Mencari Cincin
By: 34 Prince
Judul: Mencari cincin
Bel pulang sudah berbunyi saat dua puluh menit yang lalu, seharusnya Vernon sudah pulang di waktu itu juga. Tapi, karena ia harus mengumpulkan tugas ke ruang guru dan sampai sana malah diajak ngobrol dengan gurunya. Jadi, ia terpaksa membiarkan Karina menunggunya dalam waktu dua puluh menit itu.
Drrtt ... drrtt ...drrtt ....
Ponsel Vernon bergetar, menandakan ada panggilan masuk. Ia melihat nama yang menelponnya di layar ponsel.
Korona is calling ....
Udah gue duga, pasti dia, Batinnya.
Vernon pun langsung mengangkat panggilan tersebut.
"Hallo! Vernon udah belum ngegosip sama gurunya?!"
"Assalamualaikum."
"Ouh, iya lupa. Assalamualaikum! Lo di mana? Cepet ke sini, gue ada di halte sekolah."
Vernon berdecak pelan mendengar suara Karina yang begitu cempreng.
"Waalaikumsalam. Gue ke sana."
"Cepetan! Kalo gue diculik sama om-om, gimana?"
"Bodoamat!"
Vernon memutuskan sambungan telponnya. Lalu, ia melangkah ke parkiran untuk mengambil motornya. Setelah menemukan motornya, Vernon langsung menaiki motor itu dan menjalankan motornya menuju halte sekolah.
"Lama amat sih, lo!" seru Karina saat Vernon sudah sampai di halte.
"Pake helmnya," suruh Vernon sambil memberikan helm kepada Karina. Cewek itu mengambil helm dari tangan Vernon, lalu memakainya di kepala.
Vernon menjalankan motornya saat Karina sudah menaiki motornya. Tujuan mereka sekarang adalah hotel, tempat pernikahan yang mereka sudah datangi semalam. Mereka pergi ke sana untuk mencari cincin nikah milik Karina yang hilang di hotel itu.
Ya, cincin nikah Karina dengan Vernon yang hilang di hotel tersebut.
Satu jam lebih Vernon mengendarai motornya, akhirnya mereka sampai juga di hotel itu. Vernon dan Karina berjalan beriringan memasuki hotel yang terlihat mewah di luar, dan cantik di dalam.
"Permisi, saya mau izin pergi ke ruangan yang semalem dipake untuk pernikahan. Apa boleh?" izin Vernon dengan sopan.
"Kalo boleh tahu, ada keperluan apa, ya?" tanya wanita yang memiliki paras cantik itu.
"Saya mau mencari cincin teman saya yang hilang," balas Vernon sambil melirik Karina. Ada perasaan yang tidak nyaman saat Vernon mengatakan itu. Seingat Karina, dia adalah istri syahnya Vernon, bukan temannya.
Bicara tentang istri, Karina memang istri Vernon. Mereka menikah saat lima bulan yang lalu. Pernikahan mereka juga atas dasar perjodohan. Sebelum ibu Vernon meninggal dunia, beliau meminta agar anak bungsunya untuk segera menikah sebelum ia tiada.
Vernon bahkan masih tidak percaya sudah mempunyai istri di usianya yang masih sangat muda. Yang lebih tidak percayanya lagi, ia mendapatkan istri yang cerewet dan super duper menyebalkan.
"Ouh, silahkan," ucap wanita itu.
Vernon tersenyum lebar, "makasih."
Karina memutar bola matanya malas saat melihat Vernon tersenyum lebar pada pelayan hotel itu. Karina yang berstatus menjadi istrinya saja tidak pernah disenyumi seperti itu.
Vernon tersenyum tipis melihat wajah Karina yang sedang menahan kesal. "Ayo ke atas!" ajak Vernon sambil menarik tangan Karina. Karina tersentak kaget saat tangannya tiba-tiba ditarik oleh Vernon. Namun, ia mencoba untuk bersikap biasa-biasa saja.
Mereka sudah sampai di lantai lima, tempat yang semalam Vernon beserta keluarganya datangi. Dekorasi serta meja makan bekas pernikahan semalam masih terlihat sama seperti semalam. Sepertinya tempat ini belum dibereskan lagi.
Mereka mulai mencari cincinnya dengan dibantu oleh satpam. Vernon dan Karina mencari di lantai bawah, sedangkan satpam mencari di lantai atas.
Karina berjalan cepat sembari mengarahkan pandangannya ke sembarang arah. Sampai ia tak sengaja menginjak kulit pisang yang membuatnya terjatuh ke lantai.
Bruk!
Vernon segera menoleh ke belakang. Tawanya meledak saat melihat Karina yang meringis kesakitan.
"Orang jatoh itu ditolongin, bukan diketawain!" ketus Karina sembari memasang muka kesalnya.
Vernon segera menghampiri Karina sambil terkekeh pelan. "Mangkanya, kalo jalan itu liat-liat," ucapnya sambil membangunkan Karina.
Karina menatap malas cowok di depannya, lalu ia kembali melangkah mencari cincinnya. Vernon hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Karina.
Sepuluh menit kemudian, mereka belum lagi menemukan cincinnya. Begitupun dengan satpam, dia tidak melihat cincin di atas.
"Mungkin ada di rumah, coba diinget-inget lagi. Takutnya lupa naronya," sahut satpam itu. Sekarang mereka sedang berada di dalam lift akan ke lantai bawah.
Karina mencoba mengingat kembali, matanya memandang ke atas seolah-olah sedang berpikir. Vernon mendengkus pelan melihatnya.
"Semalem lo ngerasa ngelepas cincinnya, gak?" tanya Vernon yang sudah gemas.
Karina melirik Vernon dan satpam bergantian. "Gue baru inget dong! Semalem itu gue ngelepas cincinnya, terus gue taro di tempat sabun," ujar Karina.
Vernon berdecak kesal. Bersamaan dengan itu, pintu lift terbuka. Vernon langsung melangkah keluar lift dengan cepat saking kesalnya.
"Vernon tungguin!" teriak Karina. Sontak, orang yang berada di dalam hotel itu memandang Karina dengan wajah yang sulit diartikan.
Sedangkan Vernon, dia langsung berlari keluar hotel. Dirinya merasa dipermalukan oleh Karina. Awas saja jika sudah sampai di rumah nanti, ia akan buat Karina berlutut padanya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top