Star Fairy
Star Fairy
⭐⭐⭐
"Apa?! Diturunkan ke bumi?" seru wanita bergaun putih dengan mahkota bunga di kepala.
"Ya, selama tiga bulan. Selama itu pula, kau tidak boleh melakukan dosa, dan kau harus melakukan sepuluh kebaikan," ucap seorang wanita yang tengah duduk di singgasana. Gaun putihnya menjuntai mewah. Di atas kepalanya betengger mahkota kebesaran.
"Apa itu tidak terlalu kejam?"
"Kau sudah melakukan kesalahan terbesar, Byul. Dan itu adalah hukuman terberat bagi seorang peri. Memangnya kau tidak tahu?"
Wanita yang dipanggil Byul itu menggeleng lemah, wajahnya ditekuk sempurna. Tapi ia tak bisa berbuat apa-apa selain mengikuti aturan yang dibuat oleh Ibu Peri di kayangan ini.
Dua bulan 24 hari berlalu semenjak ia tinggal di bumi. Ia membanting tubuh lelah usai beraktifitas layaknya manusia pada umumnya. Menghela napas sejenak sebelum kemudian memejamkan mata, ia kembali teringat perkataan sang Ibu Peri selanjutnya.
"Jika kau gagal, kau akan musnah. Satu lagi, jangan ada satu orang pun yang tahu kalau kau bukan manusia, jika hal itu terjadi, kau akan hilang selamanya. Dari bumi maupun dari kayangan."
Byul merubah posisi tidurnya menjadi menyamping, ia mendapati seseorang yang entah sejak kapan berbaring di sampingnya.
"Kau tidak bisa menggunakan kekuatan sesuka hatimu, Byul," ucap pria yang berbalutkan pakaian serba hitam itu santai. "Kau merasakan sendiri dampaknya. Dan lagi, bagaimana jika ada yang melihatmu, heh?"
"Aku yakin tidak ada yang melihatku," sergahnya. Kemudian keduanya saling terdiam.
"Sunbae...."
Pria yang dipanggil sunbae itu bangun, lantas menatap tajam pada wanita yang masih mengistirahatkan tubuh lemasnya. "Jangan macam-macam, Byul! Kau harus berhasil dan kembali ke kayangan," tegasnya seolah tahu apa yang akan disampaikan wanita di depannya itu.
"Aku tidak ingin kembali, aku ingin hidup bersamanya."
"Byul!" bentak pria berkulit pucat itu.
Byul bangun dari tidurnya, menatap pria itu penuh harap. "Apa tidak ada cara supaya aku bisa tinggal di sini selamanya?"
"Tidak. Bukan itu tujuan Ibu Peri menurunkanmu ke bumi!"
Byul mengerutkan kening. "Tujuan? Maksudmu? Bukankah jelas karena ini adalah hukuman untukku?" tanyanya tak mengerti.
Sunbae terdiam. "Lupakan," ucapnya. Lantas berputar balik dan menghilang dari hadapan Byul dalam sekejap mata. Meninggalkan wanita itu dalam kebingungan.
Byul berdecak pelan. Selalu saja seperti itu. Tiba-tiba ia merasakan nyeri di bagian punggung atas sebelah kanannya, tempat di mana tanda bergambar sayap─berwarna hitam yang diberikan oleh Ibu Peri─itu berada. Ia meremas bahu kanannya. Lututnya luruh menapak lantai. Menahan nyeri yang kian menjadi.
"Byul!"
Tiba-tiba Sunbae sudah berada di sana lagi. Ia segera menghampiri Byul. "Kau kenapa?"
Byul menoleh, masih menahan rasa sakit. "Punggungku ... rasanya sakit."
Sunbae panik, ia menyingkap sebagian pakaian bagian atasnya untuk melihat tanda itu. Ia terbelalak, tanda yang asalnya hitam, kini menjadi merah menyala.
"Byul, sepertinya ada yang melihatmu."
"Maksudmu?"
