Apa Arti Semua Ini? [ II ]

Apa Arti Semua Ini?
Masker Murah

Aku menutup mataku ketika melihat semua kejadian yang berada di hadapanku. Tak kuasa melihat teman-teman seperjuanganku yang akhirnya terbunuh.

"Leisha! Kamu tidak bisa diam begitu saja!"

Itu adalah suara Reinan. Aku menengok ke kanan dan ke kiri untuk mencari suaranya yang terasa sangat jelas. Napasku memburu. Air mataku terjatuh perlahan.

Ia perlahan menghampiriku dengan bibir pucat dan napas yang tersengal-sengal. Aku membantunya berdiri. Namun, tidak disangka. Kegiatanku ini hanya membuatnya terbunuh. Seorang lawanku menusuk Reinan dari belakang.

Darah terciprat dari mulutnya. Itu membuatku meringis. Ada rasa tidak terima saat dia malah tersenyum dan mengatakan bahwa dia baik-baik saja.

"Leisha ... kamu harus memperjuangkan hak bangsa kita. Kamu ... ha-harus---"

Aku menarik napas. Tidak bisa menerima hal yang terjadi pada Reinan. Mataku menajam.  Tanganku memegang erat pedang yang sudah siap sejak tadi. Aku pasti akan melakukannya.

Semangatku terbakar kembali. Mataku mengerling. Tersadar. Para pejuangku yang lain sedang berkeliling untuk melindungiku. Aku memegang pundak mereka untuk membuka jalan.

Aku tersenyum miring. Menghindari pedang lawan bagaikan menari bagiku. Tanpa ampun, aku langsung menusuk lalu memutar pedangku pada anggota tubuh mereka.

"Kita main cepat saja, ya," gumamku dengan wajah datar. Tanganku mulai bergerak dengan lincah menebas mereka satu per satu.

Terlalu asyik dengan pembantaian yang menurutku sangat seru, aku baru tersadar kalau aku sudah sampai di depan pintu gerbang kerajaan.

"Reinan, aku pasti akan memperjuangkan hak kita!"

Aku berlari menuju aula kerajaan. Siapapun yang menghalangiku, akan mati. Nyawa mereka bagaikan semut di mataku. Sama sekali tidak berharga.

Sesampainya di aula. Aku melihat wajah kaisar itu sedang ketakutan. Ia bahkan dijaga dengan prajurit yang gemetaran karena melihatku.

"Sudahlah, jangan gemetaran seperti itu," ujarku dengan wajah datar dan tatapan mengintimidasi.

"Ka-kalian ba-bangsa Qixiu. Kenapa kalian berbuat seperti ini?" Kaisar itu bertanya dengan wajah ketakutan alami.

Aku sangat tak suka orang politik sepertinya. Lihat, saat seperti ini saja dia masih bertanya kesalahannya.

Tanganku mengambil belati yang terselip di punggungku. Aku lalu melemparnya pada keempat penjaga itu. Darah terciprat dari tempat lemparanku.

"Kalian boleh saja mengambil kejayaan bangsa kami, tetapi kalian tidak berhak sama sekali untuk membuat bangsa kami kehilangan penerus."

Kaisar itu mengangguk-angguk. Ia lalu berkata, "Baiklah jika kamu tidak setuju dengan peraturan baru itu. Namun, bisakah kamu membicarakan ini dengan baik-baik."

Aku mendecak. Dia hanya mencari aman atas nyawanya saja. Aku lalu melempar belati terakhir. Dengan begitu, perjuanganku dan Reinan bertahun-tahun akan terbayar pada hari ini.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top