07 Mei 2023

Genre: Romance (wajib)

Sub-Genre: (pilihan wajib, satu atau lebih)
- Action
- Horor
- Misteri
- Thriller

Tema: (wajib, pilih satu)
- Padang Bunga
- Rumah Pemburu
- Kemah

Bonus: (tidak wajib, satu atau lebih)
- Tokohnya Remaja
- Malam Hari
- Mendapat Hadiah

*:..。o○ ○o。..:*

Juara 1 - Aishipit

Judul : You're My Favorite Flower
[ Romance - Horor - Padang Bunga - Malam Hari ]

🍀 🍀 🍀

"Sayang, tolong berhenti meninggalkan surat-surat aneh dengan tinta merah di dalam laci meja riasku. Aku sangat menyukai pesan-pesanmu, tetapi aku tidak menyukai caramu menyampaikannya."

Dia berjalan mendekati sang suami seraya memperlihatkan surat yang dia maksud.

"Tulisanku tidak serapi itu."

"Apa maksudmu?"

"Maksudku, aku tidak pernah menulis surat seperti itu untukmu." Sang pria mengelus puncak kepala Shelby pelan, kemudian mengecup keningnya dan pamit bekerja.

***

[Maaf, kamu tidak suka dengan rangkaian puisiku. Lain kali, tidak akan lagi kutinggalkan surat-surat itu.]

***

"Sayang, kamu bisa berhenti meninggalkan bunga di banyak meja. Terlalu banyak mawar, kamu 'kan tahu aku tidak bisa merawat tanaman dengan baik?"

Dua minggu kemudian, dan Shelby kembali mengeluh. Sang pria mengernyit. "Aku tidak punya waktu untuk itu."

"Tapi—"

"Maaf, Shelby, hari ini aku telat. Bisakah kita membicarakan ini setelah aku pulang?"

Tanpa mengatakan apa pun, Shelby mengangguk.

***

[Maaf, aku hanya ingin memberimu sesuatu sebagai bentuk rasa sayangku padamu. Lain kali, aku akan memberimu yang lain.]

***

Pria itu menangis dan meneriakkan sumpah serapah ke udara kosong. Tubuh Shelby yang sudah kaku dan memucat dibawa oleh ambulans, meninggalkan sang suami yang masih menangis di padang bunga.

Shelby ditemukan dua minggu kemudian, pukul 00.00, 20 menit jaraknya dari rumah, diduga meninggal karena kepalanya yang terbentur benda tumpul.

Para pihak berwajib memeriksa setiap sudut rumah, setiap surat yang ditinggalkan orang itu untuk Shelby. Mereka tidak menemukan sidik jari maupun jejak kaki orang asing. Namun, menemukan surat terakhir, surat yang mengatakan, "Apabila kamu ingin mengetahui siapa aku, temuilah aku di padang bunga terdekat pada pukul 10 malam, ketika semua orang tertidur."

Kalau saja, pria itu bisa melihat dan merasakan Shelby yang memeluknya.

Aku iri.

Sialan.

Semua puisi yang kubuat, dan hati Shelby bahkan tidak terdayu.

Semua mawar yang kutinggalkan, dan Shelby bahkan tidak menyukainya.

Sialan.

Kenapa aku harus mati sebelum bertemu denganmu, Shelby?

Lihat aku.

Lihat aku.

Sekarang, kita di alam yang sama.

Lihat aku, Shelby. Kamu tidak memerlukan pria itu. Aku bisa menggantikannya.

Aku bisa menjadi lebih baik darinya.

Bahkan jantungku yang tak lagi fana berhasil kaubuai, bukankah itu bukti yang cukup kuat bahwa akulah yang seharusnya menjadi kekasih hatimu?

🍀 🍀 🍀

Juara 2 : Clouchi

Judul : Mumpung Berdua
[ Romance - Action - Kemah - Malam Hari / Tokohnya Remaja ]

🍀 🍀 🍀

Canggung.

Biasanya Aiden akan banyak bicara, tetapi malam ini dia hanya berbicara seperlunya. Hening malam diisi suara kayu yang perlahan dilahap api pun nyanyian serangga.

Duduk di atas batang kayu menghadap api unggun, ada jarak cukup lebar di antara kami yang bisa diisi dua orang. Biasanya dia akan menempel pada kesempatan seperti ini. Mungkin ... mungkin aku saja yang mendekat, mumpung hanya ada kami berdua di tengah hutan ini.

Perlahan aku beringsut mendekatinya sambil mengalihkan pandangan. Aku kaget sendiri saat bahu kami bertemu. Kala menoleh, ternyata bukan hanya aku yang terkejut.

"Dingin banget ga sih?"

Hening sejenak baru dia menyahut, "Ya, kita lagi di hutan tengah malem gini." Dia mendongak dan aku mengikuti, menatap rembulan di puncak langit.

Aku meliriknya ragu. "Kamu sakit? Habis pindah dimensi yang kedua kali tadi kamu jadi pendiem."