"Ada seseorang yang mencurigaimu kalau kau bukan manusia. Saat itu terjadi, segel yang ada di punggungmu akan memerah dan kau akan merasakan sakit seperti saat ini. Kau sendiri tahu apa yang akan terjadi jika sampai ada yang tahu identitasmu yang sebenarnya."
Byul terdiam.
Sunbae bangun dengan frustrasi. "Sudah kukatakan, jangan menggunakan kekuatanmu sembarangan!"
Byul tertunduk, masih menahan nyeri. "Lalu apa yang harus kulakukan?" tanyanya lirih.
"Kau harus menahan sakitnya, itu adalah resiko untukmu. Dan kau hanya bisa berharap kalau orang itu tidak menemukan identitas aslimu."
Wanita itu hanya mampu diam sambil menahan sakit. Kebaikan yang ia lakukan selalu berdampak buruk baginya. Ia baru saja menyelamatkan seorang bayi yang hampir tertabrak truk dengan menggunakan kekuatan teleportasi. Padahal ia yakin, tidak ada satu pun yang melihatnya, karena ia langsung berpindah tempat lagi. Hal itu membuat tenaganya terkuras habis. Dan sekarang, ia harus merasakan dampak lainnya.
"Berhentilah ikut campur sesuatu yang bukan urusanmu. Kau lupa jika hal itu yang membuatmu dihukum?" ucap Sunbae lagi.
Byul termenung. Ya, kesalahannya adalah karena kebaikan hatinya. Hanya karena ia menyelamatkan sepasang kekasih yang seharusnya mati. Ia telah mengacaukan tugas Sunbae─menjemput arwah manusia─dan melanggar aturan Langit.
"Kenapa kau menyelamatkan mereka, Byul?!" Sunbae membentaknya di malam itu.
"A-aku..., aku hanya kasihan. Mereka telah melakukan permohonan saat bintang jatuh, aku hanya melakukan tugasku untuk mengabulkan permohonan mereka. Mereka akan hidup bahagia!"
Sunbae mengacak rambutnya frustrasi. "Astaga Byul! Berapa lama kau menjadi Peri Bintang? Kau tidak bisa mengabulkan permohonan manusia sesuka hatimu! Kau hanya boleh mengabulkan permohonan yang tercatat di bukumu. Mereka harusnya mati malam ini! Kau mengacaukan segalanya, Byul."
Mengingat itu, Byul tersenyum ketir, kemudian ia tak sadarkan diri akibat tidak kuat lagi menahan sakit di punggungya.
Sunbae menatapnya iba, ia meraih Byul ke dalam pangkuannya lalu meletakkannya di atas ranjang dengan hati-hati. Ia tatap wanita itu untuk beberapa saat, kemudian pergi.
***
Byul mengerjap, mencoba mengumpulkan kesadaran sepenuhnya. Lantas ia bangun dari tidurnya. Byul meraih ponsel yang tergeletak di atas nakas. Melihat ponsel yang menunjukan tanggal tiga Oktober, ia tahu ia tertidur seharian penuh. Ada notif pesan masuk dari seseorang bernama Roy Kim. Laki-laki yang telah mengisi hatinya selama ini. Laki-laki yang selalu membutanya bahagia dan membuatnya ingin tinggal di bumi dan menjadi manusia seutuhnya.
"Hey, kau tidak ada kabar seharian. Aku mengkhawatirkanmu, kau baik-baik saja?"
"Malam ini ada festival kembang api di Sungai Han, wanna date with me?"
Senyuman manis tersungging di bibir tipisnya ketika membaca pesan tersebut. Ia pun menekan tombol call dan menjawab semua pesan dari kekasihnya itu lewat telepon.
"Hai," sapa suara berat dari seberang.
"Hai," balas Byul tersenyum manis meski pria itu tak melihatnya. "Maaf baru mengabarimu."
"Tidak apa-apa. Kau baik-baik saja, kan?"
