43. Selingkuhan
"Jadi Bapak emang nggak bisa ya hari Sabtu itu?"
"Maaf ya."
"Oke, nggak apa-apa Pak."
"Nanti hari Minggu saja kita ketemuan. Saya jemput ya."
"Makan siang di rumah Bapak lagi?"
"Iya. Kenapa?"
"Udah lama kita nggak makan di luar Pak. Jalan-jalan yuk."
"Iva bosan kalau berduaan sama saya di rumah saja?"
"Ya nggak bosen sih Pak. Tapi pengen jalan-jalan lagi aja. Saya yang traktir deh."
"Kita di rumah saja ya. Iva bisa nonton tvN dan KBS sepuasnya."
"......oh, oke, Pak."
Meski bersikap baik-baik saja, tapi di dalam hati sebenarnya Haiva kecewa berat dengan penolakan Haris. Untung mereka hanya ngobrol melalui telepon, sehingga Haiva tidak perlu menutupi ekspresi kekecewaannya. Cukup bilang "oke" atau "nggak apa-apa", Haris langsung berasumsi bahwa semua baik-baik saja.
Nyatanya, bagi Haiva, segalanya tidak baik-baik saja saat ini. Gosip tentang Haris yang memiliki sugar baby bukan hanya makin luas, tapi juga makin dalam. Entah dari mana asalnya, akhirnya pada suatu hari Priska bertanya pada Haiva, apakah benar gadis yang terlihat bersama dengan Haris Hananjaya pada foto yang tersebar beberapa minggu sebelumnya itu adalah dirinya.
"Coba lo balik badan, Va," kata Priska saat itu. Ia memaksa Haiva berbalik badan. Dan.... "Beneran ya Va? Kalo dilihat dari tinggi badan, profil tampak punggung dan rambutnya, emang mirip lo, Va. Jadi cewek yang jalan sama Pak Haris itu, lo? Lo pacaran sama Pak Haris?! Omo!!!"
"Siwer lo!" Kali itu Haiva hanya mengelak seperti itu dan menolak menjawab pertanyaan Priska.
Tapi kemudian yang menyadari hal itu bukan hanya Priska. Beberapa rekannya di Regulatory juga bergosip hal yang sama. Bahkan beberapa tidak sungkan lagi langsung bertanya
"Kamu gimana bisa pacaran sama Pak Haris?"
atau
"Pak Haris gimana bisa nembak kamu, Va?"
atau
"Gimana rasanya pacaran sama bos, Va?"
atau
"Asik banget dong ya pacaran sama bos, Va. Pasti sering ditraktir ini-itu ya?"
atau
"Lo serius sama si Bapak? Atau have fun aja?"
Mereka tidak lagi menanyakan apakah dugaan mereka benar atau tidak. Mereka semua memang sudah yakin kalau gadis di foto itu adalah Haiva.
Sejauh ini, Haiva sendiri tidak pernah mengelak atau membenarkan tuduhan itu. Ia selalu berusaha mengalihkan pembicaraan dengan lawakan.
Ia pribadi sebenarnya ingin mengkonfirmasi pertanyaan teman-temannya bahwa ia memang serius berhubungan dengan Haris, supaya berita tidak simpang siur dan makin memojokkannya. Tapi di sisi lain, dia melihat Haris justru ingin menutupi hubungan mereka.
"Saya tidak malu bersama Iva."
Begitu kata Haris waktu itu. Bulshit! Nyatanya, sejak mereka berhubungan dekat, Haris justru tidak pernah mengajak Haiva ke tempat publik bersama lagi. Lelaki itu lebih suka menghabiskan akhir pekan di rumahnya, daripada wisata kuliner seperti dulu.
Haiva beberapa kali mengajak Haris makan di luar rumah, tapi Haris selalu mengelak dan menolak. Jelas sudah bahwa Haris memang sengaja tidak ingin terlihat bersama Haiva di depan orang lain.
Itu yang membuatnya ragu mengaku. Dia khawatir Haris akan marah jika pengakuannya menyebabkan polemik, lalu malah memutuskan hubungan dengannya.
Sebenarnya Haiva ingin menceritakan keresahannya itu pada Haris. Tapi lagi-lagi dia sungkan. Dia khawatir Haris akan berpikir dia mendesaknya untuk mengakui hubungan mereka. Dulu dirinya yang mengaku cinta duluan, sekarang dirinya yang menuntut pengakuan.... Haiva jadi khawatir Haris akan menganggapnya murahan sekali. Karena kekhawatiran-kekhawatiran itu, akibatnya, Haiva jadi memendam masalah gosip itu seorang diri.
Tapi gosip terakhir yang didengarnya dari teman-temannya membuat Haiva makin sakit hati. Suatu hari ketika ia sedang berada di dalam toilet, ia mendengar beberapa perempuan bergosip di depan wastafel.
"Kita lihat aja, nanti pas di kondangannya Ririn, si Haiva dateng bareng siapa," kata sebuah suara.
