Ketua Kecil Luar Biasa

Namaku Robin. Anak kelas 6 SD.

Secuil biografi tentangku, aku jago di seluruh mata pelajaran. Baik itu akademik maupun non-akademik. Tubuhku sangat subur dan energik.

Selalu meraih peringkat pertama separalel. Selalu membawa piala tiap ikut turnamen olahraga. Menjadi dambaan sekolah. Itulah aku, Robin Si Emas. Mereka memberiku gelar 'Bibit Einsthein' dan 'Si Kecil Serba Bisa'.

Berkat kepandaian dan multi talenta yang kupunya, orangtuaku amat bangga padaku dan membebaskanku melakukan apa yang kumau.

Tetapi aku menjawab, "Robin tidak mau apa-apa, Ma. Cukup jangan masuk ke kamar Robin."

Iya. Aku mempunyai sedikit rahasia di balik topeng kesempurnaan.

Tidak ada yang tahu, termasuk Mama dan Papa. Aku menyimpannya seorang diri karena tidak mau hobiku ketahuan.

Iya. Aku unggul di segala bidang. Tetapi itu hanya berlaku di sekolah atau tempat les. Di rumah? Tidak ada yang boleh masuk zonaku.

Iya, aku cakap rata-rata aspek kesehatan fisik dan kecerdasan. Tetapi, begitu aku masuk ke dalam kamar, tidak ada yang boleh masuk sampai aku sendiri yang keluar.

Berbagai piala dari bermacam-macam lomba yang kuikuti bertengger rapi di lemari kaca. Dimulai dari tingkat daerah, provinsi sampai nasional. Semuanya memenuhi lemari. Tak lupa medali emas-perak tergantung.

Aku melempar tas ke kasur, duduk di kursi, memakai big headset, menyalakan komputer di meja. Tersenyum.

[Kapten! Kenapa kau lama sekali? Apa kau tidak tahu sudah berapa lama kami menunggumu?]

"Maaf, maaf. Aku mendapat pekerjaan tambahan dari Bos." Aku menggaruk tengkuk. Aku tahu ini akan terjadi. Mereka akan mengomel jika aku terlalu lama online. "Bagaimana dengan kontes klub?"

[Apanya! Yang ada Runa mengacaukan poin guild!]

[Hei! Kenapa kau jadi menyalahkanku?! Kapten~ jangan dengarkan dia. Dia hanya melampiaskan kemarahan.]

[Kalian ngapain sih?]

[Kasihan Ketua. Baru juga online sudah disambut kesalahan kalian.]

[Aku sudah ingatkan untuk tidak meremehkan lawan. Kita tidak boleh membebani Ketua.]

Aku menggerakkan mouse, menekan ikon riwayat pertarungan, mendesah lemah saat menyadari hampir setengah anggota guild dikalahkan anggota member guild lain.

"Oke-oke, guys. Berhenti mengoceh dan bersiaplah. Kita akan membalas kekalahan dalam lima ronde sekaligus. Duel PvP."

[Siap, kapten!]

Inilah aku. Di sekolah aku memakai topeng murid teladan, murid berbakat dan sebutan-sebutan lainnya. Namun, tidak ada yang tahu bahwa aku adalah gamer sejati. Seorang leader klub terbesar di game yang sedang terkenal.

Jemariku bergerak cepat menekan tombol keyboard. Juga mata yang sesekali melirik map yang terletak di atas.

Rorobon kill Brolazoel12

Rorobon kill Max_hd

Nickname-ku adalah Rorobon. Aku tidak mungkin memakai nama asli. Toh user-ku juga sebagian kuambil dari namaku yang hurufnya kutambah.

Lima menit, aku membunuh player lain. Cukup mudah bagiku. Tapi otakku berpikir lain.

Apakah mereka sengaja meletakkan pemain dengan rating terendah agar batas pertarungan yang hanya 3 kali penggunaan setiap anggota guild-ku habis dan di saat itulah mereka melakukan counter?

"Aku hanya akan bermain ronde pertama," kataku tiba-tiba.

[HEEEE?!!!! Kenapa begitu, ketua?! Bukankah baru saja kau berkata ingin membalikkan poin?]

"Ya. Makanya aku punya rencana. Aku akan menyerang terakhir bersama Mangto, eL, dan Northa."

Aku menjelaskan strategiku. Menurutku klub yang kami lawan bukanlah guild yang bisa kami kalahkan dengan mudah seperti guild-guild sebelumnya. Mereka memakai akal dan benar-benar serius pada game ini.

