Diculik Wewe Gombel

Diculik Wewe Gombel
Karya: Mamamia Lezatos

Aminah---Ibu Putra---berdiri tepat di depan pintu menunggu kedatangan sang adik. "Tri, kok, Putra nggak pulang-pulang, ya?"

"Mungkin sebentar lagi, Bu."

Beberapa anak datang---berjalan dengan tergopoh-gopoh---mendatangi rumah temannya. Kebetulan sekali ada ibunya.

"B-bu, Putra udah pulang?" tanya Zaki dengan napas yang tersengal-sengal karena berlari.

Amunah mengerutkan keningnya bingung. "Loh, bukannya tadi sore dia izin buat main sama kalian? Terus Putranya ke mana?"

"Emm, sebenernya ... tadi kami main petak umpet bareng sama Putra, tapi dicari-cari malah nggak ketemu," ucap Bima ragu.

Aminah kaget mendengar penjelasan dari Bima. Masalahnya, hari sudah petang. Di mana keberadaan anaknya sekarang? Aminah masuk ke rumah meneriaki Putri.

"Putri ...."

"Kenapa, Bu? Putranya udah pulang?"

"Putra--"

"Iya, Putra kenapa?"

"Putra hilang, Tri."

"Ah, nggak mungkin. Main sama temennya kali, kan tadi sore dia izin buat main."

"Tapi Putra nggak bareng sama mereka."

"Hah? Gimana kejadiannya?"

Kepanikan melanda keduanya. Ibu dan Putri menanyai lebih lanjut mengenai kejadian itu pada Zaki dan Bima. Setelah itu, mereka datang ke Pak RT bersama warga untuk mencari bersama-sama.

Menurut info dari Bima dan Zaki, terakhir kali mereka bermain petak umpet di kebun. Saat itu yang bertugas menjaga Zaki, sedangkan lainnya berpencar dan bersembunyi. Semua berhasil ditemukan Zaki, kecuali Putra. Bocah-bocah itu berusaha mencari keadaan Putra, namun hasilnya nihil. Satu-satunya solusi ialah minta pertolongan dari orang dewasa, akhirnya mereka mendatangi kediaman Putra.

Warga-warga terus meneriaki nama Putra sambil membawa obor karena hari sudah berganti malam, sedangkan Ibu Putra terus menangisi anaknya.

"Putra, kamu di mana?"

"Putraaa."

"Put ...."

"Kamu di mana, Put?"

_Putra bingung ketika melihat segerombolan warga mencarinya, padahal ia sedang bermain petak umpet, bersembunyi di balik pohon._

_"Aku di sini!"_

_"Hey, aku di sini!" ujar Puta sambil melambai-lambai. Anehnya mereka seolah tak mendengar teriakannya maupun melihat dirinya._

"Putra, kamu di mana, Nak?"

Warga terus berpencar, bunyi kentongan dan teriakan itu terdengar jelas. Hari semakin malam, namun Putra belum ditemukan. Tanpa disadari mereka, Putra ikut menangis ketika dirinya seolah tidak ada.

"Pak RT, ini gimana?"

"Udah nyari di semua tempat?"

"Sudah, Pak. Tapi, Putra belum ditemukan juga."

"Apa jangan-jangan Putra diculik wewe gombel?" celetuk salah satu warga.

"Sebentar-sebentar. Saya telepon pak Ustaz dulu," Pak RT menelepon setelah berujar.

"Pak ... anak saya gimana?" Aminah terus menangis karena khawatir akan keadaan anaknya.

"Sabar dulu, Bu Aminah."

Tak lama kemudian, datanglah Pak ustaz. Beliau merapalkan beberapa doa, memohon kepada Tuhan agar dipermudah semuanya. Semua orang turut mengamini.

Putra terus menangis. Dan akhirnya, isakan itu terdengar oleh warga. Aminah mendekat ke sumber suara dan di situlah keadaan anaknya. Aminah segera memeluk Putra.

"Akhirnya kamu ketemu juga, Nak. Kan ibu udah pernah bilang, jangan pernah main kalau mau maghrib. Jangan ngebantah omongan ibu lagi, ya?"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top