NADAFURELISE
"Nada!"
Pemilik nama menoleh, menulis coretan di buku pegangannya. [Ada apa?]
"A-aku menyukaimu!"
Ini mungkin sudah menjadi pengakuan ke-56 selama Nada sekolah di sana. Padahal dia cuman niat menimba ilmu bukan untuk pacaran.
Nada menulis di kertas. [Maaf, aku tidak layak untukmu. Aku tidak bisa bicara.]
Alasan yang sama setiap Nada menolak orang yang menembaknya. Nada tidak peduli apa kata orang. Sok jual mahal lah, sok artis lah, sok ini-itu lah. Nada tidak menghiraukan semua itu. Dia hanya mau fokus mencari ilmu. Tidak ada waktu untuk cinta-cintaan. Nada sudah kelas 12. Tinggal beberapa waktu lagi dia akan naik ke jenjang yang lebih tinggi.
Ini sudah pukul empat sore. PBM sudah berakhir sejam yang lalu. Ini waktu untuk kegiatan ekstrakurikuler. Nada bisa melihat lapangan basket yang penuh oleh tim basket. Kebun yang diisi anak-anak klub adiwiyata. Dan sebagainya.
Nada melangkah santai menuju klub musik.
Walau Nada kehilangan suaranya, dia amat luar biasa bermain musik. Semua teman-teman seklubnya bertepuk tangan kala Nada memainkan alat musik. Nada bisa bermain piano, biola saksofon, seruling dan gitar.
Jika saja Nada bisa berbicara, dia mungkin sudah terpilih vokalis. Sayangnya yang mengisi slot itu adalah Rita. Teman kelas sebelah yang punya rasa tak puas terhadap Nada.
Tetapi anehnya hari ini tidak ada latihan untuk persiapan pertunjukan pentas.
Dari luar ruangan, Nada melihat anak-anak di klub musik tengah mengerumuni sesuatu. Sedang apa mereka? Apa pembaharuan alat musik? Alat musik baru sudah tiba?? Secepat ini?
Girang, Nada membuka pintu klub.
"Sudah datang, Nad?" kata Novia, sang gitaris klub. "Hari ini kita kedatangan member baru. Dia menggantikan posisi Rita untuk sementara waktu."
[Member baru? Bukankah ini sudah amat telat? Pentasnya tinggal dua hari lagi, kan? Memangnya Rita kenapa?]
"Jangan khawatir," si drummer Tata yang menjawab. Dia nyengir. "Anak ini sudah belajar di luar pengetahuan kita lho. Dulu dia kekeuh ingin bergabung tapi tidak terpilih terus. Karena kita butuh vokalis, dia pun mengajuka diri beberapa menit yang lalu. Dan oh suaranya...! Avv, tersentak bahagia kalbuku."
Yang lain geleng-geleng kepala.
Novia berbisik pada Nada. "Rita diajak orangtuanya pergi menonton pertunjukan musik di Canada."
Nada menatap tak percaya, kesal. [Bagaimana bisa dia begitu pada kita? Apa dia tidak peduli pada klub? Sudah begitu dia pergi pada H-2!]
Novia mengangkat bahu, mengembuskan napas panjang. "Memangnya kita kita bisa apa? Kita semua sudah tahu tabiat tuh cewek. Pergi sesuka hati tergantung mood. Tapi yang penting kita sudah mendapat pengganti. Sesuai perkataan Tata, suara member baru ini mantul lho."
[Coba, aku ingin dengar.]
Mereka berhenti mengerumuni si member baru karena Novia memberi titah. Barulah Nada melihat rupa member tersebut.
Dia adalah seorang laki-laki tinggi dua senti dari Nada. Berkulit putih bersih, rambut acak-acakan, terlihat canggung.
Ini pertama kalinya Nada tersihir oleh satu sosok lawan jenis setelah 56 kali menolak pengakuan cinta para kaum Adam. Harus Nada akui, lelaki di depannya itu amat tampan!
Nada menggelengkan kepala, menyadarkan diri sebelum kepergok oleh Novia. Dia menulis di kertas. [Menyanyilah. Aku akan menilai. Sebelum itu, namamu siapa?]
"Fur Elise," jawabnya tersenyum.
Nada tertegun mendengarnya. Hei, itu nama yang indah sekali. Dan ukh, suaranya merdu sekali.
