2:21:29

Aku tersenyum melihat balasan dari Vi, teman game onlineku. Nah! Begini dong dari tadi! Aku sudah menunggunya menelepon akhirnya tiba juga saatnya bermain Tom Jerry Chase, game favoritku.

Hari ini sangat membosankan. Setelah tertidur dari jam 3 dan bangun jam 6 petang, badanku jadi penat. Otakku kusut dan pesta ngawur pun dimulai. Untung bokap pulangnya malam.

Aku menerima telepon dari Vi. Kami sepakat teleponan di whatsapp kala bermain. Entah dia yang mulai telepon atau aku. Begitu tabiat kami.

Menggunakan discord hanya membuatku berkata kasar. Maksudku, di sana sering terputus-putus, bersuara ngiing, dan telingaku pekak. Apalagi aku tipe no headset no life.

Ronde pertama menang. Tidak ada satu pun tikus yang mati. Ronde kedua walau agak sulit dan tikus mati satu, kami tetap menang. Saat ronde ketiga lah kami kalah. Kami mendapat lawan sultan.

"Ah, lu gimana sih, Vi! Kan udah gua bilangin fokus keju! Lu masih aja nge-attack! Payah ah," gerutuku melihat rasio kemenangan yang menurun.

"Hah? Lu yang gimana, Sal! Mentang-mentang dapet buff lu langsung barbar. Sok lu ayenk! Mati kan lu," balas Vi tak mau kalah.

"Itu tadi ada Spike, kambink! Ganggu gua pas mo nembak! Lu asyik nyari bom, setan."

"Halah! Bilang aja nggak mau disalahin, babuk."

Pecah sudah toxic-ku. Isi kebun binatang keluar dari kandang. Kami ngebacot di telepon dan tetap bermain. Ronde keempat kalah lagi.

"Udah tim beban, lawan pro sultan lagi. Apes dah," kataku geram menggaruk rambut kesal. "Lagi ah."

Tidak ada jawaban.

Ng? Aku berdeham. "Oi, Vi? Mulai woi! Kemarin kita gak main. Sekarang puas-puasin main nih."

Hening di seberang telepon.

Keningku bertaut. "Oi, Vi? Lu ngambek, heh? Biasanya nerima lapang dada. Toh, lu sering ngetoxic juga ke gua. Ini just game, dude."

Diam.

Penasaran, aku pun kembali ke aplikasi whatsapp. Masih tersambung tuh teleponnya. Sudah 21 menit. Kenapa dia diam? Dia beneren ngambek atau ngeprank?

Oke, baiklah. Mari kita lihat sejauh mana dia mau diam kayak malin kundang.

Menit ke-48.

Ini semakin aneh saja. Bagaimana bisa dia diam selama 20 menit lebih dan tidak mengeluarkan suara sementara teleponnya masih tersambung? Dia niat ngeprank, terus letakkin hape di laci? Atau ditutup pakai bantal? Hapenya gak panas tuh?

Menit ke-55.

Aku berdecak. Mengirim banyak pesan dan dia hanya read, tidak membalas. Anak ini niat sekali prank-nya. Kucoba telepon biasa, tidak dia angkat. Padahal telepon whatsapp masih menyala.

"Vi...?" Aku baru saja hendak bersorak kencang untuk mengagetkannya, tetapi hidungku mencium bau terbakar.

Mengecek dapur, walau aku laki-laki dan tinggal sendiri, aku tak seceroboh itu lupa mematikan kompor. Calon koki kok gegabah.

Lantas, dari mana bau terbakar ini berasal?

Menceritakan soal ini ke teman onlineku, ada yang mengira kejadian ini creepy dan horor. Mereka bertanya-tanya, kenapa aku tidak takut. Hal ini boleh jadi berbahaya.

Mereka mulai menaruh teori konspirasi, bilang headset Vi mendadak rusak. Bilang speaker hape Vi tiba-tiba rusak. Bilang dia ke dapur, makan, terus hapenya ditinggal. Bilang jaringannya kacau. Ada juga yang panik bilang ada sesuatu terjadi pada Vi.

Aku sih tidak panik atau khawatir ataupun takut. Ya kali aku takut ginian. Aku lebih ke marah karena dia tingkat kemenanganku menurun. Berani sekali dia off di jam segini, ngeprank pula. Kan dia tumbal-ku di game.

Ini sudah setengah jam lewat dan Vi masih diam.

Takut ga?

Aku? Aku hampir saja kelepasan tertawa tapi kutahan. Tertawa bukan khasku. Justru aku malah tertantang dan ingin melihat seberapa lama Vi mau ngeprank. Sampai 2 jam bakal kutungguin!

Kembali fokusku pecah oleh bau terbakar. Aku berdecak kesal, dari mana sih sebenarnya bau ini? Sungguh membuatku ingin mengumpat.

Merinding aku, merinding banget
Nggak coba nanya tetangga? Mungkin lagi bakar sampah?

Tetangga? Hahaha... Kau bercanda?
Tidak ada tetangga di sini.

Karena aku tinggal jauh dari keramaian. Semua pelayan tinggal di rumah utama dan aku tinggal di rumahku (sendiri). Ayah pulang tiap akhir-akhir bulan, malam pula.

Aku mematikan hape, pergi ke ruang tamu, mengintip keluar jendela. Tampak asap membubung tinggi. Apa ada yang berkemah di hutan? Karena ini hutan bebas bukan pribadi, banyak yang mau berkeliaran malam-malam di hutan. Seperti gerombolan remaja bermain jelangkung.

Ukh, ngantuk. Aku memegangi kepala, duduk di sofa. Memang, tidur sore hari tidak bagus. Harusnya aku tidak tidur tadi.

Dan sampai ke menit 2:21:29, Vi masih diam.

TENG NONG

Aku melirik jam, sudah jam sembilan malam. Ayah pulang terlalu lama.

Menyerah, aku akhirnya mematikan sambungan telepon. Lihat saja besok, akan kuhajar Vi sampai mampus. Sekarang waktunya tidur.

Aku hendak membukakan pintu untuk Ayah, tetapi Vi melakukan panggilan.

"Vi, kau ngeprank gak lucu—"

Panggilan dimatikan. Ah, nih anak memang cari lawan. Mampus kau besok olehku.

Tapi, aku tidak perlu khawatir tentang orang berkemah. Karena ayahku sudah pulang. Aku tak sendirian lagi. Dan untuk Vi, akan kuurus besok. []

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top