Kalau begitu akan kuikuti cara main kalian. Aku mengirim pemain dengan CP (rating) rendah-tinggi untuk melawan pasukan awal mereka.

Selanjutnya, ronde kedua dengan pemain level 87 rating 50-an ribu. Sedangkan ronde ketiga mereka mengirim pemain level 90 rating 70.

Terakhir, rondeku. Level 90 rating 101. Mangto (level 105 rating 138). eL (84-69). Dan Northa (72-59). Bukankah ini pembagian yang sama sejajar?

MARMORIES (6) VS WOODZN (0)

You club win!

Aku meregangkan tangan, meluruskan kaki. Sisa satu kali penggunaan (untuk hari ini) dan aku sudah mengalahkan pemain-pemain tertinggi mereka.

[Kenapa setiap Ketua turut bermain kita menang mudah, ya?]

[Otak Ketua sudah didesign untuk memimpin kita. Kehadiran Ketua seperti dewa.]

[Itu pernyataan atau pertanyaan?]

"Kenapa kalian masih berdebat sih? Yang penting tim kita menang. Itu sudah cukup," ucapku mengambil snack.

[Kapten, kau keren sekali.]

[Halah. Lagi-lagi kau menggoda Ketua.]

Krauk Krauk Krauk

Bunyi suara keripik dikunyah terdengar di langit-langit kamar. Aku masih memelototi layar komputer yang kini diisi oleh obrolan suara klub.

"Apa hebatnya menjadi ketua?" gumamku mengedikkan bahu. Bagiku biasa-biasa saja tuh. Aku sama seperti player yang lain. "Tiap kali main game perang, aku yang tewas duluan. Aku beruntung kali ini kita berpusat game strategi."

[Heee, jangan merendah dong, Kapten. Kau penyelamat kami.]

[Siapa suruh Ketua fokus sama penyelamatan?]

Dua kali, aku mengangkat bahu. "Menurutku harus ada satu healer untuk melakukan penyembuhan dan satu warrior serta tameng di barisan depan melindungi healer. Jika pemain masih bisa di-heal dan tidak death, kenapa harus membiarkannya mati? Mereka bisa berguna nantinya."

[Wooo!!!! Ketua selalu serius tiap bermain. Aku jadi penasaran dengan wujud Ketua yang asli. Selama ini Ketua memakai perubah suara, kan?]

[Heee, jangan tertutup begitu dong, Ketua. Kami kan ingin melihat wajah Ketua kami.]

[Kalo nggak salah, umur Ketua 25, ya? Dia seusia dengan Mangto.]

[Benar, benar. Bagaimana kalo kita merayakan kemenangan hari ini dengan makan-makan besar? Kalian tahu Toko Ceibar? Kita ngumpul di sana!]

Oke, percakapan ini semakin serius. Aku berhenti mengemil. "Tunggu, tunggu, apa? Pergi makan-makan?"

[Ketua harus datang, ya! Ayolah, Ketua selalu menolak ajakan kami. Kami sangat ingin melihat wajah Ketua~]

KAU BERCANDA?! Mana mungkin aku bisa menemui kalian yang notabenenya di atas 20-an semua?! Ada anak kuliahan, ada pekerja paruh waktu, pemilik kost juga anak CEO. Mereka semua sangat jauh dari umurku yang masih 12 tahun!

Alasan aku memalsukan umur dan suara adalah supaya mereka tidak tahu kalau-kalau aku masih anak SD! Bocah ingusan! Apa reaksi mereka nantinya begitu mengetahui yang memimpin mereka selama ini seorang anak-anak?! Pingsan? Triggered? Parahnya exit dari guild?

AKU TAKKAN MEMBIARKANNYA! AKU SUDAH SUSAH PAYAH MENCARI MEMBER ELITE!

[Aku tak terima penolakan, ya! Ketua harus ikut lho.]

[Aku yakin Ketua adalah orang yang hebat di dunia nyata.]

"Ah, tidak. Akhir-akhir ini aku sangat sibuk." Aku mencoba mencari akal mengibuli mereka.

[Heee, Ketua selalu bilang begitu. Memangnya pekerjaan Ketua apa?]

[Ayolah Kapten~ Please~]

"Tidak-bisa. Tugasku terlalu banyak. Aku tak punya waktu keluar rumah. Kalian lihat sendiri, kan, betapa lamanya aku online untuk hari ini?"

[Yah, Kapten...!]

Apa pun yang terjadi, mereka tidak boleh wujud tahu asliku. Aku akan ditertawakan. []

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top