Melaksanakan perintah Nada, Fur Elise pun bernyanyi. Anak-anak lainnya saling menghayati, bahkan ada yang terlelap karena suara Fur Elise sangat tenang dan membuai. Cahaya mentari sore menyinari ruang klub, menyenter Fur Elise, membuat kesan tersendiri.
Tes Tes Tes
Fur Elise berhenti menyanyi, kaget melihat Nada banjir air mata.
"Lah, Nad? Kenapa kau?" tanya Novia menatap Nada heran. Apakah suara Fur Elise sebagus itu sampai-sampai membuat Nada menangis? Kalau begitu ini kabar baik!
Nada menggeleng. [Ah, gak. Aku hanya kelilipan. Siapa yang lupa menutup jendela?]
"Tapi, kan, tidak ada angin...,"
[Aku duluan, ya. Aku baru ingat Ibuku menyuruh membeli bahan makanan untuk makan malam.] Nada mengundurkan diri dari sana, buru-buru keluar dari ruang klub.
Novia mendesah pelan. "Anak itu kenapa sih?"
"Apa aku membuatnya marah? Nada tidak suka aku, ya?" Fur Elise malah pesimis karena melihat reaksi Nada.
Novia mencubit lengannya. "Nada itu walau bisu tingkat kecerdasannya terhadap musik amatlah tinggi. Dia bisa mengerti mana yang sumbang, suara ketinggian atau apa pun itu. Sampai menangis mendengar suaramu, itu berarti kamu berhasil mengambil hatinya Nada."
Novia mengacungkan jempol. Fur Elise tersenyum menanggapinya.
Di luar sekolah, Nada berhenti melangkah, menyentuh dadanya yang memeraton. Apa-apaan suara cowok itu. Apa dia beneren laki-laki? Kenapa dia punya suara seindah itu? Suaranya... Mirip suara Ayah.
Seketika memori tentang kecelakaan yang dialami Nada saat-saat dia kehilangan suaranya terkenang kembali. Waktu itu dia baru pulang dari kontes nyanyi bersama Ayahnya. Kebetulan hujan mengguyur. Nada sudah memperingati agar berhenti sebentar. Tetapi, yah, kecelakaan itu pun terjadi.
Besoknya, Nada canggung tiap kali menatap wajah Fur Elise. Tak biasanya Nada bersikap malu-malu begini di depan cowok. Lihatlah, sudah 56 cowok yang Nada buat patah hati. Nada bukan tipe yang mudah luluh.
Tetapi...!
Kenapa jantung Nada berbunyi lebih keras ketika disuruh Novia berdampingan di ruang klub??
Karena Nada itu pianis, jadi dia yang memperenak alunan melodi juga nyanyian vokalis. Dia sudah gagal fokus tiga kali berkat suara Fur Elise yang membuai sekali.
Fokuslah, Nada! Pentas ini akan diselenggarakan besok! ucap Nada memantapkan hati. Dia bermain lebih baik kali ini. Kombinasi lantunan piano da nyanyian memanglah terbaik.
"Anu ...." Fur Elise menyusul Nada yang cabut dari ruang klub lebih duluan daripada anak-anak lain. "Apa aku membuatmu canggung?"
Nada mengangguk tanpa menoleh.
"Maaf. Sepertinya aku hanya menganggu, ya?" gumam Fur Elise kikuk. Karena kedatangannya sosok paling penting di ruang klub jadi tidak bisa bermain dengan baik. "Sudah kuduga, aku tidak usah mendaftar ke sini."
Deg!
Ya ampun, apa yang sudah Nada lakukan? Karena sifat labilnya, Fur Elise jadi tak nyaman. Nada bodoh!
"Aku akan mengundurkan diri—"
Nada menggelengkan kepala, menghadap ke arah Fur Elise. Dia menulis di kertas. [Malahan, aku bersyukur kau sudah masuk ke ruang klub.]
Fur Elise mengangkat kepala, menatap Nada intens.
[Maaf atas perlakuanku. Bukannya canggung atau tidak suka... Aku selalu merasa aneh di dekatmu. Mungkin karena kau masih baru di klub. Jangan dibawa ke hati, ya?]
Fur Elise tersenyum cerah. "Ya!"
Nada mengepalkan tangan.
Ah, sial. Sepertinya aku menyukai orang ini. []
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top