Jadi, kebanyakan mati dimakan manusia lain?"

Calius menghela napas karena jawaban Anastasius. "Bukanlah, orang-orang itu hilang karena pemburunya udah gak ada lagi. Jadi, bukit ini banyak perangkap yang belum ditutup---"

Sebelum menyelesaikan perkataannya, Calius terperosok jatuh ke dalam lubang setinggi, kira-kira empat meter. Anastasius bergerak cepat. Ia langsung memegang tangan Calius.

"Lepasin tangan lo!" teriak Calius di sisa tenaganya.

"Gak! Gue gak bakal lepasin tangan gue!"

"Lepas---"

Karena pijakan kaki yang tidak kuat, Anastasius pun ikut terjatuh ke dalam lubang itu. Mereka berdua terjatuh dalam lubang yang sama. Lebih parahnya lagi, hari sudah mulai malam saat itu.

"Salah lo, kenapa gak lepasin tangan gue?!" tanya Calius berapi-api.

"Emang gue keliatan orang yang enggak setia kawan?"

"Setia kawan, pala lo peyang! Kalo tadi lo selamat, seenggaknya bisa manggilin orang buat bantu kita!"

Anastasius mengangguk-angguk. Ia sedikit merasa bodoh. Kemudian, ia melihat ponselnya untuk melihat, apakah ada orang yang bisa dia hubungi.

"Lo pikir, sinyal bisa masuk ke sini?!" sarkas Calius menatap Anastasius tajam.

Calius mendecak-decak tak keruan. Ia duduk, lalu berdiri, duduk, lalu berdiri lagi. Wajahnya tidak bisa menyembunyikan dirinya yang sedang khawatir dengan keadaan mereka saat ini.

Anastasius menatap tajam Calius. "Eh, lu bisa tenang dikit, gak, sih?! Ke sana kemari kek orang kesetanan. Duduk, duduk aja. Berdiri, berdiri aja. Bikin gue pusing aja."

Calius menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia kemudian duduk di samping Anastasius. "Gimana bisa tenang, coba? Kita jatoh di perangkap gini. Kalo kita mati, gimana? Gue belom punya istri, Na."

"Santai aja, dari tadi GPS di ponsel gue nyala, kok. Tinggal nunggu orang yang nyari kita."

Calius menggeleng tak percaya melihat reaksi Anastasius yang sangat tenang, bahkan terlihat tidak berusaha keluar. Ia kemudian mencari cara agar bisa naik dari jebakan pemburu itu.

Anastasius memperhatikan gerak-gerik Calius.  Pemuda itu rupanya sedang mengambil batu yang dia temukan di salah satu sisi lubang. Calius kemudian membuat bentuk seperti bulatan-bulatan.

"Lagi apa lo?" tanya Anastasius penasaran.

"Gue lagi bikin pijakan buat naik ke atas."

Anastasius berkedip-kedip tidak mengerti. Namun, entahlah, dia ikut mengambil batu yang dia temukan, lalu ikut membolongkan tanah---yang untungnya tanah lunak.

Belum selesai sampai atas, mereka berdua telah menyerah karena kelelahan. Mereka berharap keajaiban terjadi. Namun, sampai mereka tertidur, tidak ada yang datang menolong kedua pemuda malang itu.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top