04 Agustus 2024

Genre: High Fantasy (wajib)

Sub-Genre: (pilihan wajib, satu atau lebih)
- Magic
- Action
- Isekai
- Adventure
- His-fic

Tema: (wajib, pilih satu)
- Perang Kerajaan
- Revolusi
- Kudeta
- Vendeta
- Makhluk Fantasi

Bonus: (tidak wajib, satu atau lebih)
- Emas dan Perak
- Ukiran di Dinding
- Cahaya dan Kegelapan
- MC Laki-laki
- MC Badass

* * *

Juara 1: Hanfalis

Judul: Kejatuhan

[High Fantasy - Magic - Kudeta - Cahaya dan Kegelapan]

Aku terjatuh dari ketinggian, sayap-sayapku yang patah sungguh tak berguna. Bahkan cahaya dalam diriku telah pudar. Hingga berpikir, sebenarnya malaikat itu seperti apa?

Aku tak berwajah, tapi memiliki banyak mata di wajah dan tulang sayapku. Aku tak berbicara, cahaya yang keluar dari bilah bibirku akan selalu menuntun kalian. Aku juga tak memiliki tangan sebesar dewa, tapi dapat melindungi kalian.

Hanya saja, kali ini aku kalah dari kalian.

Kalian, manusia fana dengan dosanya.

Dosa menumpuk yang tengah memandan di atas sana, seakan menantikan tubuhku hancur remuk menghantam bumi. Ia adalah sosok kegelapan yang telah meluluhlantakkan kerajaan langit dan pelaku yang menjatuhkanku dari tempat tinggalku.

Kekuatan gelapnya menjatuhkan tiap singgasana para malaikat besar, hingga para dewa. Kerakusan dan ketamakan akan sosok gelap dalam dirinya terpancar begitu kuat, diikuti dengan sihir-sihir yang dapat membutakan mata.

"Kau bisa kembali untuk tunduk padaku, Skobris." Makhluk itu berbisik licik, tetapi rasanya suara itu menggema, merasuki relung hatiku yang terdalam. Menjelajah begitu padu, seperti yang kurasakan pada emosi ragu ketika berhadapan dengan dewa yang kulayani.

"Aku akan menjadi cahayamu, Foslux," jawabku dengan lirih. Membiarkan suaranya yang masih menggema mengisi kekosongan hati ini. Perlahan aku menutup mata, lalu merasakan hawa dingin yang menghantam punggung dan tangan-tangan jahil yang hendak meraihku dari atas sana.

Aku berada di depannya saat kembali membuka mata. Tangan hitamnya yang penuh kutukan mengeluarkan energi sihir dan dialirkan padaku.

Ia benar-benar menjadi seorang dewaku malam ini. Maka dari itu, bilah bibirku mulai merapal mantra, diikuti dengan terbelahnya cakrawala yang menampilkan marabahaya.

Dewaku tersenyum, dan aku pun mengikut.

Kuharap pengkhianatanku ini akan menjadi perang besar yang tak bisa dihindari siapa pun.

Entah dewa, makhluk abadi, Tuhan, manusia, atau apa pun itu.

* * *

Juara 2: Lamanhiat6

Judul: Manusia

[High Fantasy - Magic - Makhluk Fantasi - Emas dan Perak]

Danau di utara membeku lagi, aku mendesah lelah. Aku gerakkan kakiku menyusuri hutan bagian barat, ranting-ranting emas menghalau jalan, ck, aku terpaksa menendang 'mereka' lebih jauh ke sisi tepi sebab panas mulai membakar kulit kepalaku.

Aku buru-buru berlari ke satu-satunya gubug di depan mata, kemudian mengetuk pintu. Penyihir Kiklops terhormat, Ashle Kloce membuka moncong pintu rumah. Satu-satunya mata besarnya menatapku tanpa berkedip, ada keengganan saat dia bertanya, "Apa maumu?"

"Danau di utara membeku lagi! Unicorn tidak bisa minum!" keluhku. Agak jengkel karena kelima kalinya dalam sebulan perubahan musim mendadak, padahal baru tiga jam yang lalu musim semi di perbatasan.

"Lalu?

"Tolong bantu aku! unicorn akan kehausan kalau danau tidak segera dicairkan. Kamu 'kan hebat, satu-satunya penyihir yang aku tahu dan mintai tolong."

Ashley memutar bola mata besarnya, tangannya yang keriput dan kecil bertepuk tangan sekali dan sebuah bara api melayang muncul di hadapan yang segera aku ambil sebelum membakar hutan.

Dia berkedip, aku terpaku.

"Kenapa masih di sini?"