Byul mengangguk. Lalu cepat-cepat menjawab, "I'm fine. Kemarin aku lupa menaruh ponsel di mana lalu tertidur seharian," ujarnya beralasan.
Pria itu terdengar tertawa. "Masih saja teledor, pelupa lagi," ejeknya dengan tawa kecil. "So, how about tonight? Wanna spent time together?"
"Of course, aku akan bersiap-siap."
"Baiklah, aku akan menjemputnya satu jam lagi."
"Oke."
"Bye," pamit Roy.
"Bye." Byul pun mematikan sambungan kemudian bergegas menuju kamar mandi. Satu jam, ia harus tampil maksimal.
Malam itu Byul mematut dirinya di cermin, ia mengenakan pakaian hangat dilapisi Beige Windbreaker Coat selutut dengan celana panjang dan sepatu boots dari bahan kulit suede. Tak lupa ia sampirkan syal merah pemberian sang kekasih, karena suhu udara di awal bulan Oktober mulai drop ke angka belasan derajat. Ia tersenyum melihat pantulan dirinya di cermin, sebuah senyuman yang tidak sampai ke matanya.
Tiba-tiba kilas bayangan terbersit di kepalanya. Tidak terlalu jelas, tapi ia bisa melihat dirinya sendiri, tengah melakukan hal yang sama. Byul menyentuh kepalanya yang terasa pusing mendadak.
Apa ini? Sebuah ingatan? Bagaimana mungkin? batinnya bertanya-tanya. Karena katanya seorang peri tidak memiliki kenangan semasa hidupnya selain saat di kayangan.
Lalu ia teringat pertemuan pertamanya dengan Roy Kim, ia bilang kalau dirinya mirip dengan seseorang yang ia kenal di masa lalu.
Byul menepis segala prasangka di benaknya. Persetan dengan semua itu. Ia hanya ingin bertemu dengan sang kekasih, menghabiskan waktu bersamanya karena waktu ia di Bumi hanya tersisa lima hari lagi.
Ponselnya berdering tanda panggilan masuk. Rupanya Roy yang menghubunginya.
"Hai," sapa Byul.
"Kau sudah siap? Aku di bawah."
"Sudah. Aku turun sekarang," ucap Byul lalu mematikan sambungan telepon.
Byul berjalan dengan langkah cepat karena Roy sudah menunggunya. Senyum cerah ia tampakkan ketika tiba di hadapan pria itu.
"Beautiful..., as always," puji Roy kemudian mengecup keningnya sekilas. Byul tersipu, lalu ia menyuruh Roy cepat-cepat berangkat agar mereka tidak terlambat.
Tidak sampai lima belas menit, mereka tiba di Sungai Han. Jumlah pengunjung di malam itu lebih sedikit, tidak seperti tahun lalu. Hingga mereka bisa terus masuk ke Hangang Park dan mendekati tempat penembakan kembang api.
Byul benar-benar menikmati setiap detik kebersamaanya. Roy selalu memperlakukannya dengan sangat baik dan manis, membuat ia nyaman bersamanya. Tapi ia sadar, mereka tak akan bisa bersama selamanya.
"Cantik ya, aku baru tahu ada hal yang begitu indah di Bumi," ucap Byul. Kini mereka berjalan di taman yang sudah agak sepi. Sejurus kemudian Byul tersadar atas apa yang diucapkannya barusan. Ia melirik Roy yang nampak biasa saja.
Roy tersenyum. "Aku bisa menunjukkan hal-hal yang lebih indah di dunia ini kalau kau mau."
Byul tersenyum tipis, ada sesak menyeruak di dada. Lalu ia berhenti melangkah. "Roy...."
Roy menoleh, kini mereka saling berhadapan. Byul menatapnya sendu. "Ada yang ingin kukatakan padamu."
Roy diam mendengarkan.
"Tentang siapa diriku sebenarnya...," ucap Byul. Jeda sejenak, "sebenarnya aku─"
"Jangan katakan apa pun!" sergah Roy membuat Byul tersentak kaget.
