Dahlia [ II ]
Judul Cerita: Dahlia
Penulis: Gula Jawa
"Maaf, Jek. Gue nggak bisa nerima lo."
"Kenapa?"
"Kita temenan udah lama, dan gue pernah sakit hati karena mantan gue pergi di saat gue lagi sayang-sayangnya, dan ... gue takut patah hati untuk yang kedua kalinya."
Apa kayak gini rasanya ditolak? Sakitnya, tuh, di sini. Kata-kata yang keluar dari mulut Dahlia, sampai sekarang masih terngiang di telinga gue. Meskipun rasanya sedikit sakit, tapi gue nggak boleh cengeng dan menyerah begitu aja. Sebagai cowok sejati, gue harus memperjuangkan cinta gue.
Kata orang, biasanya kalau cinta ditolak dukun yang bakal bertindak. Menurut gue, big no! Kenapa? Kalau cinta karena dukun yang bertindak, artinya cinta itu nggak tulus, dong. Kata ibu gue, cinta itu nggak boleh dipaksakan, harus ada rasa yang sama dari kedua belah pihak. Berkat saran dari Ibu, otak gue sedikit mendapat pencerahan, dan sudah tau harus melakukan apa.
Meskipun kemarin Dahlia udah menolak cinta gue, tapi dia masih bersikap baik ke gue sebagai teman. Menurut pendapat dari teman gue yang sudah berkelana dengan hati banyak wanita, Dahlia itu nggak sepenuhnya menolak gue, tapi sebenarnya dia pengin lihat bukti keseriusan gue. Oleh sebab itu, gue tetap optimis berjuang dan yakin bahwa Dahlia akan membalas cinta gue.
_____
Pagi ini, gue bangun pagi-pagi biar bisa jemput Dahlia dan berangkat sekolah bareng. Berdasarkan saran dari Mbah Gugel, langkah awal untuk mendapatkan hati wanita adalah berubah sesuai kriteria idamannya.
Biasanya gue selalu bangun telat, tapi hari ini gue rela pasang alarm biar bisa bangun jam 5 pagi, demi Dahlia. Bangun tidur aja telat, gimana bangun rumah tangga? Kata-kata itulah yang memotivasi gue untuk berusaha bangun tidur pagi-pagi.
Selain bangun pagi, gue juga mengubah penampilan gue biar terlihat menarik di mata Dahlia. Bahkan, ibu gue sampai terkejut dan terheran-heran melihat penampilan gue yang berbeda hampir 180 derajat. Rambut gue yang dulunya pirang kekuningan, sekarang gue cat jadi hitam. Baju seragam yang biasanya sering keluar dari celana, kini gue masukin pada tempat yang semestinya. Demi Dahlia!
"Tambah tampan aja lo pake pakaian rapi begini," ucap Dahlia dibarengi decakan kagum.
Gue melakukan semua ini biar lo bisa jatuh cinta sama gue, Dahlia. Gue pengin banget mengucapkan kata-kata itu, tapi gue hanya mampu meneguk ludah. Alhasil, gue cuma menjawabnya dengan anggukan dan senyuman.
_____
Demi cinta, hujan petir di tengah gelapnya malam tak 'kan bisa menghalangi. Pakaian gue basah kuyup, karena gue nekat mengendarai motor di bawah derasnya hujan. Setelah gue selesai mengerjakan PR sekolah, Dahlia tiba-tiba menelepon gue dan ngomong kalau dia lagi di rumah sendirian dan listrik sedang mati. Gue tau Dahlia itu takut banget sama gelap, dan suaranya terdengar bergetar disertai isak tangis yang tertahan.
"Lia, lo nggak apa-apa, 'kan?" Dari yang gue lihat, bibirnya sangat pucat dan dahinya berkeringat.
"Jeki ... gue takut," Dahlia berucap lirih.
"Gue ada di sini." Gue menggenggam tangannya, berusaha membuatnya tenang dan meyakinkan 'kalau semuanya akan baik-baik aja'.
"Makasih, Jek. Lo emang temen gue yang terbaik."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top