"Well ... kakiku tidak bisa digerakkan, bisa bantu aku lagi?"

Dia melihat kakiku, ada benda berwarna perak yang tumbuh sampai ke lutut. Mendengus sekali, si penyihir menggerakkan jari telunjuknya dan menciptakan sebuah awan yang melesat cepat membawaku ke danau di utara. Api yang aku pegang menyentuh permukaan tipis es, dalam sekejap mata permukaan yang semula membeku mencair dan tubuhku tercebur ke air.

Aku menggapai-gapai udara, bergerak bersusah payah agar tidak tenggelam. Beruntung, perak di kakiku rontok sehingga aku bisa berenang naik, napasku kembang kempis, aku melirik ke unicorn yang asik meminum air sialan yang membuatku hampir mati.

"Sial!"

Baru saja bernapas lega musim segera berganti menjadi panas terik, aku berlari sekuat tenaga demi sampai ke rumahku. Sepanjang jalan aku perhatikan lumut merah muda layu dalam hitungan detik, lajuku kian cepat, aku berhasil sampai ke rumah dan mengambil pot cabai kecil.

"ASHLEY ASHLEY!"

Dia tidak menjawab, dia tidak merespon!

"ASHLEY ASHLEY TOLONG AKU!"

Cabai di pot perlahan terbakar terik, aku memadamkan api dan menghalau terik dari tumbuhan kecil itu. Ashley tidak kunjung menjawab, tidak ada tangan yang bisa menjangkau segalanya yang akan muncul.

"ASHLEY!"

Apapun yang aku lakukan tidak berguna, cabai kembali terbakar, perak kembali menyelimuti kakiku. Berpacu dengan waktu, aku tertatih-tatih pergi ke barat menuju kediaman Ashley.

"Ashley maafkan aku," aku merintih.

Maaf, maaf, maaf!

Cabai terbakar menjadi abu, tubuhku dirambati warna perak yang perlahan-lahan menguning, sebelum aku benar-benar kehilangan kesadaran semua yang terbesit adalah penyesalan paling dalam. "Seharusnya saudara-saudaraku tidak membuat kerusakan di duniamu."

____

Ashley Klonce mencatat, kali kedua manusia musnah adalah hari ke-89 bulan Orchid.

* * *

Juara 3: akvbutterfly

Judul: Sky of Memories

[High Fantasy - Magic - Mahluk Fantasi - Cahaya dan Kegelapan]

Di langit yang memeluk siang dan malam, di mana awan-awan berkilau seperti permata tersembunyi, berenanglah ikan-ikan bercahaya yang menjelajahi lautan angkasa. Sirip-sirip mereka menggores langit, menciptakan riak-riak cahaya yang memantul dalam kegelapan. Setiap ikan membawa beban kenangan, berkedip-kedip dalam irama yang hanya dimengerti oleh mereka.

Di bawah langit yang berkilauan, di antara pepohonan yang berbisik dengan daun-daun kristal, hidup orang-orang yang mengumpulkan kenangan. Sebut saja Penjaga Kenangan, orang-orang yang menyusuri hutan dan lembah, mencari ingatan yang dibuang oleh mereka yang ingin melupakan. Dengan jubah yang berpendar dalam cahaya dan kegelapan, mereka menelusuri jejak kenangan yang tertinggal di udara, dihembuskan oleh angin malam.

Aku, seorang Penjaga muda bernama Arion, berjalan di antara mereka, menyaksikan mereka memungut serpihan kenangan yang berjatuhan seperti bintang-bintang jatuh. Setiap malam, aku terbangun dengan keresahan yang tak tertahankan, terjebak antara keinginan untuk menyimpan kenangan dan membuangnya seperti yang lain. Kenangan masa laluku yang senantiasa menghantui pikiranku.

"Mengapa kalian mengumpulkan kenangan ini?" tanyaku pada Lyra, Penjaga Kenangan yang lebih tua dengan mata yang berkilauan seperti lautan.

Lyra tersenyum lembut. "Kenangan adalah jiwa yang tersembunyi dalam kegelapan," katanya. "Kami mengumpulkannya agar cahaya dan kegelapan tetap seimbang, agar kenangan yang terbuang tidak hilang dalam kehampaan." Aku bungkam mendengar jawaban Lyra.

Kemudian aku melihat ke atas langit, merasakan tarikan antara cahaya dan kegelapan. Menyadari bahwa dalam setiap kenangan yang terbuang, ada cerita yang masih hidup, berenang di lautan langit yang abadi. Namun, hatiku terus bergulat dengan pertanyaan: Haruskah aku menyimpan kenangan pahit ini atau melepaskannya ke dalam kegelapan, seperti yang lain?

* * *

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top