Mendengar namanya disebut, Haiva urung keluar dari toilet dan berdiam di dalamnya. Dia bingung, apa hubungan dirinya dengan kondangan pernikahan Ririn, rekannya di Regulatory.
"Kalo Haiva dateng kondangan bareng Pak Haris, berarti mereka emang serius. Tapi kalau dia dateng sendiri, berarti Haiva cuma simpenan aja."
"Kok kesimpulannya gitu?"
"Karena itu artinya Pak nggak mau mengakui Haiva di depan publik. Artinya Pak Haris cuma having fun aja sama dia. Kalo Pak Haris emang serius sama Haiva, pasti mereka go public kan, nggak sembunyi-sembunyi gitu."
Akibat perkataan itu, Haiva jadi makin gelisah. Dia sudah tahu bahwa Haris tidak suka hadir ke acara pernikahan. Tapi pada kondisi seperti ini, dia sangat membutuhkan kehadiran Haris bersamanya ke acara pernikahan Ririn. Agar tidak ada lagi gosip menyakitkan tentang dirinya.
Sayangnya, Haris tetap menolak hadir ke acara pernikahan tersebut bersama dirinya. Haiva sudah 3 kali mengajak Haris ke acara tersebut. Mulai dengan ajakan yang dibungkus candaan, rayuan-sok-genit, sampai pertanyaan ketiga yang diajukannya dengan serius, tapi Haris konsisten menolaknya.
Haiva yang merasa sudah tidak punya harga diri lagi karena terus-terusan mengemis pengakuan pada Haris, akhirnya menyerah. Ia datang ke acara pernikahan itu seorang diri.
"Kok sendirian, Va?" tanya salah seorang rekannya di divisi Regulatory ketika Haiva bergabung dengan kru Regulatory yang berkumpul di sisi aula gedung pernikahan itu.
"Lha ini, gue bareng kalian," jawab Haiva sambil cengengesan.
"Maksudnya, lo datengnya sendirian?"
"Dianter driver gocar tadi."
"Maksudnya, pacar lo mana?"
"Lagi jumpa fans drama terbarunya, The King: Eternal Monarch."
"Yaaah! Bocah halu banget."
Haiva hanya cengengesan. Selama ini begitulah caranya mengelak dari pertanyaan-pertanyaan rekan-rekannya tentang Haris atau tentang pacarnya.
"Wah, Pak Haris dateng!" pekik salah seorang temannya tiba-tiba. "Itu Pak Haris Hananjaya, Medika Farma kan? Ganteng!!!"
Demi mendengar itu, kepala Haiva langsung menoleh ke arah yang ditunjuk temannya.
"Yang di sebelahnya itu Bu Lidya, Gezonde Pharma?" tanya teman Haiva yang lain.
Suami dari Ririn adalah anak dari Direktur Utama Gezonde Pharma, sehingga wajar saja jika Lidya, sang QA Manager, diundang pada acara pernikahan anak sang Dirut. Wajar juga jika Haris sebagai Plant Director Medika Farma diundang, karena Gezonde sudah menjalin kerja sama yang panjang dengan Medika Farma. Dengan memperhatikan kedua fakta tersebut, tidak ada yang aneh ketika melihat mereka datang bersama-sama. Tapi Haiva tidak bisa mengatur hatinya agar tidak sakit hati melihat mereka berdua bersama datang ke acara yang Haris sudah menolaknya padahal Haiva sudah mengajaknya berkali-kali.
"Kayaknya udah lama ada gosip mereka pacaran ya? Sekarang mereka dateng berdua, itu artinya mereka mau go public ya? Wah!"
* * *
"Pak, temen sekantor saya nikah hari Sabtu minggu depan. Temenin saya kondangan yuk Pak."
"Iva kan tahu, saya kurang suka datang ke acara pernikahan seperti itu."
"Sekali ini aja Pak? Please?"
"Maaf Iva, saya tidak bisa."
"Demi saya?"
"Maaf ya."
* * *
"Tuh, lihat kan, Pak Haris malah dateng berdua Bu Lidya."
"Iya ya. Kok bukannya bareng Haiva ya? Padahal kayaknya orang yang di foto itu beneran Haiva lho. "
"Itu artinya Bu Lidya itu pacar benerannya Pak Haris. Mungkin Haiva cuma selingkuhan. Makanya nggak pernah dibawa diajak ke acara resmi gini kan. Mereka waktu itu nggak sengaja kepergok selingkuh aja."
"Daripada Haiva, kayaknya Pak Haris lebih cocok sama Bu Lydia nggak sih?"
"Iya lah. Udah pasti lebih pantes Bu Lydia lah. Tapi emang Haiva cantik dan imut-imut gitu sih, wajar juga kalau Pak Haris selingkuh sama dia."
"Nggak nyangka ya, Haiva mau dijadiin selingkuhan."
"Pasti sering ditraktir dan dibeliin macem-macem kan. Makanya jadi selingkuhan juga mau-mau aja."
"Kasihan juga ya Bu Lidya... "
* * *
Kemarin siapa yang suudzon saya bakal nulis chapter sad-sad, hayo?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top