"Eh?" Dia menoleh dengan wajah terkejut nan polos seperti biasa. "Nggak kok. Sori udah bikin khawatir."

"Gapapa, kita kan ... temen." Aku beralih memeluk lutut. "Khawatir itu wajar."

"Hmn ... gitu." Jeda sebentar baru dia menoleh lagi. Tidak dengan antusias seperti biasa sampai melupakan jarak. "Mumpung nggak ada Julian sama yang lain, aku mau bilang sesuatu."

Aku menelan ludah dengan paksa sementara pandangan terkunci padanya. "Hng?"

"Sebenernya aku kepikiran dari dimensi sebelumnya kalau aku---"

Panah angin yang menyasar kepalaku memeleset berkat efek pasif Keberuntungan. Api unggun kami padam karena anginnya begitu kencang. Dedaunan pohon di belakang bergemerisik dan seseorang melompat ke arahku dengan sesuatu yang mengilat di tangan.

Aku sengaja menjatuhkan diri ke belakang seraya memungut batang kayu yang kebetulan dalam jangkauan, lalu memukul punggung orang itu sekuat tenaga. Dia jatuh di atas tumpukan kayu dan arang.

Aiden kemudian berdiri dan menginjak punggungnya. Kilauan di matanya menghilang. "Sampah busuk macam apa lagi ini? Bandit?" Dia menginjaknya lebih keras membuat orang itu menjerit kesakitan dan barangkali kepanasan.

Aku bergegas mendekat dan menginjak tangannya sebelum dia sempat menusuk kaki Aiden dengan pisau. Kuembuskan napas kasar. "Duh, dimensi ini juga banyak baha---"

".... confess. Bandit sialan."

"Confess? Confess apa?"

"He? Gajadi deh, geli. Hahaha!"

"Aiden!"

"Di luar dingin. Masuk tenda, gih."

"Loh, terus kamu?"

"Apa? Mau pelukan biar anget?"

"HAH? NGGA!"

Tapi boong.

🍀 🍀 🍀

Juara 3 : RaveindeRave

Judul : Kisah di Perkemahan Musim Panas
[ Romance - Thriller - Kemah - Malam Hari ]

🍀 🍀 🍀

Killian menggoyangkan senternya yang mendadak mati, tetapi mau digoyangkan sekeras mungkin pun senternya tetap tidak menyala. Ia dan kekasihnya, May, mendengkus. Kemudian memutuskan jalan hanya mengandalkan cahaya bulan purnama.

Pondok-pondok mungil di tempat itu terlihat sepi, lebih sepi dari malam sebelumnya. Killian dan May mengira bahwa semua peserta kemah kemungkinan sudah tidur nyenyak, dan para orang dewasa sedang asyik di tempat mereka. Sampai-sampai tidak menyadari bahwa ada dua peserta kemah tengah asyik berkencan sambil mencuri makanan di dapur umum.

Samar-samar telinga mereka mendengar suara senandung. Alhasil, May langsung mencengkram tangan Killian kuat-kuat.

“Darling, suara apa itu?” bisik May.

Killian mengacungkan telunjuk di depan bibir, mengisyaratkan kekasihnya untuk diam. Kemudian, mata Killian bergerak cepat memperhatikan sekelilingnya yang kurang cahaya. Ia bisa melihat samar gerakan cepat dari arah depan. Bahkan, telinganya yang menjadi makin tajam mendengar suara langkah kaki seseorang.

Alarm di kepala Killian menyuruhnya bersembunyi. Tong sampah besar menjadi pilihannya. Dengan cepat ia menarik tangan May dan masuk bersama ke dalamnya.

“Bagaimana kalau itu Tuan Thompson? Kita bisa dihukum kalau ketahuan!” ucap May, sebelum mulutnya dibekap oleh Killian.

Remaja lelaki itu mengintip dari tong sampah, dan melihat seseorang menggunakan topeng putih berjalan ke arah mereka. Orang itu menyeret seorang manusia, entah siapa. Sebab, pandangan remaja itu terbatas. Akan tetapi, ada satu hal yang Killian tahu pasti. Manusia yang diseret itu berlumuran darah. Di tangan satunya, ada golok karatan yang juga terkena darah.

Killian yakin, golok itu penyebab si korban berlumuran darah.

Saat orang bertopeng melewati tempat sampah, ia berhenti melangkah. Karena hal ini juga Killian langsung menahan napas. Jantungnya berdetak makin tak karuan, keringat dingin, bulu kuduk berdiri, dan rasanya remaja itu ingin segera pergi dari sana.

Si orang bertopeng menoleh, memperhatikan tempat sampah

“Peserta yang melanggar jam malam harus dihukum,” ujar si orang bertopeng sebelum berjalan ke arah tempat sampah. “Dan aku tahu kalian ada di tempat sampah.”

Esoknya, para peserta musim panas heboh, sebab Killian dan May tidak ditemukan di mana pun.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top