"Aku mencintaimu, tidak peduli siapa dirimu atau dari mana asalmu. Yang aku tahu, aku tidak mau kehilanganmu," ucap Roy sungguh-sungguh. Mata itu, tak ada keraguan sedikit pun di sana.
Byul menatap Roy sendu, cairan bening sudah menumpuk di pelupuk mata. Lalu ia kembali merasakan rasa sakit di punggunya. Byul terjatuh dengan lutut menyentuh tanah.
"Eun Byul! Kau kenapa?" Roy mendekati Byul dengan panik.
Byul tak mengatakan apa-apa, tanda di punggungnya mengeluarkan cahaya; Roy tersentak. Byul mengangkat kepala dan melihat Sunbae berdiri tidak jauh di hadapannya.
"Apa aku akan menghilang?" tanya Byul susah payah akibat menahan sakit. Namun Sunbae tak mengatakan apa-apa. Hanya melihatnya tanpa ekspresi.
"Byul...,"─Roy menggeleng pelan─"tidak, aku tidak akan membiarkanmu pergi lagi." Ia memeluk Byul ke dalam dekapannya. "Kumohon, jangan lagi...," lirih Roy. Terlihat begitu ketakutan jika wanitanya kembali pergi.
"Lagi?" tanya Byul lirih. Rasa sakitnya semakin menjadi, lalu tiba-tiba sepasang sayap muncul dari balik punggungnya bersamaan dengan ingatan yang datang silih berganti. Roy tersentak ke belakang, menatap wanitanya tanpa berkedip. Sinar terang mengelilingi seluruh tubuhnya. Penampilannya berubah kembali menjadi seorang peri. Lalu waktu berhenti berputar, seluruh dunia tak bergerak. Semuanya. Kecuali tiga makhluk di sana.
Roy terpana. Byul menatapnya kemudian tersenyum lirih, ia bisa mengingat semua kenangan semasa ia hidup di bumi. Dan pria itu adalah satu-satunya orang yang ia miliki di dunia.
"Kim...."
Roy tersentak mendengar panggilan itu, dadanya bergemuruh hebat. Matanya berkaca-kaca, senang dan sedih di saat yang sama. "Shin..., itukah kau?" tanya Roy lirih.
Byul mengangguk. "Maafkan aku, karena melupakanmu." Setetes air bening jatuh dari mata indahnya. "Ada yang ingin kusampaikan sebelum aku menghilang."
"Tidak Shin ... kumohon jangan pergi lagi," pinta Roy sungguh-sungguh.
Byul menggeleng lemah. "Maafkan aku, Kim... Aku hanya ingin mengatakan bahwa aku tidak pernah membencimu, aku selalu percaya padamu. Dan aku, selalu mencintaimu. Sampai kapan pun." Lalu sinar itu semakin terang, tubuh Byul perlahan melebur bersamaan dengan sinar itu, sedikit demi sedikit, hingga menyisakan senyuman, lalu lenyap. Sinar terang lenyap berganti sinar rembulan, waktu kembali berputar, dunia pun kembali bergerak. Dan Kim, ia harus kehilangan untuk yang kedua kalinya.
Sementara Sunbae menatap kejadian di hadapannya tanpa berkutik sedikit pun. "Byul ... inikah yang kau inginkan?" batinnya sendu. Ia teringat ucapan Ibu Peri sebelumnya tentang Byul.
"Byul adalah seorang manusia. Itulah kenapa ia memiliki kebaikan hati seperti manusia. Setiap sepuluh tahun sekali, dari seluruh umat manusia akan ada satu anak yang terlahir dengan hak istimewa, dan Byul-lah orangnya. Hal itu membuatnya harus tinggal di dunia peri setelah mengalami kematian yang tidak seharusnya. Karena itu, ia memiliki kesempatan hidup kembali. Menemui seseorang paling berharga dalam hidupnya."
-----------------------------
-----------------------------
-FIN
Catatan:
Sunbae: Senior (dalam bahasa Korea)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top