Pertolongan dari Allah [ III ]

Judul: Pertolongan dari Allah
Penulis: Halifah Allah

Lari Hafsyar menjadi melambat. Ada apa? Apakah ia lapar? Aku segera memberhentikan langkahnya.

“Kau lapar, kawan?” tanyaku.

Ia hanya diam, sesekali menatapku. “Kau pasti lapar. Lihatlah, di sana ada rerumputan yang hijau. Setelah kau memakannya, kau pasti akan kenyang. Bukankah begitu?” ujarku.

Aku turun dari punggungnya, lalu menuntunnya mendekati rerumputan.

“Makanlah, Hafsyar.”

Ia memakan rerumputan dengan sangat lahap. Sepertinya memang benar, ia lapar.

“Berburu?”

Suara itu, aku pernah mendengarnya. Aku segera melihat sekitar. Aneh, aku tak menemukan siapapun. Ketika kudengar suara kuda ku meringkik, aku segera berbalik badan.

_“Assalamu'alaikum_, Yang Mulia ... pangeran Akbar Afhsy.”

Ah! Ternyata, dia! Sudah kuduga, dia pasti tidak akan membiarkanku pergi sendiri.

“Zara?! Apa yang kau lakukan!? Turun dari Hafs--”

“Tidak menjawab salamku?” potongnya.

_“Waalaikumussalam,_” ucapku.

“Kenapa hanya pergi dengan Hafsyar? Meninggalkanku di Istana Ratu? Hmm,” cetusnya.

“Berburu sangatlah berbahaya untuk seorang putri raja. Kau mengerti?” cibirku padanya.

“Oh, sayang sekali aku tidak mengerti, Yang Mulia,” ledeknya.

Aku hanya menggelengkan kepala. Putri itu memanglah menyebalkan! Aku sudah beritahunya berulang kali, sayang sekali sepertinya ia menutup telinganya.

“Pergi dan pulanglah ke Istana Ratu. Mengerti?”

“Oh, aku mengerti,” katanya.

“Bagus,” sela ku.

“Aku mengerti. Kalau Istana Ratu hanya tempat untuk para ratu. Bukan untuk seorang putr--”

“Kau akan menikah denganku setelahnya kau bisa tinggal di Istana Ratu. Puas!?” cibirku kesal.

“Sangaaaat puas, Yang Mulia,” ejeknya sambil turun dari Hafsyar.

====

_Sabar Ya Allah, sahabatku ini memang menyebalkan,_ batinnya.

Ia hanya menarik nafas, lalu membuangnya. Segera melangkah pergi meninggalkan Zara.

“Eh, mau ke mana?” tanyanya.

"Bukankah kau janji hari ini akan mengajarkanku memanah? Kenapa melanggar?”

_“Dan penuhilah janji. Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya” (QS. al-Isra/ 17:34)_

“Aku lupa. Kalau begitu, biar aku ajarkan,” ucap Akbar. “Pegang.” Akbar memberikan busur panah kepada Zara.

“Lalu?”

“Lalu ....” Akbar berdiri di belakang Zara dan menaruh anak panah pada tali busur panah. “Sekarang tarik secara perlahan sampai batas daun telingamu ....”

Zara menarik tali beserta anak panah. “Sudah, lalu?”

“Satu ... dua ... tiga ...,” ucap Akbar, "lepas!”

_Sttttttttt!_

Zara melepas anak panah, dan tepat sekali mengenai sasaran ....

“Kau bercanda? Itu rusa!?” ucap Zara tak percaya, ia bisa memanah.

“Aku sudah lihat sedari tadi.” ujar Akbar.

Netra Akbar begitu was-was saat hatinya benar-benar tidak merasa aman. Zara yang melihat Akbar begitu was-was, heran.

“Akbar? Kenap--”

“Zara, naik. Sekarang juga,” perintah Akbar sambil menunjuk ke arah Hafsyar.

Tanpa lama, Zara segera berjalan cepat menuju Hafsyar lalu naik ke atasnya.

Seekor harimau tiba-tiba turun dari atas pohon. Aumannya membuat Hafsyar meringkik dan berlari kencang. Sedangkan Akbar masih tertinggal di sana.

“Akbar!” teriak Zara.

“Pergilah!” seru Akbar.

Hafsyar berlari dengan sangat kencang, sampai-sampai Zara tak terlihat lagi oleh Akbar.

====

Aku ingat, dahulu aku pernah ditantang hewan pemangsa sepertimu. Saatnya aku kembali bernostalgia pada masa-masa itu.

Yah, hanya ada pedang. Sayangnya busur panah dan anak panahku di tangan Zara. Raut ganas harimau, aku bisa melihatnya --- nampak jelas.

Perlahan dengan kakinya ia melangkah mendekati. Sedangkan aku, mencoba untuk fokus agar harimau itu tak berhasil menerkamku untuk dijadikan sebagai santapannya.

====

“Ya Allah! Hafsyar! Berhenti!” ketusku.

Akhirnya, Hafsyar berhenti juga. Menyebalkan! Akbar pasti dalam bahaya, aku tidak bisa membiarkannya sendirian di sana. Segera aku arahkan Hafsyar --- menuju arah Akbar berada.

====

Sesekali tangan besarnya siap mencakarku. Namun, aku mundur. Pedangku siap menghunus ke arahnya. Benar saja, aku berhasil membuat harimau itu tumbang. Namun, ternyata ... tidak semudah itu.

Satu tangannya berhasil membuat pedangku terlempar jauh. Allah, apa yang harus kulakukan?

_Sttttttttt!_

Satu anak panah melukai tubuh harimau.

Aku sempat terkejut, siapa yang memanah? Kenapa bisa setepat itu? Tanpa lama-lama, aku segera pergi.

“Akbar!” panggil seseorang.

Saatku melirik ke arah kanan, ternyata itu Zara --- yang masih menunggangi Hafsyar. Cepatlah aku berlari dan duduk menunggangi Hafsyar.

“Pegangan yang erat, Zara!” ujarku lalu mengarahkan Hafsyar pergi berlari kencang.

Karena terlalu kencang berlari, banyak sekali anak panah yang terjatuh.

Belum mencapai titik penghabisan --- ternyata, harimau itu belum kalah, ia mengejar kami dari arah samping! Zara tiba-tiba mengarahkan busur panah dan anak panah pada harimau tersebut.

_“Bismillah ....”_

_Stttt!_

Anak panah tersebut melesat. Hanya tinggal satu anak panah lagi.

“Zara, hanya tersisa satu,” kataku tak yakin.

“Aku tahu,” katanya.

Sekali lagi, Zara mencoba untuk fokus. Gerakan lari cepat harimau tersebut memanglah sulit. Namun, Zara tidak menyerah. Ia masih tetap fokus. Hingga pada akhirnya ....

_“Bismillah ....”_

_Stttt!_

Bersamaan dengan tombak yang entah dari mana datangnya --- akhirnya harimau itu tewas. Aku segera memberhentikan langkah Hafsyar.

“Tombak dari mana, itu?” tanyaku.

====

_“Dan jika mereka berpaling maka ketahuilah bahwasanya Allah pelindungmu. Dia adalah sebaik-baik pelindung sebaik-baik penolong (Ni’mal Mawla Wani’man-Nashir)”_ (QS. Al-Anfal/ 8:40)

Tombak misterius itu layaknya pertolongan dari Allah.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top